"Apa ... apa kau mau menghakimiku juga?" tanya Ran Xieya dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Aku ... tidak ...," ucap Han Xue Tian tertahan karena menatap Ran Xieya hendak terisak lagi.
Lin May baru tiba dengan langkah terbirit-birit. Pelayan itu memberi hormat pada Han Xue Tian. “Sudahlah Tuan Putri setelah para pemimpin clan berdiskusi kita bisa bertemu dengan Sie lagi," ucap Lin May sudah kewalahan menenangkan sang Putri yang terisak dengan tangisannya. Dia tak henti-hentinya mengelus pundak Ran Xieya. "Tuan Muda kedua Han, terima kasih sudah menghantar Putri Xieya kemari," ucap Lin May.
"Hm." Han Xue Tian mengangguk. "Kalau begitu, selamat tinggal Xieya." Han Xue Tian berucap sembari meninggalkan Ran Xieya bersama Lin May.
Lin May dan Ran Xieya lanjut berjalan memasuki kamarnya. Di sana lagi-lagi Ran Xieya cemas akan keberadaan Rubah putih itu. “Kalau dia disakiti oleh si Yu itu bagaimana?" rengek Ran Xieya.
“Tidak akan, Lin May ini pasti yakin Han Suiren Hua dan Han Xue Tian bisa membantu menyakinkan Yang Mulia. Lihat mereka sangat berempati denganmu Tuan Putri.”
“Benarkah?” Ran Xieya bertanya mirip anak kecil yang sedang kehilangan mainan berharganya. Hidungnya memerah, kedua pipi gempalnya bersemu serta kedua matanya sudah sembab oleh air mata.
Lin May segera menjawab. "Benar Tuan Putri."
“Jadi kau melupakan kakakmu?" sahut Ran Rinyou yang baru tiba menghampiri kamar Ran Xieya bersama Permaisuri.
Ran Xieya mendongkak menatap Ran Rinyou yang baru tiba bersama sang Permaisuri. "Ibu," gumam Ran Xieya.
“Aiya ... Anak ibu jelek jika menangis seperti ini?” Sang permaisuri meraih sapu tangan yang digenggam oleh Ran Xieya serta mulai mengelap air mata dan cairan bening yang keluar dari hidungnya.
“Ayah tidak akan melukai peliharaanmu itu Xieya kata Ayah, kau bisa memeliharanya.” Ran Rinyou menyahut.
“Benarkah!” jerit Ran Xieya. Wajah Ran Xieya berbinar dengan cerah.
Baru saja keluarga ini bercengkerama. Suara ketukan pintu yang terdengar dengan pelan dari luar. Ran Xieya membukakan pintu yang terbuat dari kayu itu. Kedua mata magenta Ran Xieya menatap kehadiran Han Xue Tian bersama kakaknya.
“Salam Yang Mulia." Suara itu berasal dari Han Suiren Hua.
Ran Xieya mengangguk. “Pemimpin Han Suiren Hua! Xue Tian, kenapa kalian kemari?” tanya Ran Xieya.
“Benar ... kami hendak berpamitan pulang kembali ke kediaman utama Ran, He hua.” Han Suiren Hua berucap pada Ran Xieya. Pria itu juga melirik keberadaan Permaisuir dan Putra mahkota, Ran Rinyou yang ada di dalam kamar Ran Xieya.
Ran Xieya jadi kesal. “Kenapa kalian cepat sekali pulang?” tanya Ran Xieya padahal masih ingin bertemu dan menjahili Han Xue Tian.
"Kami masih memiliki misi Yang Mulia namun kabar baiknya Anda bisa memelihara Rubah itu," ucap Han Suiren Hua melirik sang adik yang terus menatap sang Putri dalam diamnya. Dia pun langsung tersenyum penuh arti.
Ran Xieya mengangguk paham. "Ah iya Xue Tian ini sapu tanganmu tapi hehe ... sudah kotor oleh ingus dan air mataku.” Ran Xieya hendak mengembalikan sapu tangan pemberian Han Xue Tian.
Han Xue Tian hanya diam dia tak menanggapi perkataan konyol dari Ran Xieya. "Tidak mengapa," sahut Han Xue Tian singkat.
