Share

Berharap Bunda Nikah

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2021-08-21 03:27:15
POV Ayu

Aku menggeliat, menguap, membuka mata perlahan, sekujur badan rasanya pegal semua. Mengumpulkan segenap kesadaran, mengingat yang terjadi semalam sampai dini hari. Aku tersenyum sambil memejamkan mata. Tak menyangka, lelaki yang pertama menyentuhku tiada lain adalah Abang angkatku sendiri.

Membalikkan badan, Abang sedang memainkan gadgetnya dengan tubuh bersandar pada kepala ranjang.

“Bang ....” Lirih aku memanggil, sembari merangkul pinggangnya.

“Udah bangun, Sayang?” Handphone disimpan, tangannya membelai rambutku.

“Huum. Sekarang jam berapa?” Kepala Abang mendongak, melihat jam dinding.

“Jam delapan lewat sepuluh menit.”

Memaksakan tubuh untuk duduk. Namun lagi-lagi, masih terasa perih di area sensitif. Meringis.

“Masih perih?”

“Oh, enggak-gak, udah gak kok.” Bisa gawat kalau bilang perih. Nanti malah ‘diajakin’ lagi. Duh malah berbohong jadinya. Ya habis gimana, keadaanku lagi lemas banget.

Kulihat ada sepiring roti tawar panggang dan dua gelas susu.

“Abang udah s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Bertemu Putri

    PoV SilviAlhamdulillah, pernikahan sahabatku berjalan dengan lancar dan khidmat. Aku juga bersyukur, Bang Dion dan keluarganya masih mau menerimaku meski mereka sudah mengetahui asal usul kehadiranku di dunia. Seorang anak yang tidak diinginkan karena hasil benih dari si pemerkosa.Sedih bercampur kecewa ketika mengetahui kebenaran tentang siapa diriku. laki-laki yang selama ini kuanggap sebagai Bapak kandung sendiri ternyata hanyalah Bapak tiri.Mama dinikahi Papa Boris setelah tiga bulan mengandungku. Menurut Bi Tumi, awalnya Papa Boris tidak mengetahui perihal kehamilan Mama tapi saat malam pertama, Papa Boris tidak mendapati Mama sudah tidak perawan, mau tak mau akhirnya Mama berkata jujur. Papa Boris kecewa. Dia tak mau melakukan hubungan suami istri kalau Mama belum melahirkan.Papa Boris yang dulu sangat penyayang, perangainya berubah kasar pada Mama saat hadirnya aku di dunia.

    Last Updated : 2021-08-21
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Cerita Putri

    PoV Dion BUGH!! Satu bogeman mentah langsung mendarat ke pipi si Banci tanpa bisa ia mengelak. Tidak kusangka akan bertemu kembali dengan anaknya Herlina. “Kakak! Dia ini siapa? Kenapa tiba-tiba pukul Mas Firman?!” Silvi menahan dadaku agar tak menghajar si Banci lagi. “V*ngke! Gak ada akhlak! Berani lo buntingin cewek di bawah umur! Saraf!!” Geram, aku memaki lelaki yang meringis kesakitan, bersembunyi di balik tubuh adiknya Silvi. “Bang! Abang kenapa sih? Kenapa pukul dia?” tanya Silvi heran. Dia memang belum pernah bertemu sama Firman. Aku mengatur napas. “Ibunya dia yang ngebunuh Ayah Abang! Ibu dia yang udah nyulik Ayu waktu bayi! Dia anaknya Herlina!!” suaraku meninggi. Silvi menutup mulut dengan kedua tangan, tubuhnya mundur selangkah, menggelengkan kepala. “Kenapa harus Mas Firman yang kamu pukul? Ibunya sudah di penjara!!” Adik Silvi mulai membela. “Sorry ya, Put. Dia ini laki b*jingan! Banci! Kalian tau gak? Ayu hampir diperkosa sama dia!!!” Kembali suaraku menin

    Last Updated : 2021-08-21
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Bergosip

