“Apa?!” pekik Melody spontan. Manik matanya melebar sempurna mendengar jawaban dari asisten suaminya itu. Wanita itu mendengkus pelan. Tak menyangka kekhawatirannya malah berakhir dengan kesia-siaan. Ia pikir mungkin terjadi sesuatu sampai-sampai Khaysan dan Nathan belum pulang dan tidak ada kabar dari mereka. Namun, ternyata ia salah besar. Khaysan hanya sedang bersenang-senang dan itu tanpa dirinya. Pantas saja seharian ini ponsel Khaysan tidak aktif. Sepertinya lelaki itu sengaja melakukannya agar tidak diganggu oleh siapa pun. Bahkan, makanan yang sudah terlanjur ia sajikan pun tidak mungkin disentuh oleh lelaki itu. “Berarti seharian ini juga mereka pergi bersama?” tanya Melody lagi. Ia sudah kembali menetralkan ekspresinya dan memasang ekspresi datar. “Saya tidak tahu, Nyonya,” jawab Dimas dengan senyum kaku. Pertanyaan bodoh. Sudah pasti seharian ini Khaysan memang pergi bersama Lusy. Entah ke mana dan apa yang mereka lakukan. Membawa Nathan ikut serta hanya kedok agar diri
Letupan petasan pun saling bersahutan. Semakin mewarnai langit yang diterangi bulan purnama dengan warna-warni yang indah. Awalnya hanya letusan-letusan biasa, namun di penghujung, letusan itu membentuk satu kalimat yang membuat Melody spontan mengembangkan senyumnya. ‘Happy birthday to my beloved wife. I love you'Melody menatap langit dengan mata berkaca-kaca. Sungguh tak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini dari orang yang ia sumpahi seharian ini. Rupanya dirinya telah ditipu oleh Dimas dan sudah pasti dalangnya adalah suaminya sendiri. Melody membalikkan tubuhnya, menatap Khaysan yang berdiri di belakangnya dengan ekspresi haru bercampur kesal. Lelaki itu tersenyum lebar dan mengambil buket bunga besar yang Dimas bawa. Kemudian, langsung memberikannya pada Melody. “Selamat ulang tahun, Sayang. Maaf kalau aku membuatmu kesal seharian ini,” tutur Khaysan yang masih memegang buket besar itu karena Melody tak kunjung mengambilnya. Setelah agak lama diam, akhirnya Melody mene
“Terima kasih, Sayang. Kurasa ini bukan hadiah untukmu, tapi hadiah untukku,” ucap Khaysan dengan suara serak khas bangun tidur. Lelaki itu mengeratkan rengkuhannya, kemudian mengecup tengkuk Melody sekilas dengan mata yang masih terpejam. Khaysan dan Melody masih larut dalam gelora hasrat hingga matahari nyaris terbit. Melampiaskan kerinduan yang telah lama terpendam meski sebenarnya mereka bersama-sama setiap harinya. Namun, selalu dipenuhi oleh ketegangan. Sebenarnya mereka baru tidur sebentar. Namun, alarm dari ponsel Melody yang sudah menjerit membangunkan keduanya. Melody sengaja memasang alarm agar dirinya bangun lebih awal dan memiliki waktu untuk membereskan sisa kekacauan semalam sebelum Nathan bangun. Meskipun pada kenyataannya, Melody dan Khaysan masih betah berbaring di ranjang. Baru tadi malam mereka dapat melepas beban itu sejenak. Walaupun keduanya tidak tahu sampai kapan ketenangan ini akan bertahan. Tentunya baik Khaysan maupun Melody sama-sama berharap tak ada lag
“Hah? Jadi, Nathan tidak memberitahu Daddy?” sahut Melody terkejut. Nathan menggeleng lagi, kali ini keningnya berkerut keheranan. “Bukan Nathan yang memberitahu Daddy. Memangnya Daddy tidak tahu ulang tahun Mommy ya? Atau mungkin Uncle Dave yang memberitahu Daddy? Biasanya juga Uncle Dave yang selalu mengingatkan Nathan.” David memang menjadi orang pertama yang memberi ucapan selamat padanya. Namun, rasanya agak mustahil jika lelaki itu yang memberitahu suaminya tentang ulang tahunnya. Mereka tidak pernah akur, bahkan kemungkinan besar Khaysan akan memblokir kontak David jika memilikinya. Tadinya Melody hanya iseng-iseng bertanya. Tetapi, jawaban Nathan malah membuatnya semakin penasaran. Sebelumnya ia tidak pernah merayakan ulang tahunnya sama sekali selain perayaan kecil-kecilan di tempat yang privat. Ayahnya pun mungkin sudah melupakan tanggal ulang tahunnya. “Mommy! Kenapa Mommy melamun?” tanya Nathan sembari mengguncang lengan Melody. “Nanti biar Nathan tanyakan pada Dadd
