Saat ini, Leyna sedang berada di apartemennya. Memang, tadi Logan sempat memintanya untuk ke rumah utama saja, tetapi ia menolak. Leyna masih butuh sendiri di tempat yang membuatnya leluasa dan nyaman.Rencananya sudah berhasil, kini ia hanya butuh waktu untuk menunggu takdir alam mempermainkan Edric dan Olivia. Entah pada akhirnya mereka akan bahagia atau tidak, ia tak peduli. Yang terpenting, ia dapat menghindari pernikahan dengan Edric, menghindari diceraikan secara paksa, dan harta wasiat ibunya direnggut mereka berdua.Namun, ada satu hal yang mengganggu pikiran Leyna. Eekspresi dan tindakan ayahnya tadi, membuatnya ragu bila ayahnya ikut andil dalam rencana penguasaan harta itu. leyna dapat merasakan emosi Logan benar – benar nyata, tulus, dan tidak dibuat – buat. Lalu, jika memang benar ayahnya maish menyayangi dirinya, arti dari percakapan itu apa? Mengapa juga Logan terlihat lebih menyayangi Olivia selama ini? Seperti contohnya pengenalan Olivia sebagai keluarga Manston di de
Saat hendak kembali ke apartemennya, Leyna diminta untuk datang ke rumah utama Manston saat itu juga. Bahkan, sopir ayahnya sampai menjemputnya. Padahal, biasanya juga tidak seperti ini. Leyna menduga, akan ada pembicaraan antara dua keluarga tentang keputusan pernikahan nanti. Ia tak perlu khawatir, karena ayahnya sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Edric. Jadi, Leyna hanya akan diam saja dan mengamati saat berada di sana. Hatinya memang tak karuan, tetapi itu karena perasaan membuncah mengingat pederitaannya di masa lalu tidak akan pernah terjadi. Sesampainya di sana, benar saja, sesuai dugaan Leyna. Di meja ruang tamu, Logan, Maya, Olivia, Edric, dan Marcos sudah berkumpul di sana. Suasananya juga tempak suram dengan keheningan yang menyelimuti area. “Selamat pagi semua,” sapa Leyna sebelum duduk di sofa yang kosong. “Ada apa, Ayah?” tanya Leyna yang to the point. Ia saat ini hanya menatap ke arah ayahnya saja, tak berniat menatap wajah – wajah lain yang
Saat ini, Leyna tengah berada di mansion Evanthe, yang untuk saat ini hanya dihuni Reynand, pamannya beserta keluarga kecilnya. Suatu fakta yang baru ia tahu. Ternyata, kakek dan neneknya masih hidup dan untuk saat ini mereka tinggal di luar negeri. Memilih hidup tenang menikmati masa tua dan meninggalkan segalanya pada Reynand, satu – satunya pewaris Evanthe.Sudah dapat Leyna tebak. Alasan Reynand memanggilnya ke sana pasti untuk membahas rencana yang pernah ia katakan pada pamannya itu. Mengambil seluruh harta wasiat mendiang ibunya dan mengubah marganya menjadi marga Evanthe. Memang tak mudah untuk melakukannya. Tetapi, dengan adanya Reynand, semua akan teratasi. Leyna tak perlu mengkahawatirkan apapun. Ia hanya perlu menunggu meskipun itu membutuhkan waktu yang cukup lama.“Jadi, apa kau sudah lega? Rencana besarmu sudah terlaksana, bukan?” tanya Reynand yang baru saja datang dan langsung mengambil duduk di sebelah Leyna.“Hmm,” dehem Leyna singkat seraya mengangguk kecil sebaga