Ran Rinyou lyang menepuk dahinya sendiri mendengar perkataan polos adiknya itu. Pria itu pun menghampiri Ran Xieya. “Kakak Suiren Hua dan adik Xue Tian maafkan sikap bodoh Xieya, dia memang berbicara sesukanya," ucap Ran Rinyou dengan senyum canggung.
“Tidak masalah Rinyou, Xue Tian juga pasti tidak keberatan untuk memberikan saputangannya.” Han Suiren Hua menahan tawa karena kedua telinga Han Xue Tian memerah.
“Hn. Tidak keberatan, ambil saja untukmu Xieya," ucap Han Xue Tian dengan pelan.
Ran Xieya melihat ke seluruh ruangannya seolah mencari-cari sesuatu. “Aha aku tahu!” Dia pun keluar dari kamarnya dan memetik setangkai anggrek putih kemudian memberikannya pada Han Xue Tian. “Ini ambil, aku berikan ini sebagai pengganti saputanganmu tapi lain kali jika kita bertemu aku akan membelikan sapu tangan yang baru untukmu Xue Tian,"ucap Ran Xieya. Betapa polosnya Ran Xieya menyodorkan setangkai anggrek itu untuk pemuda sedingin Han Xue Tian.
Han Xue Tian yang kaku tak disangka justru meraih setangkai anggrek itu dari Ran Xieya. “Baiklah," ujarnya dengan singkat.
“Baiklah kami permisi Yang Mulia Ran Lan Hua, Rinyou, Xieya," ucap Han Suiren Hua sembari beranjak bersama adiknya itu.
Wajah Ran Rinyou sudah merah padam akibat menahan tawa sedari tadi. Sang Permaisuri pun hanya bisa tersenyum menanggapi Ran Xieya sementara Lin May sampai bergetar menuangkan teko teh ke dalam cangkir yang akan ia suguhkan pada Permaisuri karena menahan tawanya.
“Kalian kenapa?” tanya Ran Xieya heran.
“Kau ini bodoh atau polos?” celetuk Ran Rinyou.
“Ha?” Kedua alis Ran Xieya bertemu, sangking kebingungannya dia memiringkan sedikit kepalanya. "Aku kenapa?" tanya Ran Xieya.
“Tuan Putri itu artinya Tuan Putri sudah mengatakan perasaan ketulusan kasih sayang kepada Tuan Muda Han Xue Tian," ucap Lin May sembari tersipu malu.
“Apa itu benar?” Ran Xieya masih bertanya dengan heran.
Sang permaisuri mengangguk. “Tradisi keluarga Ran memang seperti itu jika sepasang kekasih bersungguh-sungguh dengan perasaannya.”
“Bukankah biasanya seorang pria yang memberikan anggreknya? Hahaha ... Xieya dengan santainya memberikan anggrek itu pada Han Xue Tian," ledek Ran Rinyou.
Seluruh paras Ran Xieya sudah merah padam. Dia menghentakkan sebelah kakinya sembari melipatkan kedua tangannya. Wajah merah Ran Xieya dipalingkan dengan cepat. “Kalau itu aku tidak tahu," elaknya mencari pembenaran.
Sementara itu Han Xue Tian disisi lain hanya bisa menatapi setangkai anggrek putih itu. Paras tampannya yang dibingkai oleh raut yang datar. Pria muda itu merasakan. degupan jantungnya terpacu dengan kuat.
“Aku tak menyangka jika dilangkahi adikku sendiri dengan cepat," goda Han Suiren Hua yang berdiri di dekat sang adik yang ketika saat itu memandangi anggrek ditangannya. Pria itu memberi senyuman yang terpatri begitu saja.
“Xieya tak mungkin begitu," sahut Han Xue Tian dengan singkat.
Han Suiren Hua yang mendengarnya mengangguk setuju. “Benar, walaupun Putri Ran Xieya yang kita temui lima tahun yang lalu begitu pemalu bahkan dia tak sanggup berhadapan dengan orang dari luar istana.”
Keduanya kembali memandangi kota utama Ran menggunakan perahu yang sudah mereka sewa hingga tiba di muara perbatasan Ran dan Han yang cukup jauh. Beruntung sungai panjang Ran yang ditumbuhi wisteria disekitarnya membuat hari menjadi teduh.
