Friday, September 27th, 2019, FARAMOND MANSION“Akhirnya kalian sudah kembali,” ujar Maya saat menyambut anak dan menantunya di ruang tamu. “Bagaimana di sana?” tanyanya kembali seraya melihat wajah Edric dan Olivia bergantian. Namun, raut keduanya, entah mengapa membuat Maya berpikiran yang aneh – aneh.“Kami baik – baik saja di sana, Ma. Aku permisi ke atas dulu,” timpal Edric yang walaupun terkesan datar tapi sebisa mungkin menunjukkan senyum kecilnya pada mertuanya itu. Benar, di rumah itu kini hanya ditinggali Edric, Maya, dan Olivia. Tak lupa juga para pelayan dan penjaga. Marcos sudah pergi ke luar negeri dan memutuskan untuk menetap di sana. Semua bisnis dan usaha kini dilimpahkan kepada Edric, tak terkecuali.“Apa yang terjadi?” bisik Maya pada Olivia.Dengan wajah yang tertekuk, Olivia mengeluarkan segala kekesalannya, “Si Leyna sialan itu, Edric tertarik padanya dan mengacuhkanku.”Bukan main terkejutnya saat Maya mendengar kalimat itu. Bukankah dulu Edric sangat mencntai a
Leyna’s ApartementReynand dengan setelan santainya tampak menunggu keponakannya itu dengan sabar. Di sebelahnya, Roy berdiri dengan mimik wajah yang sudah jengkel dengan gestur tubuh yang gelisah. Bagaimana tidak? Biasanya, Leyna akan segera membukakan pintu apartemennya saat mendengar bunyi bel, namun sekarang, sudah tujuh menit lamanya mereka berdua menunggu di depan. Ayahnya itu terus saja menyuruhnya sabar dan menenangkannya bahwa kemungkinan Leyna sedang berada di kamar mandi.“Pa, bukankah ini terlalu lama? Bagaimana jika Leyna ternyata tidak ada di dalam? Bahkan kita berkali – kali meneleponnya tetap saja tak diangkat.” ujar Roy dengan gelisah. Entah kenapa firasatnya hari ini benar – benar buruk.“Benar, ini terlalu lama,” timpal Reynand yang pada akhirnya menyetujui ucapan putranya itu. Lantas, ia mengeluarkan kartu akses cadangan untuk masuk ke apartemen Leyna. Sengaja ia lakukan itu untuk hal – hal yang mendesak seperti saat ini. Bukan bermaksud untuk mengganggu privasi p
Langit sudah mulai gelap, matahari bahkan sudah tak menampakkan dirinya. Sudah berjam – jam lamanya Leyna berusaha kabur tetapi tak bisa. Jendela kamarnya dikunci, tak ada celah sekalipun di kamar itu, bahkan ia juga merayapi dinding seperti orang gila dengan harapan menemukan ruang rahasia yang akan mengantarkannya menuju ke luar gedung. Tetapi semua itu hanya sia – sia.Leyna rasanya ingin menangis saja. ia menyesali semua perbuatannya. Ia menyesal tak tinggal di kediaman Evanthe, ia juga kesal karena membiarkan Edric masuk ke apartemennya. Ia hanya tak percaya bila Edric akan memiliki niatan seperti ini.Leyna’s Apartement “Ah, benar – benar pusing sekali,” gumam Leyna seraya memijat pelipisnya dan membubuhkannya dengan minyak pemberian Xavier. Baru ia sadari jika Xavier memiliki tipe yang sama dengan dirinya. Sama – sama menggunakan minyak kayu putih saat mengalami pusing dan mual.Saat ia hendak tidur siang untuk merilekskan tubuhnya, bel apartemennya berbunyi.
