"Bunda emang harus yah aku nikah sama Zilla? Bun aku tuh masih SMA bun, masa udah nikah. Nggak aku nggak mau."Alif menolak mentah-mentah perjodohan ini. Dalam hidupnya dia nggak pernah membayangkan kalo akan menikah diumur semuda ini apalagi sama si bawel itu. TIDAK PERNAH !!!
"Alif kamu harus mau menikah sama Zilla. Ini udah keputusan Ayah sama Bunda. Kami mau yang terbaik untuk kamu dan lagi tinggal beberapa bulan kelulusanmu lalu setelahnya kamu yang ambil alih anak cabang perusahaan Ayah. Ayah sudah tidak muda dan sehat seperti dulu lagi. Kamu paham?"
Ayah berusaha meyakinkan ku bahwa adalah ini pilihan yang terbaik, aku tau kalo Ayah sudah tak muda dan sehat seperti dulu. Baru sebulan yang lalu Ayah diopname. Aku juga tau kalo perusahaan Ayah, dibangunnya dengan hasil keringat sendiri dari nol.
Aku juga tau kalo Ayah ingin yang terbaik untukku, tapi aku ragu. Bagaimana mungkin aku menikah sekarang? aku tak menyukai si bawel itu. Aku masih ragu kalo alasan Ayah meminta ku menikah hanya karena itu. Dan bagaimana mungkin pula aku mengambil alih anak cabang perusahaan Ayah?.
Demi Tuhan aku masih 18 th tidakkah Bunda dan Ayah memikirkannya. Aku masih sangat muda untuk melakukan semua yang mereka inginkan. Ya Allah tolonglah hamba-Mu apa yang harus aku lakukan?
"Alif... Lif... Alif jawab dong nak."kudengar Bunda memanggil ku berulang kali."Iya bun"
"iya apa nak?"tanya Ayah
"Iya aku akan menikahinya. Tapi aku memiliki syarat untuk melakukannya"ku lihat wajah lega dan senang pada keduanya. Saking senangnya Bunda sampai memeluk dan menciumku berkali-kali. Ya Allah semoga ini yang terbaik. Lalu Bunda menanyakan apa syaratku.
"Tolong Ayah dan Bunda jangan menyela hingga aku selesai. yang pertama aku ingin pernikahanku nanti hanya akad nikah sederhana dan syukuran kecil-kecilan, hanya keluarga dekat yang boleh datang. karena pesta pernikahan akan berlangsung setelah Zilla lulus SMA.
aku nggak mau ada yang tau kalo kami sudah menikah di sekolah karena itu akan merepotkan. yang kedua aku ingin kami hidup mandiri tadik tinggal di sini ataupun di rumah keluarganya, nanti aku yang akan mencari apartemen untuk tempat tinggal kami.
yang ketiga aku ingin mengelola cabang perusahaan Ayah yang paling kecil dan mulai besok aku akan magang di sana dari bawah. karena aku mau tau tentang perusahaan Ayah sampe ke dalam-dalamnya jika yang paling kecil dan mudah tak mampu ku tangani apalagi yang besar.
Dan yang terakhir setelah aku menikahinya urusan rumah tanggaku adalah milikku, aku yang akan mengatur bagaimana jalannya kelak. Aku tak mau urusan rumah tanggaku dicampuri oleh Ayah Bunda ataupun orang tuanya Zilla. Biarkan kami yang mengurusnya. Berjanjilah bun, yah. Berjanjilah."
setelah kuselesaikan persyaratanku, Bunda protes kalo nanti kami tinggal ditempat lain bukan disini Bunda sangat menyukai si bawel itu.
tapi setelah ku jelaskan kalo aku tinggal di sini akan tak adil untuk si bawel dan orang tuanya karena Bunda bisa tinggal bersama ku dan si bawel tak bisa tinggal dengan orang tuanya, akan lebih baik dan adil jika kami tinggal sendiri serta urusan rumah tanggaku pun aku akan lebih mudah melakukannya.
