Namun, ia kaget saat hendak membuka pintu. Pintu itu telah dikunci dari luar oleh petugas, sebab ruangan ini kedap suara, percakapan tadi mungkin tidak terdengar dari luar. Gema menoleh Zahira sambil memicingkan mata."Kenapa, Pak?" Zahira bertanya kaget."Kita terkunci.""Hah, nggak mungkin!" Gadis itu memekik panik, ia juga berlari mendekati Gema. Merebut gagang pintu dan memutarnya berkali-kali, hingga tangannya kebas dan memerah."Pintu ini benar-benar udah dikunci dari luar?" Zahira mendesah pasrah, sambil mengibaskan tangannya yang terasa sakit. Sementara di sebelah sana, Gema tak bergeming dengan bersilang tangan.Beberapa saat mematung, Zahira mungkin teringat sesuatu. Ia menoleh sang dosen yang hanya berdiri menyandarkan punggungnya di dinding. "Pak, apa Pak Gema nggak punya kunci duplikatnya?""Nggak ada. Semua pintu di sini sudah ada yang mengurus, kami tidak tau sama sekali. Jika mereka memang tidak melihat mobil saya, bisa saja kita akan tetap di sini sampai besok pagi."
"Ayo, cepat!" Zahira terlihat lega saat melihat Gema ternyata masih menunggu. Ia menyusul, dan berhenti tepat di belakang mobil dosen itu."Ayo, capat!" Dengus pria yang masih melongok dari jendela mobil."Pak Gema jalan duluan aja," Zahira menimpali."Ini sudah tengah malam, jangan banyak bicara!" Zahira mengalah, ia memilih jalan di depan, seperti yang diperintahkan. Sebab sejujurnya, ia pun takut jika berada di belakang.Karena belum pernah berkendara selarut ini, Zahira memacu motornya dengan sangat lambat. Bahkan sampai membuat Gema gusar karenanya. Apalagi gadis itu terlihat tak peduli saat mobil di belakangnya membunyikan klakson sesekali.Namun, setengah jam berlalu, dan rumah mereka masih jauh. Gema menyalip motor lambat itu dan berhenti di depan, menghadangnya.Zahira kaget, mengerem motor secara mendadak, sampai kuda besi itu hampir oleng, karena yang membawa hampir kehilangan keseimbangan. "Gadis bodoh!" Suara Gema Tiba-tiba terdengar di dekat, Zahira mendongak kaget."Tur
"Sore, Pak. Baru pulang?" Zahira menyapa, tetapi Gema hanya bergeming. Pria itu memperhatikan Zahira yang tangannya masih memegangi ponsel, yang entah kapan benda itu sangat melekat dengannya.Gema hanya mendengus, sambil beranjak cepat menaiki anak tangga. Ke lantai atas. Sementara Zahira, ia tak merasa curiga atau apapun. Sebab setelah Gema menghilang dari depannya, gadis itu kembali melebarkan senyum. Mengarahkan sorot matanya kembali ke layar ponsel.Ia pasti tidak tau, bahwa Gema di atas sana masih melongok ke bawah. Memastikan apa yang terjadi, dan hanya membuatnya semakin jengah.Saat senja telah berakhir, Zahira keluar dari kamar, dengan penampilan lebih segar dari sebelumnya. Pakaian yang ia kenakan juga terbaik di lemarinya.Gadis itu, sejak seperti tak pernah berhenti tersenyum. Ia berlari cepat, naik ke lantai atas. Mungkin lupa atau tidak peduli dengan aturan rumah yang dibuat Gema."Pak Gema, Pak. Buka pintunya," Teriak Zahira sambil menggedor-gedornya beberapa kali. Hin
