Keesokan harinya Nayra dan keluarganya chek out dari hotel. Gadis itu dibuat bingung oleh tingkah Saga.
Saga bilang akan membawa mereka ke rumah baru yang kemarin mereka lihat. Namun, arah jalanan ini berbeda dengan alamat rumah yang kemarin. Mobil Saga berhenti di sebuah rumah mungil yang letaknya tidak jauh dari kampusnya Davi.
Biarpun halamannya tidak terlalu luas, tetapi terlihat asri dan nyaman. Ada beberapa pot bunga menghiasi teras rumah. Bahkan ada ayunan keranjang di ujung halaman.
"Sekarang inilah tempat tinggal baru kalian," ujar Saga dengan senyum terkembang.
Dia merogoh kantong untuk mengambil anak kunci. Lelaki itu mulai membuka rumah asri berlantai satu ini. Tangannya mempersilakan masuk.
Nenek, Davi, dan juga Nayra mengedarkan pandangan. Sebuah hunian yang cukup nyaman bagi mereka bertiga. Rumah ini terdiri dari ruang tamu merangkap ruang keluarga, dua buah kamar, dapur mer
"Nayra ...." Saga mendesis sakit.Lelaki itu tidak menyangka jika Nayra yang polos ternyata bisa sekejam ini. Walau begitu senyum Saga kembali terkembang. Sikap malu-malu dari Nayra kian membuat Saga menyukainya. Dia benar-benar gemas pada Nayra.Namun, sisi hatinya langsung mengingatkan kalau dia hanya boleh sebatas menyukai saja. Tidak boleh lebih. Karena dia sudah berjanji jika hatinya hanya akan ia berikan untuk Dela seorang.Saga membuang jauh pikiran tentang Nayra tadi. Dirinya gegas menuju bagian pembayaran. Lelaki itu menyerahkan back card-nya pada Mbak kasir. Di sebelahnya Nayra ikut menunggu. Setelah transaksi selesai, keduanya keluar dari rumah mode tersebut tersebut.Ada rasa haru yang menyelinap dada, saat Saga tidak membiarkan Nayra kerepotan menenteng banyak tas. Lelaki itu dengan sigap ikut membantu membawakan barang belanjaan tersebut."Sekarang kita mau ke mana lagi?" tan
Nayra menggeliat. Kumandang adzan subuh berhasil membangunkan lelapnya. Mata wanita itu mengerjap perlahan, lalu mengedarkan pandangan. Asing. Ini di mana?Nayra merasa ada yang mengganjal perutnya. Wanita itu menoleh. Seketika dirinya memekik melihat ada seseorang pria yang telah lancang memeluknya."Enggg! Apa sih berisik banget?!" Saga mengerang malas. Lelaki itu berganti posisi. Dari menyamping memeluk Nayra. Berganti tidur terlentang.Nayra ternganga. Bingung kenapa Saga bisa sampai tidur seranjang dengannya. Wanita itu menepuk jidat."Kenapa aku lupa kalo sudah menikah dengan Saga?" Nayra tergeli sendiri.Dia memandang paras teduh pria yang sudah resmi menjadi imamnya itu. Saga masih terlelap pulas. Hidung Saga begitu mancung. Alisnya juga tumbuh dengan tebal.Mendadak dada Nayra terasa berdesir. Entah mengapa tangan wanita itu terdorong ingin mengelus wajah tegas nan menawan tersebut.Baru juga meraba pipi, Saga lekas men
Nayra terpekik kecil saat tiba-tiba Saga menaruh dagu pada pundaknya."Awas, Mas, aku lagi masak nih," usir Nayra karena merasa sedikit terganggu."Kenapa sih? Kayaknya gak suka banget kalo aku dekat," sungut Saga mundur.Nayra berpaling. Wanita itu mengulum senyum. "Aku kan lagi masak, bau bawang dan bumbu. Nanti baju kantor kamu kena juga deh," tuturnya lembut.Saga mendengkus kecil. Namun, dia tidak memprotes lagi. Karena menikah dengan Nayra membuat dirinya merasakan kebahagiaan. Kenikmatnya berumah tangga yang sesungguhnya.Setiap pagi Saga akan dimanjakan dengan makanan yang sudah dibuat oleh Nayra. Sepuluh tahun menikah, jarang sekali dia merasakan sedapnya makanan rumah. Hanya sesekali dia menikmati olahan asisten rumah tangganya.Dela mana mau membuatkan Saga makanan. Masak saja tidak bisa. Dan yang pasti, wanita itu tidak akan sudi mengorbankan perawatan ku
Seperti punya alarm alami. Nayra akan terbangun di waktu subuh. Biar pun tertidur malam, tetap saja kupingnya peka terhadap adzan.Bibir Nayra melukis senyum melihat sosok Saga yang tengah terlelap. Lelaki itu masih bertelanjang dada. Dia sendiri sudah mengenakan pakaian.Mengingat kejadian semalam, pipi Nayra memanas. Dia amat malu. Semalam Nayra menangis terisak-isak bak anak kecil ketika Saga berhasil menjebol pertahanannya.Untungnya sang suami teramat pengertian. Saga membujuk Nayra dengan penuh kelembutan. Pria itu juga amat hati-hati saat menyentuh. Memperlakukan Nayra bak porselen.Mengabaikan rasa perih yang mendera area intim, Nayra bangkit. Wanita itu ingin lekas membersihkan badan. Baru dua langkah, dirinya berhenti. Kali ini Nayra harus bisa mengajak Saga sholat bersama.