"Hahaha... rupanya anak Ayah sudah dewasa. Ayah bangga padamu, kau bijaksana. Mulai lusa datanglah ke kantor Ayah yang ini. Pahami situasi dan kondisi nya."Ayah nampak takjub padaku, padahal aku tidak sebijak dan sedewasa itu.
Hari ini kulalui dengan memikirkan pernikahan dan rumah tanggaku nanti hingga aku terlelap tidur.
***
Esoknya yang untung saja masih hari libur. Hari minggu ini ku habiskan waktu mencari apartemen yang tadik terlalu jauh dengan sekolah dan kantor. Tidak juga apartemen yang mewah dan luas. Akhirnya setelah beberapa jam aku menemukan apartemen yang pas buat kami.Setelah melihat-lihat ku hubungi Ayah dan Bunda yang langsung menyetujui dan membelinya untukku. Sebenarnya aku agak keberatan tapi bagaimana pun juga aku belum punya penghasilan sendiri dan uang tabungan ku nanti akan ku pakai untuk biaya hidup sehari-hari.
Bagaimanapun juga aku masih membutuhkan fasilitas dari Ayah dan Bunda, kalo tidak bagaimana aku akan menghidupi diri dan si bawel nantinya. Hah belum saja menikahinya hidupku sudah dia buat jungkir balik, memikirkan ini dan itu hingga kepala ku pusing.Bunda menepuk bahuku karena sepertinya tadi aku di ajak omong tapi tak merespon sama sekali. Hah, ini gara-gara si bawel."Alif !!, kamu nih dari tadi bengong aja. Kamu tanda tanganin dulu yang ini."tunjuk Bunda pada berkas-berkas pembelian apartemen padaku yang langsung ku tanda tangani. Kemudian bapak itu pergi menggalkan kami di sini.
"Alif kan ini masih kosong, kamu nanti Bunda temenin yah cari isi rumahnya."kata Bunda bersemangat, aku saja heran knp Bunda tertarik sekali dengan semua ini. Memang jalan pikiran wanita sulit dimengerti."Bunda nanti aku sama Zilla aja yang ngisi lagian yang mau tinggal di sini itu aku sama Zilla."
"sudahlah Bunda ikutin aja apa mau nya, lagian betul kata Alif yang mau tinggal di sini itu mereka bukan kamu."Ucap Ayah sambil mengawasi si kembar berkeliaran.
"kan Bunda nanti yang urusin acara pernikahan ini, aku tinggal tau beres. Nanti Bunda capek kalo banyak yang mau diurusin."aku harus betindak cepat untuk menenagkan dan mengalihkan perhatiannya karena kalo tadiak aku tak akan tahan mendengar omelan Bunda. Akhirnya Bunda mengerti juga dan mulai merencankan bentuk pernikahanku nanti.
Saat mereka pulang aku pergi belanja keperluan kamarku di apartemen nanti. mulai dari ranjang spring bed lemari nakas 1 set meja kerja tv dvd player dan hal lainnya. ku pikir sekalian capek saja dari pd aku harus mencari waktu lain untk hal kecil seperti ini.
Hari sudah malam saat aku pulang ke rumah. mengurus semua yang tadi sekalian capek ternyata capek luar biasa. Pegal semua badan ku, yang ku pikir bagamana wanita bisa belanja jalan-jalan seharian di mall dan tidak merasa capek. Mungkin itu yang di namakan teman ku the power of cewek.
"Yah ini kredit card nya, thanks."ku berikan kartu itu pada Ayah yang sedang menonto tv bersama Bunda dan si kembar adik kesayanganku. Aku nanti bakalan jarang main sama mereka lagi. Gila aku bahkan mulai rindu padahal belum pergi sama skali. Aku pasti akan sangat merindukan rumah ini.