Namun, saat ia akan mengambil dompet di tas, Gema telah mengulurkan beberapa lembar uang ke kasir. Zahira kaget. Gadis itu menatap sang suami penuh tanya, saat petugas kasir mengucapkan terimakasih dan memberikan uang kembaliannya."Loh, Pak?" Ia hendak bertanya, tetapi pria itu malah beranjak pergi. Maka, mau tidak mau Zahira menyusul dengan langkah panjangnya."Pak, tunggu, Pak. Pak Gema!" Teriak gadis itu menyusul Gema yang telah berada di depan mobil."Ada apa lagi?" Tanya pria itu. Sementara Zahira malah mengamati sekeliling, banyak orang. Tak mungkin ia bertanya di tempat ramai seperti ini, jika tidak ingin membuat dirinya malu."Ayo, masuk." Gema memerintahkan, dan dia telah berada di dalam mobil. Zahira mengangguk cepat, juga segera menyusul sang suami ke sana. Mobil melaju perlahan."Pak, kenapa tadi Bapak yang bayarin?" Zahira akhirnya memberanikan diri. Ia menoleh Gema yang tetap berkonsentrasi ke arah depan, tetapi nampak pria itu membuat senyum miring."Memangnya, uangmu
Namun, karena mendengar seperti suara berdebat, Zahira melongok di pintu. Ia melihat ada bu Yasmin yang melebarkan mata saat menatap ke arahnya.Sementara Gema yang juga kaget, karena akhirnya dosen cantik itu mengetahui keberadaan Zahira di sini, ia berlari. Mendekati Zahira dan mendorong kasar badan kecil gadis itu, hingga menabrak meja ruang tamu."Bodoh, kamu!" Dengus Gema menatap kesal, Zahira yang bingung dengan kesalahannya, ia hanya menampilkan wajah penuh tanya."Kenapa kamu malah mengintip di pintu, hah? Atau kamu memang sengaja, agar mereka semua tau?""Pak Gema?" Belum sempat Zahira menjawab, suara Bu Yasmin telah terdengar dari ambang pintu. Perempuan itu masih tak percaya dengan apa yang dilihat saat ini. Ia berjalan mendekati mereka, perlahan sambil memperhatikan wajah keduanya secara bergantian.Begitu pula Gema yang bingung, karena ia berfikir statusnya ini akan terbongkar. Pria itu bahkan membiarkan Zahira yang meringis kesakitan. Ia lebih memilih mendekati Yasmin, m
Zahira mendekati meja makan, ia dan Yasmin menatap heran pria yang berlari, sambil membekap mulut itu. "Gema kenapa?" Tanya Yasmin pada Zahira di sebelahnya."Jadi, saya atau anda yang paham dengan kondisi Pak Gema?" Zahira menggumam jengah.Wanita tadi mungkin sadar bahwa dirinya memang salah. Namun, karena enggan mengakui, Yasmin hanya mendengus dan berlari menyusul Gema yang sudah berada di dalam kamar. Zahira juga tak mau kalah.Kini, kedua perempuan itu telah berada di depan pintu kamar Gema. Mereka saling menatap, ragu untuk segera mengetuk pintu.Cukup lama mereka di sana, dan pada saat Yasmin akan mengetuk pintu, Gema telah muncul dari sana. Membuat dua orang perempuan tadi mendongak penasaran."Ngapain kalian di sini?" Tanya Gema."Gema, kamu tadi kenapa? Kamu, nggak apa-apa, kan? Boleh aku masuk?" Pertanyaan beruntun dari Yasmin, dan entah kenapa, Gema mengangguk tanpa bertanya.Namun, pada saat Zahira akan mengikuti langkah Yasmin, Gema menghadangnya. "Kamu mau kemana?" Tan
"Pak," Panggil Zahira yang langsung membuat pria di atas sana hanya menoleh sekilas."Gimana kalau saya nggak mau?" Pertanyaan gadis itu, sontak membuat Gema menghentikan langkah. Tatapannya menyipit ke arah yang bertanya.Sementara Zahira, gadis itu mulai tersenyum menang. Ia yakin, pria di atas sana pasti bingung hendak menjawabnya."Bukan urusan saya!" Jawaban yang keluar dari bibir Gema, diluar perkiraan. Zahira tercengang melihat sosok tadi melanjutkan langkah dan menghilang di sana.Wajah yang tadi membentuk senyuman, kini ditariknya lagi. Zahira mendengus kecil sambil menghentakkan kaki. Selanjutnya, daripada pusing memikirkan yang tidak jelas, ia memilih untuk segera masuk kamar. Beristirahat sejenak, sebab sebentar lagi ia harus bekerja di dapur. Membuat makan malam untuk dirinya dan sang suami, jika Gema bersedia.Hari-hari kembali berlalu seperti biasa. Tak ada lagi komunikasi yang baik antara Gema dan Zahira. Nampaknya pria itu benar-benar tak ingin merubah prinsip sedikit
