Paginya, Leyna bersiap diri untuk segera pergi dari rumah Xavier. Kejadian kemarin malam berhasil membuatnya malu dan tak nyaman bila terus – terusan bersama pria itu dalam satu atap. Entah mengapa juga, padahal saat ia terjaga tubuhnya baik – baik saja. Namun, saat tidur tadi, tragedi di hotel itu seakan muncul sebagai mimpi buruk yang sampai membuat tidurnya tak nyaman akibat sesak napas yang ia alami.“Apa ini semacam trauma psikis?” monolog Leyna. Tetapi, kenapa saat bersama Xavier kemarin ia tak mengalami serangan panik? Pikirnya.“Nona, Tuan Xavier meminta anda untuk sarapan di bawah,” intrupsi Bibi pelayan pada Leyna.“Baik, Bi. Aku akan menyusul,” jawab Leyna sopan.Ia langsung merapikan dirinya sendiri agar tampil rapi, memakai make – up tipis yang sudah disediakan Xavier, serta mengambil papaerbag di kasurnya yang berisi pakaian yang ia kenakan kemarin. Setelah dirasa barang – barangnya sudah ia kemasi, ia segera turun ke bawah untuk sarapan bersama sang pemilik rumah.“Hai,
“Kenapa aku belum juga mendapat kabar dari mereka?” tanya Olivia seraya berjalan ke sana dan kemari dengan bingung. Ini sudah jam sembilan pagi, dan ia belum mendapat video ataupun kabar dari orang suruhannya. Ia kembali memencet deretan angka itu dan menunggu seseorang mengangkatnya, namun nihil.Saat ia hendak melempar ponselnya ke ranjang, dering notifikasi pesan mengalihkan niatnya. Pesan itu berasal dari orang yang sedari tadi ia tunggu kabarnya, orang suruhannya. Lagi – lagi, Olivia mengernyitkan alisnya, bingung dan gagal memahami maksud isi pesan itu. Bagaimana tidak? Orang suruhannya itu hanya memberikan pesan berisi alamat suatu rumah sakit lengkap dengan ruangannya.“Apa yang mereka lakukan? Apa Leyna dirawat di sana?” tanyanya pada diri sendiri. Tak perlu lama, Olivia lnagsung mengambil kunci mobil, masker, dan jaketnya. Ia akan memastikannya sendiri, mengingat nomor orang suruhannya itu tidak pernah bisa ia hubungi.Setelah lima belas menit lamanya, ia akhirnya sampai di t
Di taman belakang kediaman Evanthe, Leyna berdiri dengan Roy yang berada di sampingnya. Selepas rundingan di ruang tamu tadi, Roy memintanya untuk datang ke sana. Leyna sendiri sudah tahu, Roy pasti menyadari kebohongannya. Namun, kenapa Roy sedari tadi diam saja dan belum memulai pembicaraan? Itulah yang dipikirkan Leyna saat ini.“Ada apa?” tanya Leyna yang sudah tak tahan dengan keheningan yang terjadi.Roy tampak menghla napas panjang sebelum menjawab pertanyaan sepupunya itu. “Apa yang terjadi denganmu kemarin?”“Aku hanya istirahat saja di hotel.” Elak Leyna yang mencoba untuk tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya.“Jangan mengelak, Ley. Meskipun TKP itu sudah dibersihkan dengan cerdik, aku tetap mendapatkan informasinya. Jangan lupa, Evanthe punya banyak mata. Termasuk untuk dirimu,”“Jika kau sudah tahu, kenapa bertanya lagi padaku?” Leyna tak mengerti jalan pemikiran Roy ysng terkesan ribet.“Aku memang tahu, tetapi tidak dengan detailnya.”Tak punya pilihan lain, Leyna p
