Home / Romansa / Menikah Dengan Keponakan / 7. Keputusan Sulit

Share

7. Keputusan Sulit

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Anne menyemburkan es kopi yang sedang diminumnya karena melihat Aeris. Untuk apa sahabatnya itu datang ke tempatnya bekerja. Apa Aeris ingin memutilasi tubuhnya?

Anne tanpa sadar beringsut mundur saat Aeris mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di hadapannya. Dia takut Aeris benar-benar akan mencincang tubuhnya untuk dijadikan makanan anjing. "Aku tidak datang menemuimu, tolong jangan mutilasi aku," ucapnya takut-takut.

"Aku mau kawin, hue ...," teriak Aeris lumayan keras hingga membuat karyawan di tempat Anne bekerja mengalihkan pandang ke arahnya.

Anne tertawa keras mendengar ucapan Aeris barusan. "April Mop masih jauh, Aeris. Bercandamu tidak lucu sama sekali."

Aeris pun menunjukan sebuah undangan berwarna biru navy dihiasi pita berwarna emas ke Anne. Di undangan tersebut tertulis jelas nama kedua calon pengantin, Aeris dan Leon.

Anne tercengang melihat undangan tersebut. "Gila, dua belas Januari?! Bukankah itu tujuh hari lagi?"

Aeris menyambar es kopi milik Anne lalu meminumnya hingga tandas. "Iya, seminggu lagi aku kawin."

Anne membaca undangan tersebut dengan lebih teliti. "Chandra Yasodana Leon?"

Wanita itu sontak mengalihkan pandang ke Aeris. "Keponakan kamu itu?"

Aeris mengangguk lesu.

"Wah!" Anne menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Dia tidak pernah menyangka Aeris tiba-tiba akan menikah, apalagi dengan keponakan sendiri.

"Kamu beruntung sekali, Ai. Dapat berondong cakep, kaya, pinter lagi."

Aeris mengusap wajah kasar. Beruntung dari mana? Anne tidak tahu bagaimana sifat Leon yang sebenarnya. Jika tahu, Aeris yakin sekali Anne pasti akan menarik kembali kata-katanya.

Anne tiba-tiba saja mendekat. Kedua mata sipitnya menatap Aeris dari atas sampai bawah dengan lekat. "Jangan-jangan kamu hamil duluan."

Pletack!

Kepala Anne sontak mendapat jitakan keras dari Aeris."Enak saja, memangnya aku cewek apaan," dengkus Aeris kesal.

Anne mengangguk karena Aeris selama ini tidak pernah terlihat dekat dengan seorang lelaki. Gadis itu tidak mungkin melakukan hal yang dilarang oleh agama sebelum menikah.

"Terus? Kenapa kamu tiba-tiba mau nikah sama Leon?"

Aeris mendesah panjang lalu menyandarkan punggungnya di kursi karena lelah. "Ceritanya sangat memalukan."

"Memalukan bagaimana?" tanya Anne penasaran.

Aeris menarik napas panjang sebelum bicara. Akhirnya dia menceritakan semuanya pada Anne. Tentang Leon yang mengantarnya pulang dan melepas bajunya yang kotor saat dia tidak sadar, juga kejadian memalukan yang terjadi di parkiran.

Anne tertawa keras setelah mendengar cerita Aeris. Dia bahkan sampai memegangi perutnya. "Ya ampun, Aeris. Itu lucu sekali, masa gara-gara ciuman tante Hana nyuruh kamu nikah sama Leon?"

"Itu bukan hal lucu, tapi memalukan." Aeris menutup wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangan karena malu.

"Bagaimana rasanya dicium berondong tampan? Enak, kan?"

"Anne!"

Anne kembali tertawa karena Aeris sangat lucu jika marah. "Sudahlah, Aeris. Terima saja takdir yang Tuhan tuliskan untukmu. Aku yakin sekali Leon lelaki yang baik."

"Tapi, Ne ...."

Anne menatap Aeris lekat. Ketakutan terpancar jelas dari kedua mata sahabatnya itu. Dia pun meraih tangan Aeris yang ada di atas meja dan mengenggamnya lumayan erat. "Tidak semua laki-laki seperti ayahmu, Aeris. Buang ketakutanmu itu. Yakinkan dirimu jika Leon memang lelaki yang Tuhan pilih untuk menemani hidupmu."