Pernikahan antara Olivia dan Edric akhirnya tiba. Pernikahan yang semula untuk Leyna itu, kini tergantikan oleh Olivia. Pernikahan yang seharusnya megah itu, kini hanya diadakan di gedung pernikahan kecil yang dihadiri beberapa orang saja. sebenarnya, tidak ada perubahan pada daftar tamu yang diundang. Hanya saja, kebanyakan tamu itu mengundurkan diri dengan sendirinya atau hanya sekadar menitipkan salam tanpa menghadiri acaranya. Bagaimana tidak? Mereka malas dan agak berat menghadiri acara pernikahan hasil dari perbuatan yang tidak baik.Meskipun begitu, tak sedikit juga yang memilih hadir dalam pernikahan ini. Entah karena merasa tidak enak, atau malah terlalu ingin tahu tentang drama yang baru saja terjadi itu.Olivia dengan rambut pirangnya yang tergerai, tampak sangat menawan dengan balutan dress putih ala puteri kerajaan dengan bahu mengkilap yang senagaja diperlihatkan. Sedangkan Edric, ia juga tampak tampan dengan setelan tuxedo hitamnya, khas pengantin pria. Keduanya tampak
Sebenarnya, Leyna bukanlah tipikal perempuan yang suka dengan keramaian, keriuhan, dan berbau alkohol. Namun, untuk sekarang, ia dengan sengaja pergi ke klub. Ia ingin berada di suasana bising agar ia lebih leluasa dalam mengeluarkan segala unek – uneknya. Dan untuk saat ini, satu hal yang sangat ia butuhkan hanyalah berada di bar.“Berikan aku whiskey,” pintanya pada bartender di sana yang menatap Leyna dengan heran.“Wah, Nona. Sepertinya kau ingin mabuk parah.” Suara di belakangnya, membuat Leyna dengan terpaksa menoleh untuk memastikan.“Xavier?” gumamnya yang masih dapat didengar pria itu.“Jangan berikan dia whiskey, vodka saja untuk kami.” ucapnya yang langsung diangguki oleh bartender.“Hey! Aku yang memesan itu! Kenapa kau dengan seenaknya mengganti pesananku?!” kesal Leyna yang tanpa ia sadari mengeluarkan kaimat terpanjangnya pada Xavier.“Percayalah, vodka lebih enak.” jawabnya enteng seraya mengedipkan sebelah matanya jahil.“Pria gila,” gumam Leyna yang memilih tidak mel
Celah – celah yang membiarkan cahaya matahari lolos itu membuat Leyna terbangun dari tidurnya. Netranya berusaha menyesuaikan kapasitas penerangan yang masuk. Sementara tangannya, ia gunakan untuk memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Mungkin, karena efek minum alkohol kemarin malam.Setelah dirasa matanya sudah dapat terbuka dengan lebar, Leyna baru sadar. Saat ini, ia berada di kamar yang tampak asing baginya. Dengan segera, Leyna mengibaskan selimut yang membungkusnya dan segera bangkit dari ranjang yang terbilang sangat nyaman itu. Namun, rasa sakit di pangkal pahanya membuat dahinya mengernyit heran. Secara otomatis, ia terduduk setelah tidak kuat dan tidak familiar dengan rasa sakit yang baru ia rasakan itu.“Tunggu, apa kemarin malam terjadi sesuatu?” gumamnya saat menyadari baju yang ia pakai saat ini berbeda dengan apa yang ia ingat. Leyna berusaha unutk mengambil kembali ingatan kemarin malam, tapi nihil. Tak ada jejak apapun di kepalanya.Leyna kemudian melihat ke arah
“Karena mulai kemarin malam, kau telah menjadi milikku,”Leyna yang mendengar semua ucapan Xavier, mengumpulkan keberanian dan kekesalannya. Miliknya? Enak saja, memangnya siapa pria di depannya ini sampai – sampai mengklaim dirinya seperti mengklaim barang.“In your dream, Sir.” Leyna membenturkan kepalanya pada milik Xavier dengan lumayan keras. Benturan antar kepala itu berhasil membuat dirinya keluar dari kukungan pria itu. Meskipun harus ia akui, dahi Xavier sama kerasnya dengan batu, dan karena kenekatannya itu dahinya juga terasa sakit sekarang.“Kau liar sekali, Nona. Seperti kemarin malam,” sindir Xavier yang ikut menghampiri meja menyusul Leyna yang hendak menyuap makanan lezat di sana.“Diamlah! Jangan bahas itu! kau hanya mengada – ada.” Saking kesalnya Leyna, ia bahkan melempar garpu yang tadinya akan ia gunakan untuk makan ke arah Xavier. Beruntung Xavier dapat menghindar dengan gesit.“Wow, kau sungguh menyeramkan, Ley. Baiklah, aku tak akan mengungkit itu lagi. Atau,