Nafas Leyna tercekat saat mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Edric itu. Suara tegas nan serak Edric serta posisinya yang saat ini berada di pangkuan pria itu membuatnya diam tak berkutik. Dirinya komat – kamit berdoa agar apa yang ia pikirkan tak akan terjadi. Sudah cukup ia kebablasan dengan Xavier, ia tak mau menjadi wanita murahan dengan membiarkan Edric mendapatkan keinginannya juga.“Ed, katakan dengan jelas apa yang sebenarnya kau mau?” tanya Leyna dengan mencoba sebisa mungkin menjauhkan wajahnya dari Edric.Edric tersenyum miring, merasa puas dengan jawaban Leyna. “Sesuai dugaanku. Kau memang cerdas, Ley.” ujarnya seraya melepaskan rengkuhannya dari pinggang Leyna. Leyna yang sudah merasa lega, segera melepaskan diri dari Edric. Duduk memojok pada bagian sofa yang sama dan tetap berwaspada.Edric berdiri dan berjalan menuju ke almari kecil di dekat kamar mandi. Ia kemudian mengeluarkan berkas dan mengambil bolpoin dari sana.“Kau tahu, aku tak pernah merasakan bagaima
Sudah pupus segala harapan dan doa Leyna. Beragam cara sudah ia usahakan agar dapat pergi dari sana. Namun, semua itu tak membuahkan hasil. yang ada malah ia kehilangan segalanya. Perihal alasan mengapa ia menyetujui warisan itu jatuh ke tangan Edric tak lain karena warisan itu hanyalan tiga puluh persennya saja. Sedangkan sisa yang lain, sudah diamankan Paman Reynand jauh – jauh hari. Edric tak akan mengetahuinya karena dia memang tak akn pernah mengira bila warisan yang diberikan Bellinda Evanthe sangatlah melimpah. Jika dengan kehilangan tiga puluh persen itu Leyna bisa selamat, mengapa tidak, bukan? Sayangnya, itu hanya trik licik Edric.Saat ini, ia sedang duduk lesu dengan wajah yang sudah dirias sedemikian rupa. Dirinya sudah siap dengan balutan baju pengantin sederhana namun teap terlihat mewah saat dikenakan. Gaun putih tulang berbahan silk jatuh yang menampilkan bahunya dengan ekor gaun satu meter setengah itu berhasil membuatnya tersiksa akan kenyataan. Kurang lima belas me
"LEYNA!" Teriak ketiga pria di sana. Suara rintihan Leyna dan noda merah di pakaian yang ia kenakan berhasil membuat mereka panik tak karuan. Xavier yang disebelahnya ikut kalut, ia merasa tak becus menjaga Leyna. Ia lengah menangani Edric. Pisau itu berhasil menancap ke punggung kiri Leyna, tepat di belakang jantung.Roy yang melihat Edric kesakitan namun tersenyum puas di belakang sana tak bisa membiarkannya. Dengan langkah yang penuh amarah, ia menghampiri Edric dan bersiap menembak pria itu tepat di kepalanya sebelum suara Logan menghentikannya."Jangan dibunuh!" Tegasnya dengan air mata berlinang melihat kondisi putrinya. Membunuh Edric adalah hukuman paling ringan. Ia harus dihukum lebih dari itu.Tak dapat membantah, Roy hanya menggeram seraya melumpuhkan Edric dengan meniykut keras leher belakangnya. Setelah Edric pingsan, ia segera menyuruh pengawalnya untuk membawa Edric masuk ke dalam mobil. Atensinya beralih ke arah Leyna yang sedang kesakitan dan terkulai di gendongan Xav
Sayangnya, Xavier kalah cepat. Dari jarak satu kilo lebih, ia dapat melihat dengan jelas mobil mencurigakan itu tengah menjalankan aksinya di jalanan yang super sepi. Mobil sedan itu bergerak cukup cepat, yang ia sendiri tak tahu tujuannya. Xavier mengikuti mobil itu dengan kecepatan yang tinggi, mencoba mengejar dan menghentikan mobil itu secepat mungkin.Di jalanan yang sepi itu, hanya terdengan derum suara keduanya. Sesaat, jantung Xavier terasa jatuh kala melihat mobil itu mengarah ke Leyna yang sedang berdiri di pinggir jalan.“Sialan. Leyna, AWAS!” teriaknya sesudah menurunkan kaca mobilnya. Xavier berniat menabrak mobil itu sebelum mendekati Leyna, namun, ia kalah cepat. Di depan mata kepalanya sendiri, tubuh Leyna terpental dan menubruk pohon besar di belakangnya. Sat itu, dunai Xavier serasa berhenti. Jantungnya sudah tak terkendali. Lantas, dengan segera, iamenghentikan laju mobilnya. Apes, seakan alam tak memihak kepadanya lagi, remnya blong. Pikirannya tak karuan. Kekalut