Aeris tertegun mendengar ucapan Anne barusan. Sahabatnya itu bisa berubah menjadi sosok kakak yang begitu dewasa jika dia sedang ada masalah dan membutuhkan teman untuk berbagi keluh kesah.

"Jangan takut, jalani saja dulu. Biarkan semua mengalir seperti air."

Aeris tersenyum, perasaannya sekarang jauh lebih tenang setelah berbagi cerita dengan Anne. "Terima kasih, Ne," ucapnya sambil menarik tubuh Anne dalam dekapan.

"Sama-sama, Sayangku." Anne pun balas memeluk Aeris. Inilah gunanya sahabat, bisa saling menguatkan saat yang lain membutuhkan.

***

Mempersiapkan pernikahan dalam waktu singkat membuat tubuh Aeris terasa sangat lelah. Gadis itu kemarin baru saja fitthing baju pengantin dan foto pre wedding bersama Leon. Aeris sebenarnya malas sekali melakukannya. Namun Hana, Aerin, dan Setya terus saja memaksa. Dia tidak enak bila menolak keinginan mereka.

Aeris melepas kacamata minus yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya. Kepalanya terasa penat memikirkan pernikahannya dan Leon yang sebentar lagi akan digelar. Sampai saat ini Aeris merasa belum siap untuk menikah karena takut pernikahannya berakhir dengan perceraian seperti yang terjadi pada pernikahan kedua orang tuanya.

Aeris memejamkan kedua matanya perlahan karena ingin mengistirahatkan pikiran sejenak. Namun, baru beberapa menit tertidur ponselnya yang ada di atas meja bergetar. Nama Beruang Kutub terpampang jelas di layar ponselnya

Aeris tanpa sadar mendengkus lalu menjawab telepon dari Leon dengan malas.

"Halo."

"Ke toko perhiasan Diamond, sekarang." Leon langsung memutus sambungan teleponnya setelah mengatakan kalimat tersebut pada Aeris.

Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan kesal. Padahal mereka belum menikah, tapi Leon suka sekali memerintah dan membuatnya kesal. Bagaimana kalau mereka sudah menikah? Aeris tidak sanggup membayangkan harus tinggal bersama manusia es yang irit bicara seperti Leon.

Aeris pun beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar. Lingkaran hitam tampak menghiasi kedua matanya, rambut acak-acakan, dan pipinya terlihat lebih tirus. Aeris terlihat ... sangat menyedihkan.

Aeris tiba-tiba berjongkok lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menangis dalam diam.

"Aku tidak mau menikah ...."

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ziokazel
emang bisa ya...nikah ma keponakan?? bukannya sedarah???
goodnovel comment avatar
Maria Ulfa
Penasaran sm cerita lanjutanny
goodnovel comment avatar
Tiara Tiara
aduuuhhhh tambah seru ceritanya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikah Dengan Keponakan   8. Tak Punya Hati

    Aeris berjalan dengan gontai menuju mobilnya yang berada di parkiran. Tangannya tiba-tiba gemetar saat ingin membuka pintu karena kepalanya terasa sangat berat. Aeris pun bersandar pada mobilnya agar tidak jatuh."Kamu baik-baik saja, Aeris?"Aeris mengangkat kepala perlahan, menatap lelaki berkulit tan yang menghampirinya. "Kai?""Kamu sakit?" tanya Kai terdengar khawatir karena wajah Aeris terlihat sedikit pucat.Aeris menggeleng pelan. Dia tidak boleh sakit karena ada urusan yang harus diselesaikan dengan Leon."Apa kamu ingin pergi?"Aeris malah masuk ke dalam mobilnya begitu saja. Dia merasa malu karena Kai melihatnya berciuman dengan Leon di parkiran."Kai, apa yang—" Aeris berteriak karena Kai tiba-tiba membuka pintu mobilnya lalu menggendongnya ala brydal style. Dia sontak mengalungkan kedua lengannya di leher Kai karena takut jatuh."Turunkan aku, Kai."Kai hanya diam. Dia malah membawa Aeris menuju mobilnya lalu mendudukkan gadis itu di kursi samping kemudi. "Kamu ingin per