Di kediaman Faramond yang biasanya sepi itu kini memiliki pengantin baru. Walaupun keluarga itu kedatangan anggota baru, suasana di sana tetap terlihat seperti biasa. Yang membedakan hanyalah sekarang, terdapat seorang wanita selain para pelayan di sana.Edric dan Olivia saat ini tengah sarapan berdua. Sedangkan Marcos? Ia pergi ke luar negeri setelah acara pernikahan kemarin untuk keperluan bisnis. Dan jadilah yang menempati mansion itu hanyalah Edric, Olivia dan beberapa pelayan dan penjaga saja.Pelayan tampak bekerja maksimal dalam menyiapkan dan menghidangkan masakan kepada tuan dan nyonya muda mereka. Walaupun beberapa dari mereka memang dengan sembunyi - sembunyi menatap tak suka pada Olivia yang menurutnya sudah kurang ajar pada saudaranya.“Kak, kau ambil cuti sampai kapan?” tanya Olivia memecah keheningan.“Emm, mungkin satu minggu ke depan. Kenapa, Liv?” tanyanya menatap Olivia kemudian mengalihkannya pada sarapannya.“Bagaimana kalau kita liburan sebentar, Kak? Apa kau mau
Aku, Leyna Manston. Ralat, Leyna Miller. Percaya atau tidak, keajaiban itu ada. Seperti halnya dengan apa yang telah aku alami ini. Aku diberi kesempatan hidup kedua, setelah di kehidupan pertamaku meninggal dengan kisah yang memilukan.Sungguh, Tuhan memang sangat baik. Ah, dan ya. Di sini, aku dapat memperbaiki setiap kesalahan dan kesalahpahamanku di masa lalu. Orang yang awalnya kukira jahat, ternyata baik. Begitupun juga sebaliknya. Sungguh, jika kalian tak melihat sendiri sifat dan sikap seseorang, jangan pernah percaya dengan omongan orang lain! Karena jika kalian salah judge, penyesalan akan datang di akhir, dan itu menyakitkan. Ah, iya. Di sini, aku juga lebih dekat dengan ayahku. Aku jadi tahu bahwa ayah yang selama ini kukira tak menyayangiku ternyata sangat perhatian. Aku bersyukur dapat memiliki momen-momen indah bersamanya. Meskipun di sini juga sempat ada kesalahpahaman, tetapi itu semua sudah terselesaikan. Paman Reynand, Kak Roy, dan Bibi juga sangat membantuku di sini
Akhirnya, setelah melalui tiga jam berdiri di altar pernikahan, kini pasangan pengantin baru itu berada di kamar Xavier, yang sudah didesain sedemikian rupa untuk pengantin baru. Kamar bernuansa abu-abu itu hanya diterangi cahaya dari beberapa lilin aromaterapi dan lampu tidur saja. Tak lupa, kelopak mawar yang membentuk love turut dihadirkan pula di atas ranjang itu.Leyna yang baru selesai mandi terkekeh geli melihat dekorasinya. Mengingat, ia dan Xavier sudah melalui malam pengantin itu terlebih dahulu, bahkan, berhasil menghadirkan malaikat kecil di perutnya saat ini. Lantas, ia memilih duduk di pinggir ranjang, dengan piyama bercorak lily ungu yang menempel di tubuhnya. Dengan kondisi yang sama, namun orang yang berbeda, Leyna jadi teringat kisahnya di kehidupan pertama. Di mana ia harus menunggu Edric, yang ternyata malah selingkuh dengan Olivia.“Ley..” ucap Xavier yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih setia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Hm?”Melihat L