“Bagaimana menurutmu tentang rubah dan Sen Ya yang dimiliki tuan Putri, Xue Tian?” tanya Ran Suiren Hua. Ada helaan nafas diujung ucapan Han Suiren Hua.
“Dia sudah ditakdirkan," jawab singkat Han Xue Tian.
Lagi-lagi Han Suiren Hua hanya bisa memandangi sang Adik. “Apa kau tidak cemas, Xue tian?” tanya Han Suiren Hua. Dia bisa menilai raut wajah sang Adik meski hanya menatap datar.
Bibir tipis Han Xue Tian ingin berucap namun dia mengurungkan niatannya. Pria muda itu diam sembari menatap air yang tenang melalui kedua mata birunya. Pikirannya berkecamuk dibalik wajah tenang yang ia miliki ini.
Han Suiren Hua menghela napas. “Jika yang ditakdirkan Sen Ya sudah tampak maka dia juga seharusnya sudah menampaki dirinya.”
“Aku tahu.” Han Xue Tian berucap sembari menggengam erat ujung gagang pedangnya yang memang terselip dipinggangnya itu.
Han Suiren Hua tersenyum kembali, dia paham reaksi sang adik jika itu menyangkut Ran Xieya. “Jika adik Fang Yin tahu, dia pasti cemburu pada tuan Putri Ran Xieya," ucap Han Suiren Hua tengah membicarakan adik bungsu mereka. Han Fang Yin memang menempel pada Han Xue Tian sedari kecil.
Pria tua yang semula mendayung perahu yang mereka naiki tiba-tiba saja mematung. “Tuan Muda saya rasa tak bisa mengantarkan anda lebih jauh," ucap Pria tua itu.
Han Suiren Hua mengeryitkan dahinya heran. “Kenapa Tuan? kami masih harus tiba diujung sungai ini,” ucap Han Suiren Hua. Pria bermata obisidian itu mulai heran menatap air sungai yang awalnya tenang menjadi riak yang riuh.
Han Xue Tian langsung mengeluarkan pedang dari dalam sarungnya, tanpa berkata-kata. Dia dengan tenangnya menebas lagi benang tak kasat mata yang ada pada pria tua itu. Han Xue Tian memiliki pengamatan mata dan tindakan yang tepat.
“Xue Tian!” teriak Han Suiren Hua dengan sedikit terlonjak kaget.
Pria tua langsung berubah menjadi kaku. Kedua matanya menatap tak simetris. Kulitnya jadi mengeras kemudian alat pergerakan tangan dan kaki bergerak lagi dengan kaku mirip seperti boneka kayu.
“Boneka yang bagus," ucap Han Xue Tian sembari menebasnya dengan pedangnya.
Tubuh Pria tua itu terkulai layaknya marionette yang terputus talinya. Pria itu sudah dikendalikan oleh seseorang yang memiliki keahlian memanipulasi manusia dengan benang. Ilmu manipulasi seperti ini hanya dimiliki oleh para iblis yang berbahaya.
"Lian Xia Tian," ucap Han Xue Tian. Rahang tegasnya mengeras serta kilatan dari kedua matanya tak mampu ditipu. Han Xue Tian sudah tahu teknik penipu seperti ini milik seseorang yang berbahaya.
Seluruh ketenangan sungai Ran hilang. Langit bergemuruh ribut kemudian gelombang sungai meraung dari dalam sementara aura hitam pekat tiba didepannya. Suara kekehan seorang pria terdengar dengan jelas, melalui kabut hitam yang perlahan-lahan menampakkan sosok seorang pria muda yang berdiri didepan mereka berdua, membuat kedua saudara Han diam tak bergeming.