Sebenarnya apa yang dipikirkan Edric? Kenapa secara tiba – tiba ia jadi liar seperti ini? pikir Leyna yang juga mencoba untuk menghentiksn pergerakan Edric dengan menahan dada bidang pria itu.“Ed, apa maksudmu?” tanya Leyna dengan tenang.Edric kembali tersenyum, senyum antara tulus atau licik, terlihat sama. Ia menelusuri garis wajah Leyna seraya mengagumi perubahan yang terjadi pada tunangannya itu. “Kita akan menikah, Ley. Dan aku ingin memilikimu sekarang. Apakah tidak boleh?” Hembusan nafas Edric begitu terasa menerpa wajah Leyna.Sekujur tubuh Leyna langsung merinidng selepas perkataan Edric meluncur. Ia benar – benar terperangkap dengan buaya besar di sana. “Ed..” ucap Leyna pelan dengan tatapan yang sebisa mungkin tenang. “Aku janji akan menjadi milikmu, tapi tunggulah sampai menikah nanti. Aku.. kejadi- kejadian it – itu – “ lanjut Leyna yang napasnya pendek – pendek dan tak merasakan air matanya mengalir deras. Badannya bergetar dengan sendirinya.“Ley?” ucap Edric denga
Pemilik wajah campuran Eropa dan Asia barat itu memasuki aula tempat diadakannya pesta Edric. Tubuhnya tercetak sempurna dengan balutan dress hitam tanpa lengan yang menampilkan bahu mulusnya. Rambut burgundy yang tergerai indah nan lurus disertai jepitan rambut berlapis berlian itu menambah kesan anggunnya. Leyna Manston, terlihat sangat dewasa dan elegan. Ia menyapu pandangannnya ke seluruh penjuru untuk melihat – lihat orang yang menghadiri acara tersebut. Yang ternyata, bukan orang sembarangan. Para pebisnis besar, pemilik saham di berbagai negara, selebritas, bahkan orang pemerintahan juga hadir. “Tak biasanya orang pemerintahan ikut hadir,” Memang tak banyak, mungkin hanya dua atau tiga orang saja. apapun itu, Leyna memilih tak menggubris kehadiran beberapa orang asing itu. Kedatangan Leyna bisa dibilang cukup terlambat, karena bisa dilihat Edric dan Marcos sudah menyampaikan ucapan sambutannya, dengan Olivia yang entah mengapa berada di atasa panggung, berdiri di belakang Edr
Leyna tersenyum miring melihat kedekatan dan kespontanan Edric terhadap Olivia. Melihat itu, ia segera mengirimkan pesan kepada orangnya untuk melakukan tugas yang sudah ia rencanakan. “Baiklah, sekarang aku hanya tinggal duduk diam dan menanti keributan.” gumamnya pada diri sendiri seraya meninggalkan kerumunan itu. Ia tak akan pergi jauh - jauh dari ruangan pesta, hanya duduk di balkon aula seraya termangu. Itu saja sudah cukup untuk menambah kesan dramastis. Salah satu poin yang menambah cita rasa rencananya kali ini.***Edric yang membopong Olivia, kini sudah sampai di lantai yang memang sudah ia booking untuk dia dan Marcos. Sengaja mereservasi satu lantai demi keamanan dan kenyamanan mereka. Ia juga tak ceroboh membawa Olivia ke lantai ini. Sebelum memutuskan pergi ke lantai ini, Edric sudah memastikan sendiri ayahnya berada di bawah dan tampak sibuk dengan klien – kliennya. Jadi, sedikit kemungkinan bila Marcos apalagi orang lain masuk ke lantai ini.“Kak, aku bisa turun dan
Di kamar hotel itu, dua insan saling meluapkan gairahnya. Satu per satu pakaian yang Olivia kenakan kini mulai berjatuhan di lantai. Edric membaringkan Olivia dengan lembut di atas ranjang, dengan dirinya yang masih mengenakan pakaian lengkap namun tampak berantakan.“Apa kau yakin akan melakukan ini?” tanyanya dengan suara yang serak, menatap Olivia yang berada di bawahnya dengan pandangan yang berkabut.Olivia mengangguk. “Tentu, Kak. Aku mencintaimu,” jawabnya.Edric tak munafik. Berduaan dengan perempuan seperti Olivia di suatu ruangan dengan posisi seperti ini pasti memancing sesuatu dari dirinya. Untuk sejenak, ia memikirkan Leyna. Tetapi, bukankah akan sama saja, tidak atau melakukan hubungan ini dengan Olivia nantinya berakhir sama. Mereka berdua akan bersama. Jangan lupakan, wajah manis dan cantik Olivia, sang kekasih, kini berada di bawahnya, sesuatu yang Edric inginkan dari dulu. Kenapa Edric menolaknya? Leyna memang menjadi rupawan, tetapi belum tentu perempuan itu akan mau