    PoV Dion “Ooh ... Kakak juga mau nikah? Kapan?” Putri terkejut mendengar ucapan Neng Cipi. Ya maklum, mereka kan emang udah kepisah lama. “Iya. Nanti akan Kakak kabari kalau waktunya sudah dekat. Doakan saja, semoga pernikahan Kakak sama Bang Dion berjalan dengan lancar.” Hem, Neng Cipi ngomongnya pake malu-malu. Bikin gemes banget dah! “Pasti, Kak. Kak, Bang, kalau begitu kami pamit pulang dulu. Kasihan Mas Firman, tangannya sampe keringatan begini. Kayaknya Mas Firman bener-bener takut sama Bang Dion.” Iyalah, dia emang harus takut sama gue! Heuh, kalau bukan calon bapak dari anak yang dikandung Putri, udah gue gorok itu lehernya. Jadi laki kayak banci tapi bisa bikin anak orang bunting. Aneh bener dah! Gimana bikinnya, ya? Bingung gue. “Ya udah, kamu hati-hati. Nomor hape kakak jangan dihapus lagi. Kalau ada apa-apa, hubungi kakak.” Calon bini gue emang kakak yang baik. The best banget! Beruntung dong gue, punya bini kayak Silvi. Cantik, bohay, sefrekwensi sama gue. Kan mant

    Last Updated : 2021-08-21
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Firasat

    PoV AyuHari ketiga di rumah Ibu, aku dan abang memutuskan untuk pulang ke rumah Bunda, membicarakan rencana tempat tinggal dan menanyakan siapa sosok lelaki yang sering Bunda temui.“Kok cepet sih, Nak? Bukannya seminggu?” Wajah Ibu terlihat sedih. Aku mengulas senyum, menggenggam telapak tangannya.“Ada hal penting yang harus dibicarain sama Bunda, Bu,” sahutku memandang wajah Ibu penuh cinta.Di ujung sofa, ada Bang Dion yang duduk bersebelahan.“Zheyeng kok buru-buru sih?” Bang Dion mulai aksi konyolnya. Menjawil dagu Abang sambil merebahkan kepala di pundak suamiku.“Apaan sih lo ah? Geli gue! Sono-sono jauhan.” Bang Dion bergeming, tetap memeluk pinggang Abang. Aku dan Ibu geleng-geleng kepala.“Ini lagi tangan! Lepasin kagak?” Abang kandungku itu tetap diam.&

    Last Updated : 2021-08-21
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Rahasia

    PoV Bunda TariSetelah memastikan Ayu dan suaminya tidur terlelap. Bergegas, aku masuk ke kamar Dendi.“Gimana, Sayang? Mereka sudah tidur?” tanya laki-laki yang sedari tadi bersembunyi di samping lemari pakaian.“Sudah. Cepetan Mas keluar. Biar besok aku yang ke rumah.”“Katamu, mereka di rumah Eva seminggu. Ini belum seminggu udah pulang?”Aduh, malah banyak tanya lagi.“Besok aja ceritanya. Sekarang mendingan Mas pulang. Cepetan!”Baru saja hendak membuka gagang pintu, terdengar langkah kaki. Aku mengunci pintu kembali.“Mas cepetan sembunyi.”“Kenapa lagi? Tadi suruh cepat-cepat pulang, sekarang malah suruh cepat-cepat sembunyi?”Kudorong-dorong tubuh Mas Bram agar secepatnya bersembunyi di tempat semula.Setelah memastikan Mas Bram tak

    Last Updated : 2021-08-21
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Bertanya

    PoV BundaBagaimana kami bisa menyembunyikan pernikahan selama sepuluh tahun? Tentu saja bisa. Ratih Angelica menyembunyikan kejahatannya lebih dari sepuluh tahun pun bisa.Pertemuan aku dan Mas Bram setelah menjadi suam istri, sering kali dilakukan, saat anak-anak tidak di rumah. Makanya, sangat kutekankan, kalau Ayu atau Dendi akan pergi, mereka harus ijin dan memberitahuku, jam berapa akan pulang. Salah satu alasannya agar aku dan Mas Bram tidak kepergok sama mereka. Pun melarang Ayu atau Dendi masuk ke kamarku tanpa ijin.Sebenarnya Dendi pernah hampir memergoki kami yang sedang berhubungan badan di rumah. Ketika itu, anak semata wayangku masih awal-awal kerja di perusahaan, dia pulang mendadak karena ingin aku menandatangani beberapa berkas. Astaga ... aku sampai lupa tidak memakai jilbab.“Bunda tumben gak pake jilbab?”Tanyanya tempo lalu.“O