"Pulang sekarang!"titah Dela tidak main-main."Del, jangan main suruh gitu!" Saga menolak. "Aku baru nyampe di sini dua jam lalu.""Gak mau tahu, pokoknya pulang!"tegas Dela, "sekarang aku tuh sudah ada di Jakarta. Di rumah kita."Saga bergeming. Sungguh dia sangat muak dengan sikap egois dan dominannya Dela. Hanya saja dirinya tidak berdaya.Dulunya Saga adalah seorang pemuda biasa. Bukan termasuk pria miskin. Namun, tidak sebanding dengan Dela yang memang berasal dari keluargatajirdi kota ini.Banyak yang bilang Saga beruntung mendapatkan Dela. Dela adalah putri tunggal dari seorang pengusaha properti dan pemilik beberapa ritel. Papa Dela membangun banyak ruko dan rumah kontrakan di beberapa kota. Mertua Saga merupakan salah satu pria terkaya di negeri ini.
Saga tidak berkutik jika sudah tinggal di rumah mertua. Lelaki itu harus pulang tepat waktu. Tidak bisa bebas bepergian. Waktunya benar-benar tercurah hanya untuk Dela seorang. Bahkan untuk sekedar menelepon Nayra pun susah. Ada Dela yang setiap saat di sisinya. Akan terjadi prahara jika Saga berbuat ceroboh. Karena itu Saga mencoba bersabar dengan keadaan. Jujur, empat hari tidak bersua dengan istri mudanya, Saga dilanda rindu. Rindu pada kehangatan sikap Nayra, masakan wanita itu, hingga ritual mereka di ranjang. Lelaki itu mencari akal untuk dapat menemui Nayra. Kebetulan hari ini Dela mendapatkan undang tampil di acara televisi. Kesempatan ini tidak disia-siakan Saga.
"Sagaaa!" Dela berteriak.Saga berhenti sejenak. Namun, ketika bayangan Nayra yang tengah meratap sedih membuat pria itu kembali melangkah."Sagaaa ... berhenti."Saga tidak lagi menggubris. Pria itu ingin segera menemui Nayra. Ingin memberikan dukungan pada istri mudanya.Saga tahu rasanya kehilangan. Apalagi kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup. Dirinya pernah merasa amat menyesal, karena tidak ada di saat ayah tercintanya menghembus napas terakhir.Rasa bersalah dan menyesal menderanya bertahun-tahun. Apa lagi alasan saat itu adalah karena sedang berkencan dengan Dela. Makanya hari ini, apa pun yang terjadi Saga tidak akan mengulangi kesalahannya yang dulu.PRANKKK!Saga tidak ingin memedulikan teriakan Dela yang terus memanggil namanya. Namun, suara pecahan benda kaca itu membuat hatinya berdesir takut. Dela adalah wanita yang suka ber
"Yesss!" Saga meninju udara. "Terima kasih ya Allah," ucapnya tulus sembari meraup wajahnya. "Yeahhh!" Dia kembali berseru gembira. Di saat yang bersamaan masuk Dela. Wanita itu mengernyit melihat tingkah aneh sang suami. Saga bukan tipe pria yang ekspresif. Aneh. "Ada apa, Ga? Heboh amat," tegur Dela tersenyum miring. Tangannya terlipat di dada. Saga langsung balik badan begitu mendengar suara istrinya. "Eh, Del ...." Dia memegang kedua pundak istrinya dengan senyum yang tersungging, "doa kita didengar Allah," ujarnya bahagia. Kening Dela kian mengernyit dalam. Dia masih belum paham dengan perkataan Saga. "Kita akan menjadi orang tua, Del," jelas Saga semringah. "Kita?" Dela menyipit.
