Share

6. Ridiculous

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aeris meremas ujung kemeja yang dipakainya karena gugup. Sementara Leon yang duduk di sebelahnya tampak tenang-tenang saja.

"Ibu sudah mengambil keputusan, kalian akan menikah Minggu depan."

"Apa?! Menikah?!" Aeris sontak berdiri dari tempat duduknya dan menggebrak meja lumayan keras.

"Nenek tidak boleh mengambil keputusan sepihak seperti itu." Leon yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. Bagaimana mungkin Hana menyuruhnya dan Aeris untuk menikah karena menangkap basah dirinya sedang mencium Aeris di parkiran.

Apa wanita itu itu sudah kehilangan akal?

"Ini demi kebaikan kalian. Coba kalau nenek tadi tidak datang tepat waktu, nenek tidak bisa membayangkan apa yang akan kalian berdua lakukan selanjutnya." Hana tersenyum penuh arti, entah apa yang wanita itu pikirkan.

Leon mendesah panjang. Masa depannya bisa hancur jika harus menghabiskan sisa hidup dengan gadis abnormal seperti Aeris.

Aeris melayangkan tatapan membunuh ke Leon. Hana tidak mungkin menyuruh mereka untuk menikah jika Leon tidak menciumnya. "Semua ini salahmu. Kalau kamu tidak menciumku, Ibu tidak mungkin menyuruh kita untuk menikah."

"Kenapa Tante menyalahkanku? Bukankah Tante yang menciumku lebih dulu?"

Aeris menarik napas panjang, berusaha menahan diri agar tidak mencakar wajah Leon yang kelewat tampan. Dia tidak suka dipanggil tante. Sangat tidak suka. "Aku tidak sengaja mencimummu karena aku tadi terjatuh, Leon. Lalu kenapa kamu malah balas menciumku?"

Skak mat! Leon terdiam. Dia juga tidak tahu kenapa malah mencium Aeris. Apa dia tergoda dengan bibir mungil itu?

"Kenapa Tante tadi tidak berusaha menahanku tadi?"

Aeris tersentak mendengar pertanyaan Leon barusan. Kenapa dia tidak bisa menghentikan Leon? Apa dia menyukai ciuman itu? Aeris mengusap wajah kasar. Dia bingung harus menjawab apa.

Hana tersenyum kecil melihat perdebatan kecil antara Aeris dan Leon. Dia yakin sekali Leon lelaki yang tepat untuk mendampingi Aeris, begitu pula sebaliknya.

"Tapi, Bu ... itu hanya ciuman. Lagi pula Leon keponakan Aeris sendiri." Aeris kembali memohon agar Hana tidak menyuruhnya menikah dengan Leon.

Leon mengangguk, membenarkan ucapan Aeris.

"Aeris, duduk!" perintah Hana tegas.

Aeris membuang napas kasar lalu mendudukan diri dengan kesal.

"Aeris dengarkan, ibu. Usiamu sudah sangat matang untuk menikah. Mau sampai kapan kamu melajang?"

"Aeris memang punya rencana untuk menikah, tapi tidak dalam waktu dekat ini, Ibu."

"Menikah? Sama siapa?"

"Tentu saja sama kekasih, Aeris," jawab Aeris cepat.

Hana malah tertawa keras mendengar jawaban Aeris. "Jangan berbohong, Aeris. Ibu tahu kamu belum pernah pacaran."

Aeris mengembuskan napas panjang. Ternyata susah sekali meyakinkan Hana. "Kenapa kamu diam saja, Leon? Coba katakan sesuatu pada Ibu!" Aeris berdecak kesal karena Leon sedari tadi hanya diam tanpa membantunya memberi alasan agar Hana tidak jadi menyuruh mereka untuk menikah.

"Leon sudah punya kekasih, Nek. Jadi Leon tidak mungkin menikah dengan Tante."

Ucapan Leon sontak membuat wajah Aeris berbinar. "Nah, betul itu, Ibu. Kasihan nanti kekasih Leon kalau ditinggal menikah sama Aeris."

Aeris tidak bisa lagi menahan senyumnya karena alasan yang diberikan Leon menurutnya sangat tepat. Hana tidak mungkin lagi memaksanya untuk menikah karena Leon sudah memiliki tambatan hati.

Hana tersenyum miring. "Pacar yang mana, Leon? Tumpukan berkas di atas meja kantormu? Atau kumpulan buku ensiklopedia yang jumlahnya nyaris seribu?"

Wajah Leon seketika berubah pucat saat mendengar pertanyaan Hana barusan.