"Antar kami ke sana.” Suara Logan terdengar sangat dingin. Ia juga meraih tangan Leyna dan menggenggamnya. Leyna saja yang saat ini sedang berpura – pura membuat ekspresi sedih ikut terkejut, lantaran sang Ayah di sini terlihat memerankan perannya dengan baik. Peran Ayah protektif saat putrinya disakiti. Pelayan itu dengan tanggap langsung memimpin jalan menuju ke tempat yang ia ceritakan. Lantai lima belas, lantai yang memang direservasi Edric dan Marcos selama acara berlangsung. Tak hanya Logan dan Leyna saja, Marcos, Maya dan beberapa tamu serta dua kru media juga tampak mengikuti langkah mereka. “Bagaimana ini? Mereka akan ketahuan.” Maya dalam langkahnya memiliki ketakutan di dalam hati dan pikirannya. Ia diam – diam menelpon ponsel Olivia, namun, sudah dari tadi tidak diangkat – angkat. Sedangkan Marcos, wajahnya terlihat tegang dengan guratan – guratan urat yang tercetak. Jantungnya juga berdegup kencang. Jika memang benar seperti yang dikatakan pelayan itu, citra Faramond pa
Aku, Leyna Manston. Ralat, Leyna Miller. Percaya atau tidak, keajaiban itu ada. Seperti halnya dengan apa yang telah aku alami ini. Aku diberi kesempatan hidup kedua, setelah di kehidupan pertamaku meninggal dengan kisah yang memilukan.Sungguh, Tuhan memang sangat baik. Ah, dan ya. Di sini, aku dapat memperbaiki setiap kesalahan dan kesalahpahamanku di masa lalu. Orang yang awalnya kukira jahat, ternyata baik. Begitupun juga sebaliknya. Sungguh, jika kalian tak melihat sendiri sifat dan sikap seseorang, jangan pernah percaya dengan omongan orang lain! Karena jika kalian salah judge, penyesalan akan datang di akhir, dan itu menyakitkan. Ah, iya. Di sini, aku juga lebih dekat dengan ayahku. Aku jadi tahu bahwa ayah yang selama ini kukira tak menyayangiku ternyata sangat perhatian. Aku bersyukur dapat memiliki momen-momen indah bersamanya. Meskipun di sini juga sempat ada kesalahpahaman, tetapi itu semua sudah terselesaikan. Paman Reynand, Kak Roy, dan Bibi juga sangat membantuku di sini
Akhirnya, setelah melalui tiga jam berdiri di altar pernikahan, kini pasangan pengantin baru itu berada di kamar Xavier, yang sudah didesain sedemikian rupa untuk pengantin baru. Kamar bernuansa abu-abu itu hanya diterangi cahaya dari beberapa lilin aromaterapi dan lampu tidur saja. Tak lupa, kelopak mawar yang membentuk love turut dihadirkan pula di atas ranjang itu.Leyna yang baru selesai mandi terkekeh geli melihat dekorasinya. Mengingat, ia dan Xavier sudah melalui malam pengantin itu terlebih dahulu, bahkan, berhasil menghadirkan malaikat kecil di perutnya saat ini. Lantas, ia memilih duduk di pinggir ranjang, dengan piyama bercorak lily ungu yang menempel di tubuhnya. Dengan kondisi yang sama, namun orang yang berbeda, Leyna jadi teringat kisahnya di kehidupan pertama. Di mana ia harus menunggu Edric, yang ternyata malah selingkuh dengan Olivia.“Ley..” ucap Xavier yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih setia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Hm?”Melihat L