  • Menikah Dengan Keponakan   9. Get Merried

    Hari itu akhirnya tiba, Aeris terlihat cantik memakai gaun pengantin model sabrin yang menjuntai hingga ujung kaki. Gaun pengantin model tersebut sangat cocok dipakai Aeris karena memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi. Sebuah mahkota yang terbuat dari perak berhias batu berlian membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.Aeris meremas ujung kerudung pengantinnya karena gugup. Perutnya seperti dililit sebuah tali yang tidak terlihat. Mulas. Waktu pemberkatan sebentar lagi akan dimulai, tapi sampai sekarang Leon belum juga datang. Di mana keponakannya itu? Apa Leon kabur meninggalkannya sendirian di hari pernikahan mereka?"Kamu sudah coba menghubungi Leon, Aeris?" Hana tidak kalah panik. Sebentar lagi Aeris dan Leon harus menjalani proses pemberkatan. Namun, cucu tertuanya itu sampai sekarang belum juga datang. Dia takut Leon dan Aeris batal menikah."Sudah, Bu, tapi ponsel Leon tidak aktif," jawab Aeris lesu.Hana menggeram kesal. "Dasar anak nakal, Ibu akan menjewer te

  • Menikah Dengan Keponakan   10. Mimpi Buruk Aeris

    "Kamu itu sudah menikah. Kenapa ingin ikut ibu pulang, Aeris?"Aeris memasang wajah sesedih mungkin agar Hana mengizinkannya ikut pulang ke rumah. Malam ini sang ibu sengaja memesan sebuah kamar hotel untuknya dan Leon setelah acara resepsi pernikahan mereka."Tapi, Bu ...." Aeris terus memohon.Hana menggeleng. "Kamu boleh pulang setelah memberi ibu cucu.""Ibu!" Aeris melotot. Hari ini Hana berhasil membuatnya menikah dengan Leon. Wanita tua itu sekarang malah menginginkan cucu darinya. Aeris benar-benar tidak menyangka Hana setega itu pada dirinya. Apa Hana tidak menyayanginya lagi?"Nikmati malam pertamamu, Sayang." Hana mengecup kedua pipi Aeris sekilas sebelum pergi.Aeris menutup pintu lumayan keras untuk melampiaskan kekesalan. "Ibu lama-lama bisa membuatku gila!""Tante nggak mandi?" Leon keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Butiran air menetes dari rambutnya yang sedikit basah, membasahi dada bidang dan perutnya yang kotak-kotak.

  • Menikah Dengan Keponakan   11. Pasangan Absurd

    Leon mengerjabkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari masuk melalui celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Helaan napas panjang sontak keluar dari bibirnya ketika melihat seonggok manusia yang tertidur lelap di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bantal. Semalam dia memang memindahkan Aeris ke tempat tidur karena tidak tega melihat gadis itu tiba-tiba berteriak ketakutan. Leon tidak tahu kejadian buruk apa yang dialami Aeris di masa lalu. Dia hanya tahu jika Aeris anak angkat neneknya. Karena alasan itulah seluruh keluarga menyetujui pernikahan mereka. Banyak pesan masuk di ponsel Leon setelah aktif. Dua belas pesan dari Brian, tiga dari Aerin, dan satu dari Dio. Leon mengerutkan dahi, merasa heran karena adik laki-lakinya itu jarang sekali mengirim pesan. Dan tidak lama kemudian Dio menelepon.Ada perlu apa Dio meneleponnya? Apa ada hal penting yang ingin anak itu sampaikan?"Ya, Dio?" "Nenek Hana menuju ke kamar kakak. Lima menit lagi di