"Nay, kamu masih di situ?" Dela menegur ketika mendapati Nayra terbengong tanpa mau menjawab permintaannya."Eum ... iya, Mbak.""Mau, ya, dateng ke sini? Kasihan Saga dari pagi perutnya belum keisi apa-apa," bujuk Dela serius."Aku izin dulu sama suami ya, Mbak," sahut Nayra sembari melirik ke arah Azriel. Sang suami sendiri mengangkat alis dengan maksud ada apa?"Tapi serius datang lho," ujar Dela setengah memaksa."Insya Allah," balas Nayra kalem, "udah dulu ya, Mbak, aku nerusin makan dulu. Assalamualaikum."Nayra mematikan sambungan telepon begitu Dela menjawab salamnya."Kenapa sih?" Azriel yang penasaran langsung melontarkan pertanyaan."Mas Saga katanya tadi siang pingsan saat presentasi.""Terus?""Mbak Dela bilang dia pengen banget makan bubur ayam buatan aku."
Nayra tengah berkutat dengan wajan dan kompor. Dua jam yang lalu Azriel mengirimkan pesan. Lelaki yang sudah menemani hidupnya selama beberapa bulan ini memintanya untuk membuat spaghetti.Sementara setengah jam yang lalu, Davi sang adik meminta Nayra untuk membuat banyak makanan. Pemuda itu ingin mengenalkan seorang gadis pada kakaknya. Nayra yang antusias tentu sangat senang mendengarnya.Itu berarti Davi sudah bisa move on dari Bela. Dan Bela cukup merasa senang. Karena menurutnya, Bela membawa pengaruh buruk untuk Davi.Nayra ingat sekali, Davi sering meminta uang dalam jumlah yang banyak demi bisa berkencan dengan Bela. Gadis yang katanya paling cantik di kampusnya Davi. Tidak segan-segan Davi menggelapkan uang kuliahnya untuk membelikan Bela sebuah ponsel di hari ulang tahunnya.Puncaknya adalah saat Davi meminjam mobil Ryan saat dating dengan Bela. Davi yang belum mahir berkendara harus menabr
Dela menghembus napas mendengar permintaan Saga. Baginya ini terlalu melunjak. Andai sang suami sedang dalam keadaan tidak lemah, dia ingin membentak pria itu keras-keras."Del, aku butuh air teh hangat," pinta Saga kembali mengulang."Harus teh hangat buatan Nayra?" cibir Dela gemas. Dia masih menahan rasa gondoknya."Iya, Del, teh hangat buatan Nayra emang yang paling cocok buat perut aku.""Tapi ini masih pagi banget, Ga," tukas Dela kian keki, "gak ada adab banget kalo tiba-tiba aku suruh Nayra buatin teh untuk kamu. Ingat juga, dia itu istri orang sekarang. Istrinya Azriel. Pemuda yang udah kamu pilih untuk mendampingi hidupnya Nayra." Dela bercerocos panjang saking gemasnya.Saga terdiam mendengar omelan istrinya. "Oke, jika itu memberatkan kalian semua ya sudah ... gak usah saja," putusnya legowo."Ya iyalah kamu harus sadar diri," sela Dela masih senewen, "kalo kam
"Papa!"Suara cempreng itu terdengar berseru di pintu. Seketika Saga, Adela, dan Nayra menoleh. Tampak berlari si cantik Abrina. Bocah itu menangkap paha Saga. Di belakang sang pengasuh ikut menyusul."Papa," sapa Abrina terlihat semringah.Saga sendiri tidak kalah bahagia. Pria itu gegas membopong Abrina. Dirinya menciumi pipi sang putri dengan gemas. Maklum sudah lebih dari dua minggu keduanya tidak saling bertemu."Bina habis dari mana, Sayang?" tanya Saga lembut. Di sampingnya, Dela ikut mencubit pipi Abrina dengan gemas."Mbak," sahut Abrina seraya menunjuk suster pengasuhnya."Habis dari mini market, Pak. Buat beli susu." Gadis pengasuh itu memberi tahu.Ketika Saga akan berbicara lagi, tiba-tiba perutnya mengeluarkan bunyi. Sepertinya cacing-cacing di dalam sana sedang protes minta jatah makan mereka."Kayaknya Papanya Abrina kelaparan ini," ledek Nayra sedikit menipiskan bibir."Banget, Nay," balas Saga sejujurny
"Pak Saga, nasi gorengnya sudah siap ini," ujar Bik Yati tergopoh-gopoh menghampiri pasangan suami istri itu."Gak, makasih, Bik," tolak Saga pelan.Pria itu bangkit dari duduknya. Ketika Saga hendak mengecup kening Adela, sang istri menahan dadanya."Yakin gak sarapan di rumah?" tanya Adela berusaha membujuk suaminya."Gak, Del, nyium aromanya saja tadi aku udah enek," balas Saga seraya menarik pinggang langsing Dela."Tapi kan Bik Yati sudah selesai masaknya. Udah gak kecium itu bumbu tumisya, Ga," bujuk Adela tidak patah semangat."Tetap saja aroma bumbunya nusuk hidung aku, Del."Adela menghempas napas dengan berat. Dirinya mendepak pelan tubuh sang suami yang sudah menempel padanya."Ya udah, Bik, kamu saja yang temani aku makan pagi," ajak Dela merajuk.Wanita tinggi semampai itu menarik lengan sang asisten rumah tangganya meninggalkan ruang tengah."Del!"Adela tidak menggubris pang