Sudah dua hari berlalu sejak insiden tertusuknya Leyna. Operasinya berjalan dengan lancar dan untungnya pisau itu tak mengenai alat vital. Namun, karena tusukannya cukup dalam, Leyna sempat mengalami pendarahan yang cukup banyak. Untungnya, hal itu teratasi dengan cepat karena rumah sakit yang dituju ini memiliki stok darah yang lumayan.Kini, wanita itu masih setia terbaring dengan mata yang entah kapan terbuka. Ruangan VIP pasien itu di dalamnya hanya terdapat Logan yang sedari tadi terdiam berkutat dengan pikirannya.Logan dengan setia menggenggam jemari lemah Leyna yang tak memiliki daya. Ia dengan sabar menunggu putrinya terbangun dan menyampaikan kabar gembira pada putrinya itu. “Ayo, Nak. Bangunlah. Apa kau tak lelah selalu tidur belakangan ini?” lirihnyaSepertinya, saat itu malaikat sedang lewat. Doa Logan terkabulkan. Jemari lentik tu terlihat bergerak pelan. Sangat pelan hingga tak terasa bila kau tak melihatnya dengan teliti. Kedua kelopak yang tertutup itu juga perlahan t
Aku, Leyna Manston. Ralat, Leyna Miller. Percaya atau tidak, keajaiban itu ada. Seperti halnya dengan apa yang telah aku alami ini. Aku diberi kesempatan hidup kedua, setelah di kehidupan pertamaku meninggal dengan kisah yang memilukan.Sungguh, Tuhan memang sangat baik. Ah, dan ya. Di sini, aku dapat memperbaiki setiap kesalahan dan kesalahpahamanku di masa lalu. Orang yang awalnya kukira jahat, ternyata baik. Begitupun juga sebaliknya. Sungguh, jika kalian tak melihat sendiri sifat dan sikap seseorang, jangan pernah percaya dengan omongan orang lain! Karena jika kalian salah judge, penyesalan akan datang di akhir, dan itu menyakitkan. Ah, iya. Di sini, aku juga lebih dekat dengan ayahku. Aku jadi tahu bahwa ayah yang selama ini kukira tak menyayangiku ternyata sangat perhatian. Aku bersyukur dapat memiliki momen-momen indah bersamanya. Meskipun di sini juga sempat ada kesalahpahaman, tetapi itu semua sudah terselesaikan. Paman Reynand, Kak Roy, dan Bibi juga sangat membantuku di sini
Akhirnya, setelah melalui tiga jam berdiri di altar pernikahan, kini pasangan pengantin baru itu berada di kamar Xavier, yang sudah didesain sedemikian rupa untuk pengantin baru. Kamar bernuansa abu-abu itu hanya diterangi cahaya dari beberapa lilin aromaterapi dan lampu tidur saja. Tak lupa, kelopak mawar yang membentuk love turut dihadirkan pula di atas ranjang itu.Leyna yang baru selesai mandi terkekeh geli melihat dekorasinya. Mengingat, ia dan Xavier sudah melalui malam pengantin itu terlebih dahulu, bahkan, berhasil menghadirkan malaikat kecil di perutnya saat ini. Lantas, ia memilih duduk di pinggir ranjang, dengan piyama bercorak lily ungu yang menempel di tubuhnya. Dengan kondisi yang sama, namun orang yang berbeda, Leyna jadi teringat kisahnya di kehidupan pertama. Di mana ia harus menunggu Edric, yang ternyata malah selingkuh dengan Olivia.“Ley..” ucap Xavier yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih setia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Hm?”Melihat L