  • Menikah Dengan Keponakan   12. Pura-Pura Bercinta

    "Aku sengaja melakukannya agar Nenek percaya kalau kita sudah melakukan hubungan suami istri." "Sungguh?" tanya Aeris polos. "Iya." Leon mengangguk. Semoga saja Aeris percaya dengan ucapannya. "Ah, benar juga, ya. Ibu jadi percaya kalau semalam kita sudah bercinta." Leon sontak mengembuskan napas lega. Untung saja Aeris percaya dengan ucapannya. Dasar polos. *** Aeris tercengang menatap bangunan kokoh yang berdiri di hadapan. Apartemen Leon. Mulai sekarang dia akan tinggal di apartemen keponakannya itu. Aeris segera turun, lalu mengambil kopernya yang berada di bagasi. Gadis itu tampak kerepotan menyeret tiga buah koper yang berukuran lumayan besar, tapi Leon berjalan begitu saja tanpa berniat membantu. "Leon, bantuin." "Tidak mau," katanya tanpa berbalik menatap Aeris. Aeris menghentak-hentakkan kaki kesal. Entah dosa apa yang sudah dia lakukan di masa lalu hingga Tuhan memberinya suami yang sangat menyebalkan seperti Leon. "Kamu tidak berperikemanusiaan sama sekali. Dasar

  • Menikah Dengan Keponakan   13. Kecupan Manis

    "Aeris nggak mau!" Aeris menutup hidung erat-erat mencium aroma jus yang dibuat Hana."Jus ini bagus untuk kamu, Sayang." Hana terus membujuk Aeris agar mau meminum jus yang dia buat.Aeris bergidik membayangkan bagaimana rasa segelas jus berwarna hijau pekat di depannya. Jus itu terbuat dari asparagus, berokoli, dan daun katuk."Aeris tidak mau, Ibu ...." desah Aeris menahan kesal."Jus ini baik untuk rahim kamu, Sayang. Ibu kan, sudah nggak sabar pengin punya cucu dari kamu." "Duh, Gusti." Aeris mengusap wajah kasar. Bagaimana mungkin dia dan Leon memberi cucu kalau mereka saja belum melakukan hubungan suami istri."Ayo, cepat minum!" "Tapi, Bu ...." "Jangan dirasakan, ayo cepat minum."Aeris menutup hidung dan mata erat-erat saat minuman itu masuk ke tenggorokan agar tidak muntah."Anak pintar." Hana menepuk puncak kepala Aeris dengan penuh sayang."Ini yang terakhir ya, Bu?" Aeris memohon agar Hana tidak menyuruhnya untuk meminum jus aneh-aneh lagi."Iya, Sayang. Ibu pulang dul

  • Menikah Dengan Keponakan   14. Jealous

    Hari ini, Anne datang ke apartemen Aeris untuk memberi tahu jika membutuhkan model pria untuk baju keluaran butik mereka."Kok, dadakan banget sih, Ne?""Ini majalah besar, Ai. Aku jamin baju kita pasti laku keras kalau diiklankan di majalah itu."Aeris menarik napas panjang. "Tapi siapa yang mau jadi modelnya, Ne? Apa lagi pemotretannya harus siang ini juga.""Nah, itu yang aku nggak tahu."Aeris mendengkus kesal. Anne selalu mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Dia bingung harus mencari model dalam waktu singkat. Bel apartemen Leon tiba-tiba berbunyi nyaring. Aeris pun meminta tolong Anne untuk membukanya. "Tolong bukain, Ne. Aku mau ambil minum dulu buat kamu.""Okay." Anne pun segera beranjak ke depan untuk membuka pintu."Aerisnya ada?"Anne menatap cowok berseragam SMA yang berdiri di hadapan dengan dahi berkerut dalam. Cowok tersebut memiliki wajah yang cukup tampan, postur tubuhnya pun juga bagus."Kamu siapa, ya?" "Aku tetangganya Aeris.""Siapa yang datang, Ne? Oh,