Terhitung sudah tiga hari sejak penyerangan itu berlalu. Hari ini pula acara besar dan bahagia terjadi di sebuah gedung mewah bernuansa yunani. Pernikahan antara Leyna Manston dan Xavier Miller pada akhirnya dimajukan karena beberapa hal. Banyak kejadian yang mewarnai selang tiga hari itu, termasuk Olivia yang berakhir bunuh diri di ruang apartemennya. Dari hasil rekaman cctv, ternyata wanita itu menyimpan satu botol kecil yang berisi cairan beracun, yang awalnya ia niatkan untuk diberikan pada Leyna. Namunsayang, itu malah menjadi boomerang-nya sendiri. Tentu, berita bunuh diri itu menyebar dan mengejutkan publik. Mengingat dalam kabar kematiannya diselingi berita terkait penyerangan dan percobaan pembunuhan yang ia lakukan pada Leyna di kediaman Manston.“Kau sangat cantik, Nak.” Puji Logan yang menatap putrinya dengan mata yang berlinang.“Dan orang di hadapanmu ini adalah putrimu, Ayah.” Jawab Leyna dengan terkekeh. Mencoba untuk mecairkan suasana agar ayahnya tidak terus berlinan
Olivia berhasil masuk ke dalam apartemen miliknya dengan selamat. Satu-satunya tempat yang membuat ia merasa nyaman dan aman untuk sekarang ini. Walapun memang, di sepanjang langkah yang ia ambil tadi mengundang lirikan atau bisik-bisik dari orang-orang.Dengan sedikit tergesa, Olivia menekan kata sandi pintu itu. Dan terbuka, dengan kegelapan yang menjadi sosok pertama yang menyambut dirinya. Seperti biasa, saat ia pergi, ia lebih suka mematikan saklar lampu miliknya. Dan perlu diketahui, ia memakai tombol manual, bukan otomatis ataupun menggunakan AI. Hal ini karena apartemen yang ia pijaki saat ini sebenarnya hanyalah apartmen pelarian semata selepas kedua orang terpenting dari hidupnya meninggalkannya dengan banyak beban.Pintu apartemen itu segera ia tutup dan kunci. Olivia meminimalisir resiko adanya penyusup nantinya. Lampu yang mati itu, ia nyalakan. Niatnya, ia ingin segera berkemas dan pergi ke bandara untuk kabur sejauh mungkin dari sana. Namun, pemandangan pertama kali yan
“Kau luar biasa, Ley. Aku kagum dan bersyukur dirimu baik-baik saja,” gumam Xavier di tengah pelukannya dengan Leyna. Tangannya tak pernah absen untuk membelai surai Leyna dengan penuh kasih sayang.“Aku belajar banyak darimu, Xav. Thanks a lot.” ujarLeyna dengan senyum menawan.“Apa yang akan kaulakukan dengannya? Kurasa, sudah saatnya kau melakukan pembalasanmu terhadapnya.” tanya Xavier tanpa mengalihkan pandangannnya sedikitpun dari wajah wanitanya itu.Benar, pembalasan Leyna pada Olivia masih belum maksimal. Jujur saja, awalnya, Leyna berniat ingin menyudahi semua ini. Namun, melihat Olivia yang masih berbuat nekat, ia rasa kali ini harus tegas dalam bertindak.“Buat dia melakukan sesuatu yang pernah ia rencanakan untukku di hotel itu. Selanjutnya, biarkan publik yang bertindak.” ucap Leyna yang lansung dipahami oleh Xavier. Dengan derakan tangan saja, Xavier memerintahkan anak buahnya untuk membawa Olivia yang sedang tak sadarkan diri.“Setelah itu?”Leyna teringat kala ia yang
LEYNA POVSungguh, aku memang sangat terkejut dengan kehadiran Olivia yang tak terduga. Rasa heran merasuki pikiranku, mencoba mencari jawaban bagaimana wanita ini dapat masuk ke kamar milikku dengan begitu mudah? Ah, kurasa kericuhan di depan tadi merupakan pengecoh saja.Gelas di taganku sengaja kujatuhkan. Begitupun dengan poci yang berisi air itu. Aku pura-pura terhuyung agar dapat memecahkan semua wadah air minum di sini. Bagaimana bila Olivia dengan segala pikiran liciknya ternyata mencampur sesuatu di air minum iitu? Tentu, aku tak mau mengambil risiko, apalagi dengan diriku yang kini tengah bebradan dua.“Bagaimana caramu bisa masuk?” tanyaku dengan raut wajah heranOlivia tampak menatapku dengan remeh. Mungkin, dia menilai pertanyaan itu sebagai pertanyaan yang tak perlu. Tak mau tahu, aku hanya penasaran dan ingin mengulur waktu saja sampai Xavier atau seseorang sadar akan penyerangan ini.“Meskipun kau pemilik rumah ini, ingatlah, aku tinggal di sini setiap hari dan lebih l