"Nenek tahu kamu terakhir kali menjalin hubungan tiga tahun yang lalu dan sampai sekarang tidak memiliki kekasih."

Aeris tercengang mendengar ucapan Hana barusan. Ibunya seolah-olah G****e yang tahu semuanya. Hebat. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memuji Hana. Dia harus memikirkan alasan lain agar Hana menarik kembali keputusannya.

"Ibuku tersayang, bagaimana kalau kita minta pendapat kak Aerin dan kak Setya dulu. Apa mereka setuju menikahkan putra kebanggaan mereka dengan Aeris?"

Aeris tersenyum penuh kemenangan melihat Hana yang mendadak kebingungan. Aeris yakin sekali sang ibu sekarang pasti merasa ragu dengan keputusannya karena Aerin dan Setya tidak mungkin setuju untuk menikahkannya dengan Leon.

Leon tanpa sadar tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Dia mengakui sekarang jika Aeris memang sedikit pintar. Ingat, hanya sedikit.

"Kalau begitu, ibu akan bertanya pada Aerin dan Setya. Kita tunggu, mereka sebentar lagi datang."

Jam terus berputar bagai bom waktu yang siap meledak kapan saja bagi Aeris dan Leon. Mereka tidak pernah berhenti berdoa agar Aerin dan Setya tidak menyetujui keputusan Hana.

"Bagaimana menurut kalian dengan keputusan ibu untuk menikahkan mereka?" tanya Hana saat Aerin dan Setya datang.

"Kami tidak masalah," jawab Aerin dan Setya kompak.

"Kakak?!"

"Mama, Papa?!"

Aeris dan Leon kompak berdiri dari tempat duduknya. Mereka tidak pernah menyangka Aerin dan Setya menyutujui keputusan Hana.

"Apa kalian sudah gila?" Leon tidak bisa lagi menyembunyikan amarahnya. Dia sangat kecewa dengan keputusan kedua orang tuanya.

"Umur Leon baru dua puluh tiga tahun, Ma, Pa. Leon masih terlalu muda untuk menikah. Lagi pula Leon belum siap berumah tangga."

"Leon, duduk!" perintah Setya tegas.

Leon mendudukkan diri dengan kesal. Aeris tanpa sadar melakukan hal yang sama.

"Papa dan Mama dulu menikah di usia yang masih sangat muda. Kamu bisa lihat sendiri, Papa dan Mama bisa hidup bahagia dan dikaruniai dua orang anak yang hebat seperti kamu dan Dio. Apa lagi yang membuatmu ragu, Sayang?"

"Leon dan Tante Aeris tidak saling mencintai, Pa. Mana mungkin kami menikah tanpa cinta?"

"Mama dan Papa menikah karena dijodohkan. Awalnya memang terasa canggung karena kami yang tidak saling mengenal tiba-tiba dipaksa untuk menikah. Tapi kamu lihat sekarang. Mama dan Papa bisa saling mencintai dan melengkapi kekurangan satu sama lain. Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa, Sayang," jelas Aerin pelan-pelan.

"Tapi Tante Aeris usianya lebih tua dari aku Ma, Pa," desah Leon tertahan.

"Leon!" tegur Aerin agar Leon menjaga ucapannya.

Hati Aeris seperti dicubit mendengar ucapan Leon barusan. Inilah alasan yang membuat Aeris memutuskan untuk tidak menikah. Siapa yang mau mempunyai istri perawan tua sepertinya? Tidak ada!

"Apa yang dikatakan Leon benar, Kak. Dia pantas menikah dengan gadis yang seumuran dengannya."

"Sayang, kamu jangan dengarkan ucapan Leon, ya?" Aerin membelai rambut Aeris dengan penuh sayang. Kejadian buruk yang dialami Aeris di masa lalu memberikan trauma yang sangat besar bagi gadis itu hingga membuatnya takut berumah tangga.

"Leon benar, Kak. Pernikahan itu sakral, bukan main-main. Tolong pikirkan baik-baik keputusan Kakak. Aeris mohon ...." Kedua mata Aeris tampak berkabut. Pernikahan dan hidup berumah tangga memang menjadi topik paling sensitif bagi dirinya.

Aerin melemparkan pandang ke Setya dan Hana. Ketiganya seolah-olah berbicara melalui tatapan mata.

Hana menarik napas panjang sebelum bicara. "Keputusan kami sudah bulat. Kalian akan tetap menikah!"

Jantung Aeris dan Leon seolah ditonjok hingga jatuh ke perut mendengar ucapan Hana barusan.