Terhitung sudah tiga hari sejak penyerangan itu berlalu. Hari ini pula acara besar dan bahagia terjadi di sebuah gedung mewah bernuansa yunani. Pernikahan antara Leyna Manston dan Xavier Miller pada akhirnya dimajukan karena beberapa hal. Banyak kejadian yang mewarnai selang tiga hari itu, termasuk Olivia yang berakhir bunuh diri di ruang apartemennya. Dari hasil rekaman cctv, ternyata wanita itu menyimpan satu botol kecil yang berisi cairan beracun, yang awalnya ia niatkan untuk diberikan pada Leyna. Namunsayang, itu malah menjadi boomerang-nya sendiri. Tentu, berita bunuh diri itu menyebar dan mengejutkan publik. Mengingat dalam kabar kematiannya diselingi berita terkait penyerangan dan percobaan pembunuhan yang ia lakukan pada Leyna di kediaman Manston.“Kau sangat cantik, Nak.” Puji Logan yang menatap putrinya dengan mata yang berlinang.“Dan orang di hadapanmu ini adalah putrimu, Ayah.” Jawab Leyna dengan terkekeh. Mencoba untuk mecairkan suasana agar ayahnya tidak terus berlinan
Olivia berhasil masuk ke dalam apartemen miliknya dengan selamat. Satu-satunya tempat yang membuat ia merasa nyaman dan aman untuk sekarang ini. Walapun memang, di sepanjang langkah yang ia ambil tadi mengundang lirikan atau bisik-bisik dari orang-orang.Dengan sedikit tergesa, Olivia menekan kata sandi pintu itu. Dan terbuka, dengan kegelapan yang menjadi sosok pertama yang menyambut dirinya. Seperti biasa, saat ia pergi, ia lebih suka mematikan saklar lampu miliknya. Dan perlu diketahui, ia memakai tombol manual, bukan otomatis ataupun menggunakan AI. Hal ini karena apartemen yang ia pijaki saat ini sebenarnya hanyalah apartmen pelarian semata selepas kedua orang terpenting dari hidupnya meninggalkannya dengan banyak beban.Pintu apartemen itu segera ia tutup dan kunci. Olivia meminimalisir resiko adanya penyusup nantinya. Lampu yang mati itu, ia nyalakan. Niatnya, ia ingin segera berkemas dan pergi ke bandara untuk kabur sejauh mungkin dari sana. Namun, pemandangan pertama kali yan
“Kau luar biasa, Ley. Aku kagum dan bersyukur dirimu baik-baik saja,” gumam Xavier di tengah pelukannya dengan Leyna. Tangannya tak pernah absen untuk membelai surai Leyna dengan penuh kasih sayang.“Aku belajar banyak darimu, Xav. Thanks a lot.” ujarLeyna dengan senyum menawan.“Apa yang akan kaulakukan dengannya? Kurasa, sudah saatnya kau melakukan pembalasanmu terhadapnya.” tanya Xavier tanpa mengalihkan pandangannnya sedikitpun dari wajah wanitanya itu.Benar, pembalasan Leyna pada Olivia masih belum maksimal. Jujur saja, awalnya, Leyna berniat ingin menyudahi semua ini. Namun, melihat Olivia yang masih berbuat nekat, ia rasa kali ini harus tegas dalam bertindak.“Buat dia melakukan sesuatu yang pernah ia rencanakan untukku di hotel itu. Selanjutnya, biarkan publik yang bertindak.” ucap Leyna yang lansung dipahami oleh Xavier. Dengan derakan tangan saja, Xavier memerintahkan anak buahnya untuk membawa Olivia yang sedang tak sadarkan diri.“Setelah itu?”Leyna teringat kala ia yang
LEYNA POVSungguh, aku memang sangat terkejut dengan kehadiran Olivia yang tak terduga. Rasa heran merasuki pikiranku, mencoba mencari jawaban bagaimana wanita ini dapat masuk ke kamar milikku dengan begitu mudah? Ah, kurasa kericuhan di depan tadi merupakan pengecoh saja.Gelas di taganku sengaja kujatuhkan. Begitupun dengan poci yang berisi air itu. Aku pura-pura terhuyung agar dapat memecahkan semua wadah air minum di sini. Bagaimana bila Olivia dengan segala pikiran liciknya ternyata mencampur sesuatu di air minum iitu? Tentu, aku tak mau mengambil risiko, apalagi dengan diriku yang kini tengah bebradan dua.“Bagaimana caramu bisa masuk?” tanyaku dengan raut wajah heranOlivia tampak menatapku dengan remeh. Mungkin, dia menilai pertanyaan itu sebagai pertanyaan yang tak perlu. Tak mau tahu, aku hanya penasaran dan ingin mengulur waktu saja sampai Xavier atau seseorang sadar akan penyerangan ini.“Meskipun kau pemilik rumah ini, ingatlah, aku tinggal di sini setiap hari dan lebih l