“Aku senang sekali adikku yang manis ini masih ingat nama gegenya,”
“Aku senang sekali adikku yang manis ini masih ingat nama gegenya,” kekeh Pemuda itu. Pria muda berambut perak panjang membingkai paras tampannya, kedua iris mata semerah darah dan bibir tipis yang tersungging senyuman dengan tahi lalat dibawahnya, tiga garis seiras Han Xue Tian tumbuh didahinya juga namun hanya berbeda warna, jika Han Xue Tian memiliki tanda berwarna biru cerah maka pemuda ini berwarna hitam pekat serta jubah hitam yang senada membalut tubuh tegapnya. Dibalik paras tampan yang terukir seringai yang tajam. Paras seiras Han Xue Tian yang lain muncul didepannya. Kegelapan amat mencintainya. Aura gelap yang mendominasi membuktikan jati dirinya yang sebenarnya. Teror yang sudah lima tahun lamanya tidak menganggu kedamaian negara aliansi. Sang Putra dari Klan Lian yang dijuluki sebagai Pangeran Iblis. “Aiya senang berjumpa kembali pemimpin clan Han, Han Suiren Hua! Kemarin kau itu hanya seorang murid wah sekarang sudah menjadi pemimpin ya, selamat, selamat." Pemuda itu
Rambut hitam Ran Xieya tergerai bebas dengan panjang. Ran Xieya tak memerdulikan riasan. Dia hanya memakai balutan jubah sederhana berwarna biru muda dengan motif anggrek putih disetiap ujung jubahnya. Ran Xieya sudah duduk berjam-jam didalam perpustakaan Ran. Ran Xieya mempelajari dunia yang dia tinggali saat ini.“Aku bahkan baru tahu nama kalau nama kerajaan ini Shizhu Ran Aiya ... kasihan sekali Ran Xieya harus menanggung malu karena semua kebodohanku jika orang lain sampai tahu.” Ran Xieya berucap sambil meringis kecil. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ran Xieya kembali membaca buku itu. Satu tumpukan gunung buku-buku lain yang ada disebelah kanan sudah menunggunya. Ran Xieya masih betah untuk duduk disana. Kini kedua mata magentanya sedang serius menatap satu halaman yang memuat informasi mengenai Kerajaan Shizu Ran. 'Klan Ran satu-satunya klan yang mempelajari ilmu alam dan pengobatan kemudian mempraktekkannya didalam kehidupan sehari-hari.”'Kerajaan Shizhu Ran
“Kau mau bilang jika Sang Kekacauan Malam Tak Berakhir, kembali muncul?” Han Xue Tian mengangguk. "Benar, Yang Mulia." “Kenapa dia tiba lebih cepat dari ramalan Shizhu Ran?” Kini Raja menjadi panik usai mendengar ucapan Han Xue Tian. Disaat hiruk pikuk keriuhan pada saat itu. Han Xue Tian langsung menduduki tubuhnya lagi ditengah-tengah aula utama. Kedua lututnya yang menghantam kerasnya lantai umbin sampai terdengar Bruk dengan keras. Seluruh mata tengah menatap ksatria langit bersalju yang tengah membungkuk menghadap sang kaisar Shizhu Ran. “Xue Tian ... tak perlu membungkuk.” Kaisar berucap sembari menatap heran Han Xue Tian. “Yang Mulia, izinkan aku untuk membawa Ran Xieya ke He Hua Han," ucap Han Xue Tian berlutut pada Kaisar. Sang Kaisar membelalakkan kedua matanya tak percaya dengan ucapan Han Xue Tian. Ran Rinyou juga tak kalah terkejutnya sementara sisanya para petinggi Klan hanya terbatuk kering berbeda dengan Ran Xieya hanya diam dengan raut wajah yang tenang. “Tak