Terhitung sudah tiga hari sejak penyerangan itu berlalu. Hari ini pula acara besar dan bahagia terjadi di sebuah gedung mewah bernuansa yunani. Pernikahan antara Leyna Manston dan Xavier Miller pada akhirnya dimajukan karena beberapa hal. Banyak kejadian yang mewarnai selang tiga hari itu, termasuk Olivia yang berakhir bunuh diri di ruang apartemennya. Dari hasil rekaman cctv, ternyata wanita itu menyimpan satu botol kecil yang berisi cairan beracun, yang awalnya ia niatkan untuk diberikan pada Leyna. Namunsayang, itu malah menjadi boomerang-nya sendiri. Tentu, berita bunuh diri itu menyebar dan mengejutkan publik. Mengingat dalam kabar kematiannya diselingi berita terkait penyerangan dan percobaan pembunuhan yang ia lakukan pada Leyna di kediaman Manston.“Kau sangat cantik, Nak.” Puji Logan yang menatap putrinya dengan mata yang berlinang.“Dan orang di hadapanmu ini adalah putrimu, Ayah.” Jawab Leyna dengan terkekeh. Mencoba untuk mecairkan suasana agar ayahnya tidak terus berlinan
Olivia berhasil masuk ke dalam apartemen miliknya dengan selamat. Satu-satunya tempat yang membuat ia merasa nyaman dan aman untuk sekarang ini. Walapun memang, di sepanjang langkah yang ia ambil tadi mengundang lirikan atau bisik-bisik dari orang-orang.Dengan sedikit tergesa, Olivia menekan kata sandi pintu itu. Dan terbuka, dengan kegelapan yang menjadi sosok pertama yang menyambut dirinya. Seperti biasa, saat ia pergi, ia lebih suka mematikan saklar lampu miliknya. Dan perlu diketahui, ia memakai tombol manual, bukan otomatis ataupun menggunakan AI. Hal ini karena apartemen yang ia pijaki saat ini sebenarnya hanyalah apartmen pelarian semata selepas kedua orang terpenting dari hidupnya meninggalkannya dengan banyak beban.Pintu apartemen itu segera ia tutup dan kunci. Olivia meminimalisir resiko adanya penyusup nantinya. Lampu yang mati itu, ia nyalakan. Niatnya, ia ingin segera berkemas dan pergi ke bandara untuk kabur sejauh mungkin dari sana. Namun, pemandangan pertama kali yan
“Kau luar biasa, Ley. Aku kagum dan bersyukur dirimu baik-baik saja,” gumam Xavier di tengah pelukannya dengan Leyna. Tangannya tak pernah absen untuk membelai surai Leyna dengan penuh kasih sayang.“Aku belajar banyak darimu, Xav. Thanks a lot.” ujarLeyna dengan senyum menawan.“Apa yang akan kaulakukan dengannya? Kurasa, sudah saatnya kau melakukan pembalasanmu terhadapnya.” tanya Xavier tanpa mengalihkan pandangannnya sedikitpun dari wajah wanitanya itu.Benar, pembalasan Leyna pada Olivia masih belum maksimal. Jujur saja, awalnya, Leyna berniat ingin menyudahi semua ini. Namun, melihat Olivia yang masih berbuat nekat, ia rasa kali ini harus tegas dalam bertindak.“Buat dia melakukan sesuatu yang pernah ia rencanakan untukku di hotel itu. Selanjutnya, biarkan publik yang bertindak.” ucap Leyna yang lansung dipahami oleh Xavier. Dengan derakan tangan saja, Xavier memerintahkan anak buahnya untuk membawa Olivia yang sedang tak sadarkan diri.“Setelah itu?”Leyna teringat kala ia yang
LEYNA POVSungguh, aku memang sangat terkejut dengan kehadiran Olivia yang tak terduga. Rasa heran merasuki pikiranku, mencoba mencari jawaban bagaimana wanita ini dapat masuk ke kamar milikku dengan begitu mudah? Ah, kurasa kericuhan di depan tadi merupakan pengecoh saja.Gelas di taganku sengaja kujatuhkan. Begitupun dengan poci yang berisi air itu. Aku pura-pura terhuyung agar dapat memecahkan semua wadah air minum di sini. Bagaimana bila Olivia dengan segala pikiran liciknya ternyata mencampur sesuatu di air minum iitu? Tentu, aku tak mau mengambil risiko, apalagi dengan diriku yang kini tengah bebradan dua.“Bagaimana caramu bisa masuk?” tanyaku dengan raut wajah heranOlivia tampak menatapku dengan remeh. Mungkin, dia menilai pertanyaan itu sebagai pertanyaan yang tak perlu. Tak mau tahu, aku hanya penasaran dan ingin mengulur waktu saja sampai Xavier atau seseorang sadar akan penyerangan ini.“Meskipun kau pemilik rumah ini, ingatlah, aku tinggal di sini setiap hari dan lebih l