    Last Updated : 2021-08-21
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Gara-gara Dion

    PoV AbangSetelah salat Subuh, Bunda sudah pergi. Katanya, ingin menemui sekaligus membicarakan rencana pernikahannya dengan lelaki yang bernama Bramantyo. Kini, Tinggallah aku dan Ayu menikmati sarapan nasi goreng buatan istriku tercinta.“Semalam Abang mimpiin Bunda sama laki-laki itu, Yu.”Wanita di sampingku menghentikkan suapannya. Ia memiringkan kepala, lebih menyimak.“Mimpi gimana?”Meletakkan sendok di atas piring, meneguk air putih, lalu mendesah panjang.“Mimpi Bunda dan seorang lelaki sedang menikah. Anehnya, wajah laki-laki yang dalam mimpi berbeda dengan laki-laki yang Bunda temui.”“Mungkin Cuma bunga tidur, Sayang.” Ayu menggenggam tanganku seraya mengukir senyum manis.“Entah. Mimpi itu kayak nyata. Suasananya juga kayak zaman dulu.” Aku membuang pandangan

    Last Updated : 2021-08-22
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Melampiaskan

    PoV AbangSetibanya di rumah, langsung menekan bel berkali-kali. Tidak berlangsung lama, muncullah bidadari pujaan hati.Kudorong tubuh Ayu perlahan, menutup dan mengunci pintu kembali, lalu mencium bibir tipisnya dengan liar. Kedua mata Ayu melebar, mungkin terkejut mendapat serangan mendadak. Kemudian, perlahan ia membalas aksiku. Menyeimbangi permainan yang aku sajikan.Aku dan Ayu menghapus Jarak, entah menit yang keberapa kami saling melepaskan dengan napas terengah.Kedua tanganku menangkup pipi Ayu. Menempelkan kening pada keningnya.“Love you, love you, love you, more.” ucapku seraya mengatur napas yang memburu.“Love you too.”Tidak menunggu waktu lama, membopong tubuh Ayu dengan bridal style. Wanita yang telah menjadi istriku mengalungkan kedua tangan pada leherku, membawanya ke dalam kamar. Hin

    Last Updated : 2021-08-22

Latest chapter

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Melahirkan

    PoV Abang Setelah acara peresmian selesai, aku segera meninggalkan tempat acara. Ingin cepat-cepat menemui Ayu. Tadi Bunda menelepon, katanya Ayu sudah dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang, Ayu sudah mulai pembukaan dua. “Bang, tunggu!” seru Sabrina yang memang ikut datang bersama Sudira. Aku menghentikkan langkah, membalikkan badan. Sabrina dan Dira mendekati. “Ada apa?” sabrina mengatur napas. “Papa gimana kabarnya?” Aku menghela napas. “Udah nemuin belum?” Aku balik tanya. Kali ini Sabrina harus mau menemui Papanya. Kasihan Om Rahmat, kesepian. Aku tidak akan membiarkan salah satu amggota keluarga hidup sebatang kara lagi. Sabrina menggeleng. “Kamu temui dulu. Sorry, gue lagi buru-buru.” Aku melanjutkan langkah dengan cepat menuju parkiran. tapi pasangan itu terus mengikuti. “Bang, aku serius. Papa gimana keadaannya?” Sabrina berusaha mensejajarkan langkah. “Nanti aku kirim alamat apartemennya.” Ucapku masuk ke dalam mobil. “Ada apa sih buru-buru?” Rina tidak sabaran. “Ay

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Peresmian dan Persalinan

    PoV Abang“Om gak nyangka secepat ini ditinggalkan Cindy. Padahal Om mulai yakin, kalau dia benar-benar sayang Om. Tidak hanya menginginkan uang Om.” Tutur Om Rahmat di tengah isak tangisnya. Aku menghela napas sebelum menanggapi.“Jodoh, rejeki, kematian, itu semua rahasia Tuhan. Om harus sabar dan ikhlas, biar Cindy tenang di sana.” Kucoba menghibur Papanya Sabrina. Ia terlihat sedih sekali. Kepalanya merunduk. Sesekali menyeka cairan yang keluar dari hidung dan mata. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangi. Saat kehilangan Ayah, berbulan-bulan kehilangan gairah hidup. Murung di kamar, enggan berbicara, bahkan kebiasaanku menjahili Ayu pun hilang dalam beberapa waktu.“Iya, Den. Om akan berusaha untuk ikhlas. Terima kasih.”Aku melongok ke atas, melihat keadaan apartemen yang sebagiannya sudah hangus terbakar. Api sudah tidak lagi berkobar.&