Ran Xieya usai bergulat pendapat dengan para Tetua di Aula Istana kemudian memilih kembali ke perpustakaan. Gadis manis itu sedang menyoret-nyoret sesuatu menggunakan kuasnya. Kedua alisnya mengkerut. Tampaknya Gadis itu tengah menyelami aktivitasnya itu. “Hm, seingatku seperti ini sih,” gumam Ran Xieya seorang diri sembari terkekeh kecil. Tak berapa lama Lin May tiba dengan membawakan nampan berisi seteko teh yang mengepul dan beberapa cemilan kue beras. "Yang Mulia Putri Xieya," ucap Lin May seraya meletakkan kue beras itu. “Ah, Lin May, Kebetulan sekali aku lapar!” Ran Xieya menjerit girang. seraya menyunggingkan senyuman manisnya. Lin May yang saat itu baru meletakkan nampannya diatas meja belajar hanya bisa menggeleng. “Tuan Putri melewatkan makan siang maka dari itu, Permaisuri mencari tuan Putri kemana-mana?” Lin May menuangkan teh hangat pada cangkir keramik. Ia suguhkan untuk Ran Xieya. Tadinya Ran Xieya hendak menyuapi sepotong kue beras kedalam mulutnya. Tiba-tiba saja
“Dia juga melindungi siluman jadi-jadian,” imbuh Yuu tak mau mengalah. Ia tersenyum dengan seringai diwajahnya. "Memelihara siluman seperti teknik ilmu iblis, apakah kau berusaha membelot lagi?" tuduh Yu.“Ayah tidak lupa bukan jika Ran Xieya menolak perjodohannya dengan Han Xue Tian lima tahun yang lalu. Paman Han Changyi sendiri yang akan menjodohkan Han Xue Tian denganku.” Satu lagi tuduhan Alin dengan suara cemprengnya membuat suasana jadi semakin runyam untuk Ran Xieya. Ran Xieya tersenyum canggung sembari menoleh kepada Sang Permaisuri “Ibu ... apakah semua perkataan mereka itu benar?” tanya Ran Xieya yang tak punya ingatan Ran Xieya asli ini.“Xieya jelaskan!” bentak Sang Raja. Aih? apa ... apa yang mau aku jelaskan? ingat saja tidak, batin Ran Xieya. Ran Xieya mendeham sementara ia sudah menatap kesal saudara-saudar tiri dari Selir yang sedang menertawakannya dengan puas. Kedua putra dan kedua putri dari Selir tampak puas dengan kekalahan Ran Xieya ini. “Baiklah," ucap Ran
Di lain tempat. Ran Xieya bersama Han Xue Tian yang tengah bergulat dengan pikiran masing-masing tapi kemudian Ran Xieya angkat bicara. Ia memiliki ide untuk membuatnya berbincang berdua saja dengan Han Xue Tian. “Baise, bisakah kau carikan Lin May untukku, katakan padanya untuk membuatkanku teh hangat lagi," suruh Ran Xieya. Pemuda manis itu segera mengangguki ucapan Ran Xieya. "Baik, Yang Mulia." Disinilah mereka sekarang. Ran Xieya duduk diseberangan Han Xue Tian yang duduk bersila dengan tegap. Tampan dan berwibawa, itulah sosok ksatria langit bersalju yang selalu memasang raut wajah datarnya. “Aku sengaja menyuruh Baise pergi agar kita bisa berbincang berdua. Sejujurnya ada hal yang ingin kutanyakan padamu.” Ran Xieya memainkan ujung tusuk rambut gioknya. Dia sendiri sedikit malu untuk menatap paras tampan Han Xue Tian yang menatapnya. “Katakan," perintah Han Xue Tian. Ran Xieya langsung bertanya. “Apa yang dikatakan Alin itu benar?” “Hn.” Terdengar Han Xue Tian yang ber
“Lin May jika Ayah dan ibuku atau kakaku yang cerewet mencariku bilang saja aku sedang membujuk Han Xue Tian," ucap Ran Xieya yang sudah menunggangi rubahnya. Kini Ran Xieya tengah termenung sendiri sembari memengangi punggung berbulu Baise. Gadis itu hanya diam dengan pikirannya sendiri. Ran Xieya hanya diam diatas punggung Rubah itu yang melayang dengan mudah diangkasa, sebentar lagi akan mencitrus dengan terang. Tanda senja akan tiba. Kedua mata magenta Ran Xieya menangkap sosok yang dicarinya. Ran Xieya menatap Han Xue Tian yang berada di hutan tepat di depan Istana Ran. “Itu Han Xue Tian, ayo kita hampiri," perintah Ran Xieya. "Baik Yang Mulia." Angguk Rubah raksasa itu. Angin yang berhembus kencang mengganggu rambut hitamnya yang lurus. Semula dia berjalan dengan tegap sembari memengangi pedangnya. Kemudian angin kalut berhembus kencang namun Han Xue Tian meredamnya dengan raut yang datar. Kedua mata biru Han Xue Tian menatap seorang gadis yang baru turun dengan lompatan yan