Leyna rasa, ia baru dapat memahami definisi dari badai tenang sebelum ombak ganas menerjang. Seperti saat ini, baru saja beberapa menit yang lalu ia mengira hidupnya di kehidupan ini sudah bisa berjalan dengan damai dan tenang. Namun, pemikiran itu tercoreng berkat kericuhan yang saat ini sedang melanda kediamannya. Suara bising tiba-tiba saja terdengar dari arah depan, tepatnya di halaman mansion kediaman Manston. Leyna yang awalnya ingin bertanya dan berbicara pada Xavier mengurungkan niatnya, lantaran mimik pria itu sudah menunjukkan kewaspadaan dan khawatir secara bersamaan. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Leyna saat ini, rasa takutnya berkali-kali lipat. Tetapi, ia ingin tetap bersikap tenang seraya berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak mau dirinya malah menjadi beban untuk pria di depannya dan penjaga di kediamannya.Xavier tampak menekan nomor di ponselnya, berusaha memanggil sang empu yang dapat Leyna ketahui itu Liam. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!” umpat Xavier ya
Satu pekan kemudian Kaki Leyna saat ini tengah berpijak di kediaman Manston, lagi. Ia memutuskan untuk kembali tinggal bersama ayahnya, menemaninya, dan menghabiskan waktu yang sebelumnya tak dapat mereka ukir bersama. Setelah sekian banyak kejadian yang terjadi, ia tahu ayahnya ini sebenarnya sangat menyayanginya. Entah di kehidupan sebelumnya sama seperti ini atau tidak, tetapi dari sumber kepercayaan Leyna, Logan hanyalah berkamuflase untuk mencari bukti kematian Bellinda dan selama ini tetap memantaunya dari kejauhan. Selama ini, ia menunggu ayahnya mengatakan kebenaran itu sendiri, namun mungkin untuk sekarang, itu tak perlu. Leyna merasa cukup dan bahagia, kehidupan keduanya ini berjalan dengan ending yang bahagia. “Nak, Xavier kapan ke sini?” tanya Logan yang rapi dengan setelan kantornya, menghampiri Leyna yang tengah meminum jus apel seraya menikmati drama di kotak bersinar itu. “Mungkin lima belas menit lagi. Ia masih dalam perjalanan. Kalau Ayah mau berangkat, silahkan sa
Dalam salah satu ruangan di rumah sakit itu, suara televisI tampak mendominasi. Memperlihatkan kepada mereka tentang berita terkini yang berhasil memancing amarah publik. Wanita paruh baya yang biasanya terkihat glamour itu kini tengah tampil dalam keadaan yang jauh berbeda dari biasanya. Kantung mata hitam, wajah pucat, tubuh tanpa aksesoris, dan memakai baju tahanan. Mimiknya terlihat sayu sekaligus penuh amarah. “Maya Manston, istri kedua Logan Manston telah resmi menjadi tersangka dari kasus pembunuhan berencana terhadap Nyonya Bellinda Evanthe, Istri pertama dari Logan Manston. Laporan ini dibuat oleh Tuan Logan beberpa hari lalu yang membawa beberapa bukti yang sudah diselidiki dan ditutup dengan keputusan bahwa Nyonya Maya akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Diketahui, motif dari kasus ini adalah karena masalah pribadi dan obsesi terhadap narga Manston.” Leyna yang menatap televisi itu hanya dapat memberikan raut wajah datar. Ia baru saja diberi tahu oleh Xavier dan Lo