Leyna rasa, ia baru dapat memahami definisi dari badai tenang sebelum ombak ganas menerjang. Seperti saat ini, baru saja beberapa menit yang lalu ia mengira hidupnya di kehidupan ini sudah bisa berjalan dengan damai dan tenang. Namun, pemikiran itu tercoreng berkat kericuhan yang saat ini sedang melanda kediamannya. Suara bising tiba-tiba saja terdengar dari arah depan, tepatnya di halaman mansion kediaman Manston. Leyna yang awalnya ingin bertanya dan berbicara pada Xavier mengurungkan niatnya, lantaran mimik pria itu sudah menunjukkan kewaspadaan dan khawatir secara bersamaan. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Leyna saat ini, rasa takutnya berkali-kali lipat. Tetapi, ia ingin tetap bersikap tenang seraya berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak mau dirinya malah menjadi beban untuk pria di depannya dan penjaga di kediamannya.Xavier tampak menekan nomor di ponselnya, berusaha memanggil sang empu yang dapat Leyna ketahui itu Liam. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!” umpat Xavier ya
Satu pekan kemudian Kaki Leyna saat ini tengah berpijak di kediaman Manston, lagi. Ia memutuskan untuk kembali tinggal bersama ayahnya, menemaninya, dan menghabiskan waktu yang sebelumnya tak dapat mereka ukir bersama. Setelah sekian banyak kejadian yang terjadi, ia tahu ayahnya ini sebenarnya sangat menyayanginya. Entah di kehidupan sebelumnya sama seperti ini atau tidak, tetapi dari sumber kepercayaan Leyna, Logan hanyalah berkamuflase untuk mencari bukti kematian Bellinda dan selama ini tetap memantaunya dari kejauhan. Selama ini, ia menunggu ayahnya mengatakan kebenaran itu sendiri, namun mungkin untuk sekarang, itu tak perlu. Leyna merasa cukup dan bahagia, kehidupan keduanya ini berjalan dengan ending yang bahagia. “Nak, Xavier kapan ke sini?” tanya Logan yang rapi dengan setelan kantornya, menghampiri Leyna yang tengah meminum jus apel seraya menikmati drama di kotak bersinar itu. “Mungkin lima belas menit lagi. Ia masih dalam perjalanan. Kalau Ayah mau berangkat, silahkan sa
Dalam salah satu ruangan di rumah sakit itu, suara televisI tampak mendominasi. Memperlihatkan kepada mereka tentang berita terkini yang berhasil memancing amarah publik. Wanita paruh baya yang biasanya terkihat glamour itu kini tengah tampil dalam keadaan yang jauh berbeda dari biasanya. Kantung mata hitam, wajah pucat, tubuh tanpa aksesoris, dan memakai baju tahanan. Mimiknya terlihat sayu sekaligus penuh amarah. “Maya Manston, istri kedua Logan Manston telah resmi menjadi tersangka dari kasus pembunuhan berencana terhadap Nyonya Bellinda Evanthe, Istri pertama dari Logan Manston. Laporan ini dibuat oleh Tuan Logan beberpa hari lalu yang membawa beberapa bukti yang sudah diselidiki dan ditutup dengan keputusan bahwa Nyonya Maya akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Diketahui, motif dari kasus ini adalah karena masalah pribadi dan obsesi terhadap narga Manston.” Leyna yang menatap televisi itu hanya dapat memberikan raut wajah datar. Ia baru saja diberi tahu oleh Xavier dan Lo