Leyna rasa, ia baru dapat memahami definisi dari badai tenang sebelum ombak ganas menerjang. Seperti saat ini, baru saja beberapa menit yang lalu ia mengira hidupnya di kehidupan ini sudah bisa berjalan dengan damai dan tenang. Namun, pemikiran itu tercoreng berkat kericuhan yang saat ini sedang melanda kediamannya. Suara bising tiba-tiba saja terdengar dari arah depan, tepatnya di halaman mansion kediaman Manston. Leyna yang awalnya ingin bertanya dan berbicara pada Xavier mengurungkan niatnya, lantaran mimik pria itu sudah menunjukkan kewaspadaan dan khawatir secara bersamaan. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Leyna saat ini, rasa takutnya berkali-kali lipat. Tetapi, ia ingin tetap bersikap tenang seraya berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak mau dirinya malah menjadi beban untuk pria di depannya dan penjaga di kediamannya.Xavier tampak menekan nomor di ponselnya, berusaha memanggil sang empu yang dapat Leyna ketahui itu Liam. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!” umpat Xavier ya
Satu pekan kemudian Kaki Leyna saat ini tengah berpijak di kediaman Manston, lagi. Ia memutuskan untuk kembali tinggal bersama ayahnya, menemaninya, dan menghabiskan waktu yang sebelumnya tak dapat mereka ukir bersama. Setelah sekian banyak kejadian yang terjadi, ia tahu ayahnya ini sebenarnya sangat menyayanginya. Entah di kehidupan sebelumnya sama seperti ini atau tidak, tetapi dari sumber kepercayaan Leyna, Logan hanyalah berkamuflase untuk mencari bukti kematian Bellinda dan selama ini tetap memantaunya dari kejauhan. Selama ini, ia menunggu ayahnya mengatakan kebenaran itu sendiri, namun mungkin untuk sekarang, itu tak perlu. Leyna merasa cukup dan bahagia, kehidupan keduanya ini berjalan dengan ending yang bahagia. “Nak, Xavier kapan ke sini?” tanya Logan yang rapi dengan setelan kantornya, menghampiri Leyna yang tengah meminum jus apel seraya menikmati drama di kotak bersinar itu. “Mungkin lima belas menit lagi. Ia masih dalam perjalanan. Kalau Ayah mau berangkat, silahkan sa
Dalam salah satu ruangan di rumah sakit itu, suara televisI tampak mendominasi. Memperlihatkan kepada mereka tentang berita terkini yang berhasil memancing amarah publik. Wanita paruh baya yang biasanya terkihat glamour itu kini tengah tampil dalam keadaan yang jauh berbeda dari biasanya. Kantung mata hitam, wajah pucat, tubuh tanpa aksesoris, dan memakai baju tahanan. Mimiknya terlihat sayu sekaligus penuh amarah. “Maya Manston, istri kedua Logan Manston telah resmi menjadi tersangka dari kasus pembunuhan berencana terhadap Nyonya Bellinda Evanthe, Istri pertama dari Logan Manston. Laporan ini dibuat oleh Tuan Logan beberpa hari lalu yang membawa beberapa bukti yang sudah diselidiki dan ditutup dengan keputusan bahwa Nyonya Maya akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Diketahui, motif dari kasus ini adalah karena masalah pribadi dan obsesi terhadap narga Manston.” Leyna yang menatap televisi itu hanya dapat memberikan raut wajah datar. Ia baru saja diberi tahu oleh Xavier dan Lo