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kebakaran

    PoV Abang Pukul delapan pagi, tiba di kantor. Bertepatan dengan kedatangan Dion. Kami bertemu di area parkir. “Dira udah datang dari jam tujuh katanya,” ujar Dion mensejajari langkahku. “Wah tumben? Ada apa?” “Ada yang mau dibicarain soal perumahan itu. Dia mau langsung ke sana hari ini.” Saat melewati lobby, terlihat Dira sedang berbincang dengan seorang wanita. Aku dan Dion menghampiri Dira seketika pembicaraan mereka terhenti. “Pagi, Pak Dendi, Pak Dion.” Sapa Dira berdiri. Wanita di sampingnya membuang muka, menyeka air mata. “Pagi. Eh, bukannya itu Rina ya?” tanyaku melongok wanita yang kini berdiri di samping Dira. “Iya, Bang. Aku Rina,” sahut anak kedua Om Rahmat. “Ya udah, Ayo kita naik ke atas.” Ajakku pada mereka. Dion sudah lebih dahulu naik ke atas. Mungkin mempersiapkan beberapa berkas terkait proyek perumahan yang ditangani Dira. “Aku nunggu di sini aja,” ucap Rina. “Kamu ikut. Ada yang mau saya bicarakan.” Kataku berjalan lebih dulu dari Sabrina dan Sudira. M

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Bidadari Dalam Mimpi

    PoV BundaAku hanya menghela napas. Bingung, harus bersikap bagaimana. Kakak kandungku menikah dengan wanita yang pernah dekat dengan Mas Bram. Haruskah berdiam diri, membiarkan Bang Yadi dikuras uangnya perlahan-lahan?“Riana, aku berani sumpah. Aku tidak pernah lagi menghubungi dia. Aku juga gak tahu, kalau dokter punya hubungan dengannya? Riana aku minta maaf.” Menoleh, menatap kedua netra laki-laki yang telah bertahun-tahun aku cintai. Kupaksakan bibir ini untuk tersenyum.“Aku percaya sama kamu, Mas.” Mas Bram terlihat lega. Ia menggenggam telapak tanganku lalu mengecupnya berkali-kali.“Aku janji! Gak akan mendekati wanita lain lagi. Apalagi mendekati Cindy atau Sari. Tidak akan, Riana!”“Sari? Maksud Mas apa?” Aku heran, kenapa Mas Bram menyebut nama Sari? Sikap suamiku salah tingkah kembali. Ia sekarang tampak gusar. Melepas

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Perubahan Dokter Rahmat

    PoV BundaTak kusangka, dokter Rahmat yang tak lain adalah Kakak kandungku bertandang ke rumah lagi. Mas Bram yang kebetulan sedang ada di rumah menyambutnya cukup ramah, seolah kejadian malam tempo hari itu tidak terjadi. Bang Yadi dan Mas Bram duduk di kursi teras, mereka berbincang seolah tidak terjadi apa-apa. Aku ke dalam membawa dua cangkir kopi, menyuguhkannya pada suamiku dan Bang Yadi.“Jadi, kau juga sudah menemui Ibu?”Degh!Pertanyaan Mas Bram yang dilontarkan untuk Bang Yadi membuatku tersentak. Maksud Mas Bram Ibu siapa ya? Aku menarik kursi satunya, duduk di sebelah Mas Bram.“Sudah. Aku yakin, kalau beliau memang wanita yang telah melahirkanku dan Tari.”Jawaban Bang Yadi membuatku salah tingkah. Mas Bram dan Bang Yadi sudah bertemu dengan wanita itu, dan mereka sangat yakin kalau wanita yang tinggal di rumah Dendi adalah Ibuku dan B