Menikah? Dengan keponakan yang dingin seperti beruang kutub? Selamat Aeris, neraka menantimu!

Bab terkait

  • Menikah Dengan Keponakan   7. Keputusan Sulit

    Anne menyemburkan es kopi yang sedang diminumnya karena melihat Aeris. Untuk apa sahabatnya itu datang ke tempatnya bekerja. Apa Aeris ingin memutilasi tubuhnya? Anne tanpa sadar beringsut mundur saat Aeris mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di hadapannya. Dia takut Aeris benar-benar akan mencincang tubuhnya untuk dijadikan makanan anjing. "Aku tidak datang menemuimu, tolong jangan mutilasi aku," ucapnya takut-takut. "Aku mau kawin, hue ...," teriak Aeris lumayan keras hingga membuat karyawan di tempat Anne bekerja mengalihkan pandang ke arahnya. Anne tertawa keras mendengar ucapan Aeris barusan. "April Mop masih jauh, Aeris. Bercandamu tidak lucu sama sekali." Aeris pun menunjukan sebuah undangan berwarna biru navy dihiasi pita berwarna emas ke Anne. Di undangan tersebut tertulis jelas nama kedua calon pengantin, Aeris dan Leon. Anne tercengang melihat undangan tersebut. "Gila, dua belas Januari?! Bukankah itu tujuh hari lagi?" Aeris menyambar es kopi milik Anne lalu me

  • Menikah Dengan Keponakan   8. Tak Punya Hati

    Aeris berjalan dengan gontai menuju mobilnya yang berada di parkiran. Tangannya tiba-tiba gemetar saat ingin membuka pintu karena kepalanya terasa sangat berat. Aeris pun bersandar pada mobilnya agar tidak jatuh."Kamu baik-baik saja, Aeris?"Aeris mengangkat kepala perlahan, menatap lelaki berkulit tan yang menghampirinya. "Kai?""Kamu sakit?" tanya Kai terdengar khawatir karena wajah Aeris terlihat sedikit pucat.Aeris menggeleng pelan. Dia tidak boleh sakit karena ada urusan yang harus diselesaikan dengan Leon."Apa kamu ingin pergi?"Aeris malah masuk ke dalam mobilnya begitu saja. Dia merasa malu karena Kai melihatnya berciuman dengan Leon di parkiran."Kai, apa yang—" Aeris berteriak karena Kai tiba-tiba membuka pintu mobilnya lalu menggendongnya ala brydal style. Dia sontak mengalungkan kedua lengannya di leher Kai karena takut jatuh."Turunkan aku, Kai."Kai hanya diam. Dia malah membawa Aeris menuju mobilnya lalu mendudukkan gadis itu di kursi samping kemudi. "Kamu ingin per

  • Menikah Dengan Keponakan   9. Get Merried

    Hari itu akhirnya tiba, Aeris terlihat cantik memakai gaun pengantin model sabrin yang menjuntai hingga ujung kaki. Gaun pengantin model tersebut sangat cocok dipakai Aeris karena memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi. Sebuah mahkota yang terbuat dari perak berhias batu berlian membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.Aeris meremas ujung kerudung pengantinnya karena gugup. Perutnya seperti dililit sebuah tali yang tidak terlihat. Mulas. Waktu pemberkatan sebentar lagi akan dimulai, tapi sampai sekarang Leon belum juga datang. Di mana keponakannya itu? Apa Leon kabur meninggalkannya sendirian di hari pernikahan mereka?"Kamu sudah coba menghubungi Leon, Aeris?" Hana tidak kalah panik. Sebentar lagi Aeris dan Leon harus menjalani proses pemberkatan. Namun, cucu tertuanya itu sampai sekarang belum juga datang. Dia takut Leon dan Aeris batal menikah."Sudah, Bu, tapi ponsel Leon tidak aktif," jawab Aeris lesu.Hana menggeram kesal. "Dasar anak nakal, Ibu akan menjewer te

  • Menikah Dengan Keponakan   10. Mimpi Buruk Aeris

    "Kamu itu sudah menikah. Kenapa ingin ikut ibu pulang, Aeris?"Aeris memasang wajah sesedih mungkin agar Hana mengizinkannya ikut pulang ke rumah. Malam ini sang ibu sengaja memesan sebuah kamar hotel untuknya dan Leon setelah acara resepsi pernikahan mereka."Tapi, Bu ...." Aeris terus memohon.Hana menggeleng. "Kamu boleh pulang setelah memberi ibu cucu.""Ibu!" Aeris melotot. Hari ini Hana berhasil membuatnya menikah dengan Leon. Wanita tua itu sekarang malah menginginkan cucu darinya. Aeris benar-benar tidak menyangka Hana setega itu pada dirinya. Apa Hana tidak menyayanginya lagi?"Nikmati malam pertamamu, Sayang." Hana mengecup kedua pipi Aeris sekilas sebelum pergi.Aeris menutup pintu lumayan keras untuk melampiaskan kekesalan. "Ibu lama-lama bisa membuatku gila!""Tante nggak mandi?" Leon keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Butiran air menetes dari rambutnya yang sedikit basah, membasahi dada bidang dan perutnya yang kotak-kotak.