Pukul lima pagi, Adela dan Saga baru saja selesai shalat subuh berjamaah. Wanita itu sudah mulai menjalankan perintah Allah. Walau pun masih sering bolong-bolong, setidaknya Dela sudah bersedia menjalankan kewajiban tersebut.Usai sholat berjamaah, Adela membuka lemari. Perempuan itu mengambil kaos serta celana training. Dia ingin jalan santai mengitari kompleks.Sebenarnya Adela sangat menyukai olahraga joging. Namun, entah kenapa akhir-akhir ini dirinya mudah lelah. Baru beberapa meter berlari napas Dela sudah terengah-engah.Usai memakai sneaker, Dela keluar kamar. Sebelum menutup pintu, dia menengok sang suami. Saga tengah tengkurap sembari memeluk guling.Dela mengulum senyum melihat gaya tidur sang suami. Saga sering kali menasihatinya agar jarang tertidur setelah subuh. Selain menghambat rezeki juga bisa menganggu penampilan.Namun, nasihat tinggal nasihat. Saga melupakan semua petu
"Astaghfirullah hal adzim!"Nayra tersentak. Dia membuka mata. Di bawahnya Azriel pun sama terkagetnya. Para sepupu Azriel juga ikut terbangun. Suara mereka mulai riuh rendah melihat posisi Nayra dan Azriel."Ya Allah, Mbak ... kalo mau 'main' mbok ya lihat tempat," tegur Davi sembari menghembus napas, "masa asal nempel aja di sembarang tempat sih? Emang gak malu sama mereka?" imbuh Davi sambil geleng-geleng saking herannya.Mendengar ocehan Davi, sontak Nayra melepaskan diri. Wanita itu gegas bangkit dari tubuhnya Azriel. Sementara sang suami juga ikut bangun untuk duduk.Wajah keduanya sama-sama merona. Tentu saja mereka jengah. Apalagi sepupu Azriel juga pada menggoda."Ranjang kalian baru dan luas, Mbak. Ngapain milih main di sofa yang sempit gini? Di hadapan bocah-bocah juga." Lagi Davi menggeleng heran saat bercerocos."Kalo ngomong itu dijaga ya, Vi!" balas Na
"Selamat, ya," ucap Saga dengan menyunggingkan senyum."Terima kasih," sahut Azriel pun ikut menipiskan bibir.Saga menjabat tangan Azriel dengan tulus. Walau pun masih ada sedikit rasa cemburu melihat Nayra bersanding dengan pria lain. Namun, saat ini Saga sudah mampu mengontrol diri."Jaga Nayra baik-baik," pinta Saga serius, "dia memang selalu terlihat tenang, dan selalu berusaha untuk tidak merepotkan orang. Tapi percayalah, Nayra sama seperti kebanyakan wanita lainnya. Dia juga suka dipuja dan dimanja," pesan Saga layaknya seorang kakak pada adik kandungnya.Di sebelah Azriel, Nayra hanya mengulum senyum."Terima kasih banyak untuk wejangannya," ucap Azriel balas menjabat tangan Saga dengan erat, "Insya Allah aku akan menjaga Nayra dengan sebaik-baiknya," imbuhnya dengan melirik sekilas ke arah sang istri.Saga melepas jabatan tangannya. "Ya udah aku ke Dela dulu, ya," pamitnya kemudian.Pria itu lantas menyusul sang istri
"Sebenarnya aku juga sayang sama kamu, El," ungkapnya tersedu. "Balik ... El!" ratapnya pilu.Suara pengumuman keberangkatan pesawat terbang tujuan Jakarta-Tokyo bergema. Tubuh Nayra terasa lemas. Sungguh ia menyesal.Puas menangis Nayra memutuskan untuk pulang."Nayra!"Langkah Nayra terhenti. Wanita itu langsung balik badan. Sosok Azriel dengan kaca mata hitam melambai padanya. Wanita itu membeku.Takut salah penglihatan, Nayra mengusap air matanya. Benar. Sosok Azriel memang nyata sedang menatapnya.Di ujung sana, Azriel sendiri melepas kacamata hitamnya. Pemuda itu mengangguk saat Nayra memindainya tidak percaya. Bagai ada yang menggerakkan, Azriel merentangkan kedua tangannya.Sementara Nayra, entah apa yang merasuki pikirannya. Dengan mengabaikan rasa malu, wanita itu melangkah maju. Lalu mempercepat langkah, kemudian berlari kencang untuk menghambur