Zahira mengejar, hingga terjadi kegaduhan sejenak di depan pintu kamar Gema. Bahkan hingga Yasmin membuka kasar pintu itu, dan melihat si pemilik kamar duduk. Menatap tajam mereka berdua."Apa maksud kalian?" Tanya pria yang terlihat masih belum ada perubahan dari Sebelumnya. Zahira ingin mendekat, tetapi dicegah oleh Yasmin. Dan wanita cantik itu yang berhasil mendekati tempat tidur Gema."Gema, kamu kenapa? Kok nggak masuk? Aku tadi mau kesini, tapi dilarang sama dia. Makanya sempat ribut," Ungkap wanita dewasa yang cantik itu. Gema mengikuti arah telunjuk pada gadis yang dimaksud, ia melihat Zahira melepas nafas lirih sambil menunduk."Keluar!" Gema memerintah ke arah Zahira, gadis itu mendongak kaget. "Tapi, Pak. Gimana kalau Pak Gema .... ""Kamu pikir saya orang jahat?" Sentak Yasmin, Zahira kembali tertunduk. Entah mengapa ada perasaan khawatir dengan suaminya itu, padahal sudah jelas, kedua dosen itu saling mencintai dan menginginkan."Cepat, keluar. Jangan ikut campur dengan
Zahira menahan kesal. Ia memilih pergi, menerobos hujan.Sedangkan Gema sebenarnya termangu di tempat. Namun, pria itu cepat berdecih tak suka. "Dasar, gadis bodoh!" Rutuknya membuka pintu mobil.Gema pun menerobos hujan bercampur petir, menggunakan mobilnya. Kendaraan roda empat itu melaju kencang. Bahkan telah beberapa kali mendapatkan peringatan dari kendaraan yang lain, berupa klakson keras-keras. Sebab ia menyalip tanpa aturan.Ia tak peduli lagi pada sosok tercengang di dekat pintu sebelah. "Kenapa buru-buru sekali, sih?" Gumam Yasmin tampak tak nyaman. Wanita itu sesekali berjingkit, bahkan menutup mata ketika mobil melaju dengan kecepatan maksimal."Gema, kamu kenapa, sih?" Tak lantas mendapatkan jawaban, Yasmin menyentak. Gema yang dari tadi fokus ke depan itu hanya menatap sekilas. Lalu kembali pada posisi semula."Ini hujan deras. Aku harus cepat nganterin kamu pulang," Jawab Gema tanpa menatap lawan bicara."Tapi, katanya kita mau makan siang dulu?""Sedang hujan. Lain kal
Zahira beberapa kali menyalakan mesin motor yang entah kenapa tak juga menyala. Lalu dengan sengaja, Gema melajukan Mobil, seperti tak melihat kesulitan yang Zahira alami.Pria itu hanya sekilas saja melirik ke arah Zahira, lalu bukannya membantu atau mengajak berangkat bersama. Gema bahkan tetap acuh, dan melintas di depan sang gadis dengan cepat.Membiarkan Zahira berdecih tak habis pikir, "jangan kamu pikir aku bakal ngemis, mau ikut mobil kamu ya, pak!" Ia mendengus. Melirik jam tangan, yang tak lama lagi mata kuliah akan dimulai.Mata kuliah Gema, ia harus segera berangkat, meksipun harus berjalan kaki. Beberapa ratus meter perjalanan, ketika ia melangkah cepat, dengan sesekali menyeka keringat di dahi. Tiba-tiba ada motor sport berhenti di samping."Kok jalan kaki?" Tanya pemilik motor gede itu."Eh, motorku mogok tadi, dan nggak mungkin mampir ke bengkel. Bisa telat," Jawabnya tersipu."Ya udah. Ayo, naik." Pria yang selalu baik padanya itu menawarkan bantuan. Kemudian, mana mu