  • Menikah Dengan Keponakan   11. Pasangan Absurd

    Leon mengerjabkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari masuk melalui celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Helaan napas panjang sontak keluar dari bibirnya ketika melihat seonggok manusia yang tertidur lelap di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bantal. Semalam dia memang memindahkan Aeris ke tempat tidur karena tidak tega melihat gadis itu tiba-tiba berteriak ketakutan. Leon tidak tahu kejadian buruk apa yang dialami Aeris di masa lalu. Dia hanya tahu jika Aeris anak angkat neneknya. Karena alasan itulah seluruh keluarga menyetujui pernikahan mereka. Banyak pesan masuk di ponsel Leon setelah aktif. Dua belas pesan dari Brian, tiga dari Aerin, dan satu dari Dio. Leon mengerutkan dahi, merasa heran karena adik laki-lakinya itu jarang sekali mengirim pesan. Dan tidak lama kemudian Dio menelepon.Ada perlu apa Dio meneleponnya? Apa ada hal penting yang ingin anak itu sampaikan?"Ya, Dio?" "Nenek Hana menuju ke kamar kakak. Lima menit lagi di

  • Menikah Dengan Keponakan   12. Pura-Pura Bercinta

    "Aku sengaja melakukannya agar Nenek percaya kalau kita sudah melakukan hubungan suami istri." "Sungguh?" tanya Aeris polos. "Iya." Leon mengangguk. Semoga saja Aeris percaya dengan ucapannya. "Ah, benar juga, ya. Ibu jadi percaya kalau semalam kita sudah bercinta." Leon sontak mengembuskan napas lega. Untung saja Aeris percaya dengan ucapannya. Dasar polos. *** Aeris tercengang menatap bangunan kokoh yang berdiri di hadapan. Apartemen Leon. Mulai sekarang dia akan tinggal di apartemen keponakannya itu. Aeris segera turun, lalu mengambil kopernya yang berada di bagasi. Gadis itu tampak kerepotan menyeret tiga buah koper yang berukuran lumayan besar, tapi Leon berjalan begitu saja tanpa berniat membantu. "Leon, bantuin." "Tidak mau," katanya tanpa berbalik menatap Aeris. Aeris menghentak-hentakkan kaki kesal. Entah dosa apa yang sudah dia lakukan di masa lalu hingga Tuhan memberinya suami yang sangat menyebalkan seperti Leon. "Kamu tidak berperikemanusiaan sama sekali. Dasar

  • Menikah Dengan Keponakan   13. Kecupan Manis

    "Aeris nggak mau!" Aeris menutup hidung erat-erat mencium aroma jus yang dibuat Hana."Jus ini bagus untuk kamu, Sayang." Hana terus membujuk Aeris agar mau meminum jus yang dia buat.Aeris bergidik membayangkan bagaimana rasa segelas jus berwarna hijau pekat di depannya. Jus itu terbuat dari asparagus, berokoli, dan daun katuk."Aeris tidak mau, Ibu ...." desah Aeris menahan kesal."Jus ini baik untuk rahim kamu, Sayang. Ibu kan, sudah nggak sabar pengin punya cucu dari kamu." "Duh, Gusti." Aeris mengusap wajah kasar. Bagaimana mungkin dia dan Leon memberi cucu kalau mereka saja belum melakukan hubungan suami istri."Ayo, cepat minum!" "Tapi, Bu ...." "Jangan dirasakan, ayo cepat minum."Aeris menutup hidung dan mata erat-erat saat minuman itu masuk ke tenggorokan agar tidak muntah."Anak pintar." Hana menepuk puncak kepala Aeris dengan penuh sayang."Ini yang terakhir ya, Bu?" Aeris memohon agar Hana tidak menyuruhnya untuk meminum jus aneh-aneh lagi."Iya, Sayang. Ibu pulang dul