"Iya, Ayah lihat kamu nggak terlalu banyak beli. Knp?"Kata Ayah sambil melihqt notifikasu smartapihone nya yang banyak masuk tagihan belanjaku
"nggak semua barang nya mesti baru yah, aku bakal mindahin dari sini ke sana nanti. Aku ke kamar dulu yah."kataku berjalan melewati Bunda memeluknya lalu mencium si kembar dan naik ke atas lalu tidur di kamarku.
***
Sepulang sekolah aku langsung pergi ke kantor yang Ayah kasih ke aku. Aku mulai meninjau kantor dan kinerja nya dari bawah. Atas permintaan ku tadik ada yang tahu kalo aku nantinya yang akan mulai memimpin setelah aku lulus. Ku pikir ini lebih baik supaya aku bisa benar-benar tau tanpa dijilat oleh para pemburu rupiah.
Aku berdoa semoga ini memang yang terbaik baik semuanya. Aku akan berusaha semampu ku untuk Ayah Bunda dan istriku nanti. Whatt?? istriku nanti?? aku mulai gila, dia belun jadi istri saja sudah sebegininya terhadap hidupku. Apalagi nanti kalo udah sah jadi istri. Ku mohon Tuhan semoga si bawel bisa ajak kompromi, kerjasama dan nurut padaku. Aamiin
Ku harap pernikahan ku nanti tak banyak masalah yang datang. karena baru pra saja sudah banyak masalah dan melelahkan. Jika saja istriku nanti penurut itu akan banyak mengurangi bebanku. Tiba-tiba saja kepala ku ingin pecah memikirkannya. Aku akan bicara pada Ayah Bunda agar memilihkan istri yang penurut saja jgn yang bawel, cerewet dan manja seperti Zilla. Aku tak kan bisa mengatasinya.
Dengan pemikiran ini aku segera melesat menuju ke rumah untuk membicarakan kembali dengan Ayah Bunda tentang pernikahan ini."Ayah Bunda aku mau bicara sebentar, boleh?"karena tak ada yang keberatan ku lihat jadi langsung saja ku katakan."Ayah Bunda aku mau menikah dengan istri yang penurut saja jgn yang bawel, cerewet dan manja seperti Zilla. Aku mohon."aku memelas pada mereka ku pikir aku tadik sanggup jika istriku nanti seperti Zilla.
"Lif sudah tak bisa, mereka telah menyetujuinya. Besok kami akan melamar Zilla. Lagi pula Bunda suka pada Zilla, dia itu bla... bla... bla...."jawaban Bunda bagai petir disiang bolong dihari yang cerah. Aku sudah tak mendengarkan kata-kata Bunda yang lain dan memilih langsung pergi ke kamarku, merenungkan dan memikirkan semuanya. Hingga kantuk datang dan aku terlelap tidur. Selamat tinggal hari-hari ku yang tenang dan damai.
Di perjalanan pulang gue takut sama Mama papa. Akan dihukum seperti apa aku ini? Tuhan tolonglah kali ini saja jgn buat Mama papa murka padaku, cukup memarahi ku saja dan memotong uang jajanku seperti Lila. Aamiin.Gue nyetir mobil masih dalam keadaan jiwa tak tenang bagai hantu gentayangan. Sampai di rumah gue masuk bagai tak bernyawa. Ini adalah kenakalan ku yang paling tingkat dewa. Gue pasrah sama papa Mama. Mama papa udah duduk nunggu di ruang tamu, seakan ingin langsung mengeksekusi ku. Tanpa mengucapkan salam seperti biasanya gue langsung duduk bersimpuh dilantai."Ma, pa ampuni aku, aku tau salah. Aku janji nggak bakal ulangi lagi.""kamu pikir kamu kemana malam minggu kemarin?!!! itu bukan tempat nongkrong anak kecil kayak kamu !!! kamu lama-lama ngelunjak sama orang tua. Mama nggak pernah ngajarin kayak gitu sama kamu !!"ucap Mama berapi-api. Sungguh gue cuma bisa nangis, meratapi nasib. Penyesalan memang selalu belakangan."Ma ingat darah tingg