"Kamu mau halangi saya lagi?" Yasmin yang telah tiba di depan pintu kamar Gema itu menyentak. Zahira awalnya berwajah tegang, tapi hanya sesaat saja. Setelahnya, gadis itu tersenyum ceria.Bahkan malah membukakan pintu kamar Gema. Ia masuk terlebih dahulu, dan Yasmin mengekor di belakang, mengamati sang gadis yang meletakkan nampan ke atas meja di depan ranjang Gema."Yasmin, kamu datang lagi?" Tanya Gema, pria itu baru saja terbangun dari tidurnya. Yang ditanya segera mendekat."Iya, Gema. Gimana keadaan kamu? Udah lebih baik?" Wanita itu memperlihatkan wajah penuh kekhawatiran."Sudah. Kamu harus berterimakasih dengan Zahira." Gema menunjuk pada gadis yang dimaksud, membuat Yasmin mengikuti arah wajah pria itu. Yasmin mendengus dalam hatinya. "Kenapa?" Ia bertanya. Tatapannya masih terarah pada sosok Zahira yang senyam-senyum, seperti tanpa dosa."Karena dia, aku bisa sembuh tanpa harus pergi ke dokter.""Ck! Maksudnya apa, ini? Kamu mau menghina aku?""Kenapa kami jadi sewot begitu
Zahira mengejar, hingga terjadi kegaduhan sejenak di depan pintu kamar Gema. Bahkan hingga Yasmin membuka kasar pintu itu, dan melihat si pemilik kamar duduk. Menatap tajam mereka berdua."Apa maksud kalian?" Tanya pria yang terlihat masih belum ada perubahan dari Sebelumnya. Zahira ingin mendekat, tetapi dicegah oleh Yasmin. Dan wanita cantik itu yang berhasil mendekati tempat tidur Gema."Gema, kamu kenapa? Kok nggak masuk? Aku tadi mau kesini, tapi dilarang sama dia. Makanya sempat ribut," Ungkap wanita dewasa yang cantik itu. Gema mengikuti arah telunjuk pada gadis yang dimaksud, ia melihat Zahira melepas nafas lirih sambil menunduk."Keluar!" Gema memerintah ke arah Zahira, gadis itu mendongak kaget. "Tapi, Pak. Gimana kalau Pak Gema .... ""Kamu pikir saya orang jahat?" Sentak Yasmin, Zahira kembali tertunduk. Entah mengapa ada perasaan khawatir dengan suaminya itu, padahal sudah jelas, kedua dosen itu saling mencintai dan menginginkan."Cepat, keluar. Jangan ikut campur dengan
"Pak," Panggil Zahira yang langsung membuat pria di atas sana hanya menoleh sekilas."Gimana kalau saya nggak mau?" Pertanyaan gadis itu, sontak membuat Gema menghentikan langkah. Tatapannya menyipit ke arah yang bertanya.Sementara Zahira, gadis itu mulai tersenyum menang. Ia yakin, pria di atas sana pasti bingung hendak menjawabnya."Bukan urusan saya!" Jawaban yang keluar dari bibir Gema, diluar perkiraan. Zahira tercengang melihat sosok tadi melanjutkan langkah dan menghilang di sana.Wajah yang tadi membentuk senyuman, kini ditariknya lagi. Zahira mendengus kecil sambil menghentakkan kaki. Selanjutnya, daripada pusing memikirkan yang tidak jelas, ia memilih untuk segera masuk kamar. Beristirahat sejenak, sebab sebentar lagi ia harus bekerja di dapur. Membuat makan malam untuk dirinya dan sang suami, jika Gema bersedia.Hari-hari kembali berlalu seperti biasa. Tak ada lagi komunikasi yang baik antara Gema dan Zahira. Nampaknya pria itu benar-benar tak ingin merubah prinsip sedikit
Zahira mendekati meja makan, ia dan Yasmin menatap heran pria yang berlari, sambil membekap mulut itu. "Gema kenapa?" Tanya Yasmin pada Zahira di sebelahnya."Jadi, saya atau anda yang paham dengan kondisi Pak Gema?" Zahira menggumam jengah.Wanita tadi mungkin sadar bahwa dirinya memang salah. Namun, karena enggan mengakui, Yasmin hanya mendengus dan berlari menyusul Gema yang sudah berada di dalam kamar. Zahira juga tak mau kalah.Kini, kedua perempuan itu telah berada di depan pintu kamar Gema. Mereka saling menatap, ragu untuk segera mengetuk pintu.Cukup lama mereka di sana, dan pada saat Yasmin akan mengetuk pintu, Gema telah muncul dari sana. Membuat dua orang perempuan tadi mendongak penasaran."Ngapain kalian di sini?" Tanya Gema."Gema, kamu tadi kenapa? Kamu, nggak apa-apa, kan? Boleh aku masuk?" Pertanyaan beruntun dari Yasmin, dan entah kenapa, Gema mengangguk tanpa bertanya.Namun, pada saat Zahira akan mengikuti langkah Yasmin, Gema menghadangnya. "Kamu mau kemana?" Tan