  • Menikah Dengan Keponakan   15. Dia Kembali

    "Aku nggak bisa memasang kancing ini.""Sini, aku bantu."Sean tersenyum senang karena Aeris memasang kancing di pakaiannya. Akhirnya dia punya banyak kesempatan agar bisa dekat dengan gadis itu.Leon tanpa sadar mendengkus kesal. Rasanya dia ingin sekali menendang Sean keluar angkasa agar jauh-jauh dari istrinya."Kita butuh model satu lagi nih, Ai!" ucap Anne tiba-tiba."Kok, dadakan banget sih, Ne?" Aeris mendesah panjang karena pihak majalah yang bekerja sama dengan mereka tiba-tiba menginginkan model pria satu lagi.Anne mengangkat kedua bahunya ke atas. "Mereka mintanya gitu.""Terus siapa yang mau jadi modelnya?""Bagaimana kalau suamimu?" Anne milirik Leon yang duduk tidak jauh dari mereka. Selain memiliki wajah tampan, postur tubuh Leon juga bagus. Lelaki itu sangat cocok untuk menjadi model baju mereka, pikirnya."Dia nggak mungkin mau. Lagi pula Leon sedang tidak enak badan.""Ayo, dong, Ai. Coba bujuk Leon, please ...." Anne menangkupkan kedua tangan di depan dada. Semoga

Latest chapter

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

  • Menikah Dengan Keponakan   121. Keputusan Bodoh

    Tangis Aeris seketika pecah. Mimpi buruk yang dia jalani di awal pernikahannya dan Leon kembali terulang. Namun, mimpi buruknya kali ini terasa lebih menyakitkan karena ada nyawa yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.Kenapa Tuhan kembali memberi ujian saat dia baru saja meneguk manisnya pernikahan bersama Leon?Kenapa?"Tuhan, tolong selamatkan pernikahanku," gumamnya terdengar pilu.***Tidak ada satu orang pun yang tahu jika ada badai yang menerpa rumah tangga Aeris dan Leon. Pernikahan mereka seolah-olah terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Aeris benar-benar menyimpan masalahnya dengan rapat. Dia memendam rasa sakit itu sendirian karena tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.Namun, pertahanan seketika Aeris hancur karena menemukan sebuah surat yang tergeletak di atas meja kerja Leon. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dadanya sesak.Tubuh Aeris

  • Menikah Dengan Keponakan   120. Mr. Idiot 2

    Aeris mengerjapkan kedua matanya perlahan karena Leon menepuk lengannya pelan. "Maaf, aku ketiduran. Apa kamu baru pulang?" tanyanya dengan wajah mengantuk.Leon mengangguk."Kamu sudah makan belum? Kalau belum kita makan bersama, ya?""Aku tadi sudah makan bersama klien," ucap Leon tanpa merasa bersalah sedikit pun.Wajah Aeris seketika berubah sendu. Padahal dia sudah menunggu Leon hingga ketiduran di meja makan agar mereka bisa makan malam bersama, tapi Leon malah makan di luar bersama klien."Kamu mau mandi? Mau aku siapin air hangat, ya?"Leon menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya sambil berjalan ke kamar, meninggalkan Aeris sendirian di meja makan.Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Entah kenapa Aeris merasa kalau Leon bersikap dingin lagi pada dirinya. Apa dia telah berbuat salah?Aeris tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruknya barusan. Leon tidak mungkin bersikap dingin lagi pada dirinya

  • Menikah Dengan Keponakan   119. Cemburu Buta

    Brian terkejut karena Leon tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu dengan cukup keras. Padahal Leon tadi mengatakan ingin menjemput Aeris di rumah sakit sekalian pulang dan tidak akan kembali ke kantor.Brian pun berdiri lantas menghampiri Leon yang sedang membolak-balik berkas di tangan dengan kasar. Napas Leon terdengar tidak beraturan, menahan cemburu dan amarah yang sudah berkumpul di dalam dadanya"Kau tadi bilang mau ngabisin waktu berdua dengan Aeris di rumah. Kenapa kamu malah balik ke kantor, Leon?""Ingin saja," jawab Leon malas.Brian memperhatikan Leon dengan lekat, sepertinya suasana hati sahabatnya itu sedang tidak baik. "Apa kau bertengkar dengan Aeris?"Leon menggeleng pelan."Lalu?"Leon mengempaskan punggung ke kursi lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat. Sepenat hatinya sekarang. "Aku tadi lihat Aeris pelukan sama Kai," ucapnya lirih.Mulut Brian sontak menganga lebar. "A-apa?! Kai?!" Calon kakak ipar? Imbuhnya dalam hati.Leon mengang

DMCA.com Protection Status