Pagi ini seperti biasa gue anterin Idam kesekolahannya."kak Nanas mau menikah yah?"Pertanyaan Idam terasa menusuk hatiku.Yak... mati gue mau jawab apa. Bohong jujur? boong ajalah, ama anak kelas 6 SD ini."enggak kok Dam kakak belom mau nikah.""kakak jgn boong Mama kok yang bilang kalo kakak mo nikah, yah berarti dirumah cookiesnya bakal jarang ada lagi."sialan nih bocah dikata gue tukang bikin kue, gue jitak juga nih anak. Belum sempat ku semprot dia udah lanjut aja."Nanti Idam bakal rindu makan cookies buatan kak Nanas, kan rasanya beda nggak sama kayak ditoko nggak bisa suruh bikin yang agak gosong buat Idam. Nanti Idam nyari sapa kalo mau buat pr kan kak Ayar nyebelin suka main jitak kalo Idam salah.Nanti dirumah udah nggak rame nggak ada kak Nanas yang suka teriak-teriak. Ntar sekutu Idam kalo main pistol-pistol aer nggak ada lagi. Terus kalo Idam main jauh-jauh nggak ada lagi yang repot nyariin sampe ke komplek sebelah. Nanti sebelah kamar Idam j
Seusai shalat Magrib berjamaah Mama meminta gue dandan yang cantik malam ini karena kata Mama mau ada acara makan malam spesial. Padahal gue tau Mama boong karena malam ini si Lempeng dan orang tua nya datang buat ngelamar gue, bukan cuma buat makan malam antar keluarga biasa.”Nanas tau kok kalo malam ini Alif dan orang tua nya mau datang melamarkan ma ?” Mama yang langsung gue tembak begitu agak sedikit salah tingkah.“Kok kamu tau Nas ?” Tanya Mama heran dengan sedikit mengernyitkan keningnya.“Alif tadi yang ngasih tau Nanas.”“Ya udah kalo gitu kamu dandan yah nak yang cantik itu mata kamu yang sembab ditutupin.” Mama lalu meninggalkan gue setelah dia memilihkan baju yang menurutnya pantas untuk gue pake.Entah sudah berapa kali gue pake-hapus-pake benda bernama make up ini tapi hasilnya ancur banget. Gue bukan Lila yang pinter dandan karen
Hari ini gue bangun kesiangan, gimana nggak telat karena semalam gue sama skali nggak bisa tidur mikirin kejadian diacara lamaran. Gara-gara itu gue nggak masuk di jam pertama dan di omelin abis-abisan sama guru BK. Terus ketemu sahabat tercinta gue juga pada lusuh mukanya, sama kayak gue. Mereka semua ngeluh karena jadi tahanan rumah itu nggak ada enaknya sama sekali. Padahal baru sehari mereka jadi tahanan rumah. Gue jadi makin merasa bersalah, ini semua karena ide gila gue, kalo aja gue nggak ke club gue nggak bakal nikah dini dan sahabat-sahabat gue pasti nggak jadi tahanan rumah sekarang. Sebagai bentuk permintaan maaf terselubung, sekarang gue traktir mereka makan apa aja di kantin. “Serius lo ?” jawab mereka kompak “Kompak amat, iya gue serius. Udah sana pesen sebelum gue berubah pikiran, gih” kata gue yang langsung Lila dan Maura laksanakan sementara Acha masih bengong doang. “Nas dap