  • Menikah Dengan Keponakan   14. Jealous

    Hari ini, Anne datang ke apartemen Aeris untuk memberi tahu jika membutuhkan model pria untuk baju keluaran butik mereka."Kok, dadakan banget sih, Ne?""Ini majalah besar, Ai. Aku jamin baju kita pasti laku keras kalau diiklankan di majalah itu."Aeris menarik napas panjang. "Tapi siapa yang mau jadi modelnya, Ne? Apa lagi pemotretannya harus siang ini juga.""Nah, itu yang aku nggak tahu."Aeris mendengkus kesal. Anne selalu mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Dia bingung harus mencari model dalam waktu singkat. Bel apartemen Leon tiba-tiba berbunyi nyaring. Aeris pun meminta tolong Anne untuk membukanya. "Tolong bukain, Ne. Aku mau ambil minum dulu buat kamu.""Okay." Anne pun segera beranjak ke depan untuk membuka pintu."Aerisnya ada?"Anne menatap cowok berseragam SMA yang berdiri di hadapan dengan dahi berkerut dalam. Cowok tersebut memiliki wajah yang cukup tampan, postur tubuhnya pun juga bagus."Kamu siapa, ya?" "Aku tetangganya Aeris.""Siapa yang datang, Ne? Oh,

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

  • Menikah Dengan Keponakan   121. Keputusan Bodoh

    Tangis Aeris seketika pecah. Mimpi buruk yang dia jalani di awal pernikahannya dan Leon kembali terulang. Namun, mimpi buruknya kali ini terasa lebih menyakitkan karena ada nyawa yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.Kenapa Tuhan kembali memberi ujian saat dia baru saja meneguk manisnya pernikahan bersama Leon?Kenapa?"Tuhan, tolong selamatkan pernikahanku," gumamnya terdengar pilu.***Tidak ada satu orang pun yang tahu jika ada badai yang menerpa rumah tangga Aeris dan Leon. Pernikahan mereka seolah-olah terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Aeris benar-benar menyimpan masalahnya dengan rapat. Dia memendam rasa sakit itu sendirian karena tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.Namun, pertahanan seketika Aeris hancur karena menemukan sebuah surat yang tergeletak di atas meja kerja Leon. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dadanya sesak.Tubuh Aeris

  • Menikah Dengan Keponakan   120. Mr. Idiot 2

    Aeris mengerjapkan kedua matanya perlahan karena Leon menepuk lengannya pelan. "Maaf, aku ketiduran. Apa kamu baru pulang?" tanyanya dengan wajah mengantuk.Leon mengangguk."Kamu sudah makan belum? Kalau belum kita makan bersama, ya?""Aku tadi sudah makan bersama klien," ucap Leon tanpa merasa bersalah sedikit pun.Wajah Aeris seketika berubah sendu. Padahal dia sudah menunggu Leon hingga ketiduran di meja makan agar mereka bisa makan malam bersama, tapi Leon malah makan di luar bersama klien."Kamu mau mandi? Mau aku siapin air hangat, ya?"Leon menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya sambil berjalan ke kamar, meninggalkan Aeris sendirian di meja makan.Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Entah kenapa Aeris merasa kalau Leon bersikap dingin lagi pada dirinya. Apa dia telah berbuat salah?Aeris tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruknya barusan. Leon tidak mungkin bersikap dingin lagi pada dirinya

  • Menikah Dengan Keponakan   119. Cemburu Buta

    Brian terkejut karena Leon tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu dengan cukup keras. Padahal Leon tadi mengatakan ingin menjemput Aeris di rumah sakit sekalian pulang dan tidak akan kembali ke kantor.Brian pun berdiri lantas menghampiri Leon yang sedang membolak-balik berkas di tangan dengan kasar. Napas Leon terdengar tidak beraturan, menahan cemburu dan amarah yang sudah berkumpul di dalam dadanya"Kau tadi bilang mau ngabisin waktu berdua dengan Aeris di rumah. Kenapa kamu malah balik ke kantor, Leon?""Ingin saja," jawab Leon malas.Brian memperhatikan Leon dengan lekat, sepertinya suasana hati sahabatnya itu sedang tidak baik. "Apa kau bertengkar dengan Aeris?"Leon menggeleng pelan."Lalu?"Leon mengempaskan punggung ke kursi lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat. Sepenat hatinya sekarang. "Aku tadi lihat Aeris pelukan sama Kai," ucapnya lirih.Mulut Brian sontak menganga lebar. "A-apa?! Kai?!" Calon kakak ipar? Imbuhnya dalam hati.Leon mengang

DMCA.com Protection Status