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Pemakaman

    PoV Abang“On, telepon Pak Heru. Kita nunggu di rumah Firman aja. Sekalian bilang ke Pak Heru, jenazah Herlina langsung urus di sana. Dari mulai dimandiin, dikafanin, dan juga dishalatin. Biar nanti di daerah kediaman Firman, kita persiapkan pemakamannya aja.” Kataku sambil menyetir.“Oke.” Dion langsung menghubungi komandan Heru Rudhiat.Sekian menit Dion berbicara dengan Komandan Heru. Sesekali aku menoleh, memastikan segala yang aku usulkan disanggupi.“Gimana, On?” tanyaku, begitu Dion mengakhiri sambungan telepon.“Iya. Jenazah Herlina diurus di sana. Tadi Pak Heru bilang, jam dua siang, Herlina dibawa ke rumah sakit. Sempat mengalami perawatan. Nah jam tiga, dia meninggal.”“Oh begitu. Sekarang udah dikafani belum?”“Tadi katanya lagi dimandiin sama pihak pemandi mayat rumah sakit

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kabar Duka

    PoV AbangSetelah dua hari istirahat di rumah, akhirnya aku bisa keluar juga. Menghadiri acara pernikahan Mama Dahlia dan Pak Supriyatna. Acaranya dilaksanakan di kediaman baru Pak Supriyatna yang berlokasi tidak jauh dari rumah Ibu.“Kalau kata Ibu, Pak Supri sengaja beli rumah dekat rumah Ibu supaya Mama Dahlia ada temannya. Udah gitu kan, ibu sama Mama Dahlia lagi produksi usaha kue kering.” Jelas Ayu saat aku bertanya alasan Pak Supri membeli rumah di daerah situ.Tidak hanya aku dan Ayu yang datang di acara pernikahan orang tua Silvi itu, Nenek, Bi Sumi dan Bang Parto pun ikut datang.Setelah semuanya siap, kami meluncur ke lokasi acara tersebut. Bang Parto yang mengemudikan mobil.Tidak memerlukan waktu lama, kami telah sampai di tempat. Suasana sudah mulai ramai. Aku memapah dan memperkenalkan Nenek pada Ibu dan yang lainnya. Alhamdulillah mereka menerima dan percaya kalau N

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Dion Mengingatkan

    PoV AbangAku membiarkan Nenek dan Om Rahmat hanyut dalam isak tangis kerinduan. Meninggalkan mereka dan Masuk ke dalam kamar, air mataku turut mengalir. Ayu yang sedang berselonjor di atas pembaringan terhenyak.“Bang, Abang kenapa?” Bergegas Ayu menghampiriku, duduk di tepi ranjang. Menyeka air mata.“Om Rahmat mengakui Nenek sebagai Ibunya?” Aku menoleh, menganggukkan kepala.“Alhamdulillah ....” Ayu memeluk pinggangku. Aku membelai kepalanya, mengecup cukup lama.“Abang terharu ya?”“Iya. Tapi sayang, Abang gagal bikin Bunda mau menemui Nenek.” Ayu mengembuskan napas. Mengusap punggung tanganku.“Gak apa-apa. Insya Allah, Bunda juga sebentar lagi mau mengakui Nenek.”“Sebentar lagi kan, Ayu mau lahiran. Abang pengen semua keluarga berkum

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Ibu

    PoV dokter RahmatApa benar begitu? Perasaan sayang yang aku rasakan pada Tari, karena kami ada hubungan darah?Memang, kerap kali Tari merasa tersakiti, hatiku ikut tersakiti. Melihatnya bahagia, hatiku pun ikut bahagia. Apalagi jika mengingat kejadian malam itu. Di mana sebelumnya kami tertawa bersama, namun sikap kasar yang dilakukan oleh Bram terhadap Tari membuatku sangat amat marah.“Om, kalau ingin mendengar cerita lebih jelasnya, Om bisa ikut saya untuk ketemu Nenek. Kasihan Nenek, Om. Apakah Om tidak merindukan sosok wanita yang telah mengandung dan melahirkan Om?”“Kau ... telah bertemu dengan dia?” Bergetar aku melempar tanya.“Iya.”“Apa kau yakin, kalau dia wanita yang telah melahirkan Om dan Bundamu?”“Yakin. Walaupun kami belum melakukan tes DNA, tapi saya yakin kalau be

DMCA.com Protection Status