Jika orang lain hate Monday maka gue hate Wednesday. Semua ini karena mata pelajaran susah ada di hari Rabu. Capek banget gue, mana persiapan nikahan belum lagi sama tugas sekolah. Mungkin ada hikmahnya juga kali ya sahabat-sahabat gue jadi tahanan rumah.Gue jadi bisa fokus buat persiapan pernikahan gue, karena di grup chat para sahabat gue ini sudah merencanakan jalan-jalan sepulang seolah bila mereka bebas dari sel masing-masing. Itu jadi motivasi gue buat semangat ngurus ini acara supaya cepat beres gue jadi bisa segera have fun lagi bareng mereka.Hari ini gue janji bareng Bunda buat pergi jalan mencari barang-barang guna mengisi apartemen karena katanya si Lempeng begitu habis nikah mau langsung tinggal di apartemen dan gue cuma bisa pasrah sodara-sodara. Karena Mama lagi ngurus list undangan dan percetakan undangan, padahal yang diundang cuma sodara doang. Karena gue bingung mau beli apa duluan saki
Pagi ini saat gue sedang bikin kue buat Adek gue tercinta yang agak gue telantarkan beberapa hari ini, si Lempeng datang ke rumah. Eh dia malah langsung ke dapur karena Mama bilang gue lagi di dapur.“Masak apa?” tanya si Lempeng tiba-tiba.“Kue choco chip creakers”“Boleh coba?” Wah tumben-tumbenan dia.Tanpa menjawab langsung aja gue sodorin tuh kue, rasanya males aja ngomong. Kan kalo dia suka diem gue juga bisa. Masih kesel gue sama kejadian kemaren itu.“Kak Nas, kak Nas bagi lagi dong” Ahyar datang ke dapur minta jatah kue sambil bawa piring.“Noh ambil aja, tumben lu nggak nyuruh Idam?”“Mana berani gue gangguin sekutu elu kak, bisa-bisa gue nggak dikasih kue lagi trus lu nggak mau bikinin gue puding lagi kan berabe.”“Bagusl
"Nas... Naaas, bangun udah siang masa dari tadi nggak bangun juga?" ucap Mama sambil mengguncang-guncang bahu gue. "Hmm.. Maaah aku dan kasur nggak bisa dipisahkan, kami saling mencintai" jawab gue ajaib sembari memeluk guling lebih erat dan menggeliat mencari posisi nyaman. "Nazilla! Ini udah jam setengah enam kamu belom sholat, mandi, sarapan dan lain-lain. Ntar telat Nas, kamu nggak mau nyoba mobil baru kamu?" perintah Mama menarik selimut gue lebih keras lagi. "Mobil?" mata gue melek seketika sambil tepok jidad. "Aduh kok Nanas bisa lupa yah hari ini mau bawa mobil sendiri ke sekolah" kemudian gue bangkit langsung menuju kamar mandi. Mama hanya bisa geleng-geleng lihat tingkah anaknya yang satu ini. “Nas kalo abis mandi jangan lupa beresin kamar kamu yah" jawab Mama lalu turun ke bawah. "Aye aye capten" kata gue sebelum menghilang ke balik pintu kamar mandi. Dua puluh lima menit kemudian gue sudah ad
Sehabis magrib keluarga gue menuju tempat diadakannya pesta itu. Mama benar karena disana bukan hanya gue anak remaja yang ada kecuali dua adeknya itu nggak masuk hitungan.Di ballrom hotel keluarga gue bertemu dengan keluarga Shadiq yang memang teman bisnis Papa. Mereka saling menyapa satu sama lain. Sementa Papa dan temannya bicara bisnis, Mama dan istri temannya papa mulai ngerumpi. Khas ibu-ibu nggak dimana-mana kalo udah ketemu pasti begitu. Nanti kalo gue udah gede gue nggak mau jadi ibu-ibu rumpi kek gitu."Wah sudah lama yah kita nggak ketemu Bu Dian" ucap tante itu menyebut nama Mama sambil cipika cipiki."Iya yah Bu Resti, terakhir ketemu karena ada acara kantor suami Bu Resti waktu itu""Bu Dian, ini anak-anaknya udah pada gede yah cantik dan cakep-cakep lagi" tante Resti memandangi gue dan ade-ade gue satu per satu."Iya Bu, anak-anak kenalan dulu sama tante Resti""Nazilla tante" ucap gue sambil tersenyum dan m