Sosok itu menyadari jika Melody mengetahui keberadaannya. Tentu saja ia langsung bersiap melarikan diri, seperti biasa. Tetapi, motornya malah terjatuh karena tergelincir di genangan air. Sang tersangka mulai panik ketika melihat Melody melangkah ke arahnya. Melody mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Mencari siapa pun yang berada di sini. Namun, hanya dirinya seorang yang berada di sana bersama sang tersangka. Para penjaga yang biasanya berseliweran di sekitaran rumah tak terlihat sama sekali. Entah di mana mereka berada sekarang. Tadinya Melody ingin meminta bantuan pada siapa pun yang berada di sini. Akan tetapi, karena tidak ada siapa pun, dirinya terpaksa harus bergerak sendiri. Tungkai jenjangnya bergerak secepat mungkin, kebetulan orang itu sedang berusaha bangkit dari motornya yang terjatuh. “Tunggu!” seru Melody yang memberanikan diri untuk menghadang motor itu. Wanita itu nyaris tertabrak jika tidak mundur selangkah. Namun, hal itu tak membuatnya gentar sama sekali. Ia
“Apa?! Bagaimana bisa? Bukannya HPL-mu masih dua minggu lagi?” tanya Khaysan panik. Lelaki itu spontan memutar langkah menuju salah satu mobilnya yang terparkir di halaman rumah. “A-aku juga tidak tahu. Se-pertinya ini karena aku terjatuh barusan! Mulasnya sama seperti ketika aku akan melahirkan Nathan!” jawab Melody disela rintihannya. Tadi ia merasa baik-baik saja selain nyeri di kakinya yang sepertinya terkilir. Namun, tiba-tiba ia merasakan mulas luar biasa juga nyeri di punggungnya. Melody pernah mengalami hal serupa ketika hendak melahirkan Nathan 6 tahun silam. Mendengar penuturan Melody membuat Khaysan semakin panik. “Sial! Aku tidak membawa kuncinya!” Ia nyaris menendang mobilnya karena kesal. “DIMAS! BAWAKAN KUNCI MOBILKU!” Akhirnya lelaki itu berseru lantang, memanggil sang asisten. Dimas berjalan tergopoh-gopoh keluar rumah setelah mendapat benda yang dicarinya. Suara sang tuan yang menggelegar membuatnya yakin bahwa telah terjadi sesuatu. Ia pun bergerak secepat kil
Meja makan yang tadinya dilingkupi oleh suasana hangat itu berubah menjadi penuh dengan kepanikan. Apalagi ketika Nathan nyaris terjatuh dari kursi karena pingsan. Untung saja Khaysan yang juga duduk bersebelahan dengan sang putra dengan sigap mengangkat bocah itu ke gendongannya. “Kita ke rumah sakit sekarang!” seru Melody panik. Mereka bergegas keluar rumah dan langsung kembali memasuki mobil yang tadi mereka tumpangi saat pulang dari rumah sakit. Kali ini Bagas lah yang mengemudi sementara Melody dan Khaysan duduk di belakang menemani Nathan yang sudah tidak sadarkan diri. Melody dan Khaysan terus berusaha membangunkan sang putra. Akan tetapi, tak ada respon sama sekali dari bocah itu. Semuanya semakin panik, apalagi mulut Nathan juga tidak berhenti mengeluarkan darah. Khaysan juga terus meminta papanya mengendarai mobil lebih cepat. Begitu sampai di rumah sakit, Khaysan langsung turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki area rumah sakit dan berseru meminta tolong pada
Khaysan langsung menekan tombol untuk memanggil dokter berulang kali. Karena tak kunjung ada yang datang sedangkan tubuh putranya semakin mengejang, lelaki itu kontan memacu langkah keluar dari kamar rawat anaknya dan meminta bantuan pada petugas medis yang ada di luar. Tak berselang lama dokter pun datang. “Tolong tunggu di luar, kami akan berusaha menangani Nathan semaksimal mungkin,” tutur sang dokter. “Tolong selamatkan putra kami, Dok!” jawab Khaysan seraya menarik Melody keluar dari ruangan tersebut. Sebab, Melody masih bersikukuh ingin bersama Nathan di dalam. Sedangkan itu hanya akan menghalangi ruang gerak dokter dan tim medis yang akan menangani putra mereka. Khaysan memeluk Melody yang tergugu dan nyaris jatuh meluruh di lantai. “Nathan sedang ditangani dan dia akan baik-baik saja. Dia anak yang kuat, percayalah,” bisiknya berusaha menenangkan Melody meski sebenarnya pikirannya juga kalut. Cukup lama dokter dan timnya menangani Nathan di dalam sana. Melody dan Khaysa