Namun, karena mendengar seperti suara berdebat, Zahira melongok di pintu. Ia melihat ada bu Yasmin yang melebarkan mata saat menatap ke arahnya.Sementara Gema yang juga kaget, karena akhirnya dosen cantik itu mengetahui keberadaan Zahira di sini, ia berlari. Mendekati Zahira dan mendorong kasar badan kecil gadis itu, hingga menabrak meja ruang tamu."Bodoh, kamu!" Dengus Gema menatap kesal, Zahira yang bingung dengan kesalahannya, ia hanya menampilkan wajah penuh tanya."Kenapa kamu malah mengintip di pintu, hah? Atau kamu memang sengaja, agar mereka semua tau?""Pak Gema?" Belum sempat Zahira menjawab, suara Bu Yasmin telah terdengar dari ambang pintu. Perempuan itu masih tak percaya dengan apa yang dilihat saat ini. Ia berjalan mendekati mereka, perlahan sambil memperhatikan wajah keduanya secara bergantian.Begitu pula Gema yang bingung, karena ia berfikir statusnya ini akan terbongkar. Pria itu bahkan membiarkan Zahira yang meringis kesakitan. Ia lebih memilih mendekati Yasmin, m
Namun, saat ia akan mengambil dompet di tas, Gema telah mengulurkan beberapa lembar uang ke kasir. Zahira kaget. Gadis itu menatap sang suami penuh tanya, saat petugas kasir mengucapkan terimakasih dan memberikan uang kembaliannya."Loh, Pak?" Ia hendak bertanya, tetapi pria itu malah beranjak pergi. Maka, mau tidak mau Zahira menyusul dengan langkah panjangnya."Pak, tunggu, Pak. Pak Gema!" Teriak gadis itu menyusul Gema yang telah berada di depan mobil."Ada apa lagi?" Tanya pria itu. Sementara Zahira malah mengamati sekeliling, banyak orang. Tak mungkin ia bertanya di tempat ramai seperti ini, jika tidak ingin membuat dirinya malu."Ayo, masuk." Gema memerintahkan, dan dia telah berada di dalam mobil. Zahira mengangguk cepat, juga segera menyusul sang suami ke sana. Mobil melaju perlahan."Pak, kenapa tadi Bapak yang bayarin?" Zahira akhirnya memberanikan diri. Ia menoleh Gema yang tetap berkonsentrasi ke arah depan, tetapi nampak pria itu membuat senyum miring."Memangnya, uangmu
"Sore, Pak. Baru pulang?" Zahira menyapa, tetapi Gema hanya bergeming. Pria itu memperhatikan Zahira yang tangannya masih memegangi ponsel, yang entah kapan benda itu sangat melekat dengannya.Gema hanya mendengus, sambil beranjak cepat menaiki anak tangga. Ke lantai atas. Sementara Zahira, ia tak merasa curiga atau apapun. Sebab setelah Gema menghilang dari depannya, gadis itu kembali melebarkan senyum. Mengarahkan sorot matanya kembali ke layar ponsel.Ia pasti tidak tau, bahwa Gema di atas sana masih melongok ke bawah. Memastikan apa yang terjadi, dan hanya membuatnya semakin jengah.Saat senja telah berakhir, Zahira keluar dari kamar, dengan penampilan lebih segar dari sebelumnya. Pakaian yang ia kenakan juga terbaik di lemarinya.Gadis itu, sejak seperti tak pernah berhenti tersenyum. Ia berlari cepat, naik ke lantai atas. Mungkin lupa atau tidak peduli dengan aturan rumah yang dibuat Gema."Pak Gema, Pak. Buka pintunya," Teriak Zahira sambil menggedor-gedornya beberapa kali. Hin