Ran Xieya duduk bersipu bersama Pemuda Es itu. Ran Xieya hanya menatap dengan santai sementara Han Xue Tian yang duduk bersipu dengan elegannya, diam tak bergeming. Semua ini terjadi usai Ran Xieya dan Han Xue Tian mendatangi tempat Alin berteriak tapi ketika mereka tiba di sana, Yu sudah tewas mengenaskan. “Yang Mulia dia pasti membuat membunuh Yu, dia juga pasti membuat Alin gila. Dasar gadis terkutuk!” tuduh Selir Amani itu mulai menangis histeris. Jika tak dipegangi oleh Jian Li mungkin saja wanita itu akan menyerang Ran Xieya yang menatap dengan bingung.“Dia pasti membunuh puteraku?! Oh Yu anakku yang malang.” Lanjut Selir Amani lagi sembari memengangi dadanya.“Yang Mulia hukum dia seberat-beratnya, aku tak terima Alin menjadi gila karena ulah gadis terkutuk ini," sahut Selir Mye berapi-api.Sang Raja menghela nafas. Dia pun beralih menatap Han Xue Tian yang ada ditempat kejadian sekaligus mendampingi Ran Xieya. “Han Xue Tian, aku lebih percaya dengan apa yang kau lihat, cerit
Srrrryashhhhhhh Kedua mata magenta Ran Xieya menatap Lian Xia Tian yang terkena sebuah sebilah pedang yang menghunus punggungnya hingga bagian perutnya mengeluarkan cn. "Tidak, tidak, tidak," ucap Ran Xieya berulang kali. "Xieya ... Xie ... lari," ucap Lian Xia Tian yang mengeluarkan cairan merah dari ujung bibirnya. Tubuh Lian Xia Tian ambruk seketika."Mengapa kau melakukannya?" tanya Ran Xieya dengan tatapan nanarnya. "Tuanku sangatlah bodoh," celetuknya sembari berjalan mendekati Guan Yu. "Ia merawatku sejak bayi namun yang ia lakukan setiap hari hanyalah mengangumimu, padahl Dunia Bawah membutuhkannya." Pemuda itu merubah wujudnya jadi seorang Pria Muda yang berjubah hitam. "Lu Fei, aku ... anak dari Guan Yu dengan salah seorang manusia, Ayah ... aku sudah menghabisi Iblis Bodoh itu apakah aku juga harus menghabisi Dewi Yue?" tanyanya sembari menatap Ran Xieya.Guan Yu tertawa puas menikmati Ran Xieya yang mematung menatap Lian Xia Tian yang sekarat itu. "Dia tak akan bisa di
"Jadi kau melepaskan hubungan dengan semua orang untuk misi bunuh dirimu ini, tapi semua itu tak berlaku padaku karena aku memang membenci Guan Yu sejak dulu ... kau pikir saja sendiri, kekasih mana yang terima jika selama ini wanitanya di segel oleh Dewa Keparat itu selama ribuan tahun?" omel Lian Xia Tian sembari menatap Ran Xieya dengan tajam. Ran Xieya tak mengubrisnya kemudian berjalan mendekati Gunung Rai. "Jika begitu terserah padamu dan lakukan sesukamu tapi jangan menghadang keinginanku untuk melenyapkan Guan Yu," ucap Ran Xieya pada Lian Xia Tian. Gerhana tak dirasa justru datang lebih cepat. Hal itu membuat Ran Xieya tertegun. "Aneh sekali, kenapa terjadi lebih cepat?" gumam Ran Xieya sendiri."Itu karena Guan Yu juga menipu alam semesta," sahut Jing Xiu sembari waspada. "Yue ... aku rasa rencanamu berjalan lebih cepat dari dugaan kita," ucap Jing Xiu sembari bercahaya terang yang hangat. Ran Xieya mengangguk. "Tolong ya, aku serahkan perlindungan padamu." Ran Xieya beru
"Aku bersamamu, dalam suka dan duka, Yang Mulia Hua Zhen ...," ucap Pria bermata ungu cerah itu. Ran Hua Zhen tersenyum namun tiba-tiba saja ia tak sadarkan diri. Ran Hua Zhen langsung berada dalam gendongan Shin Chen Jun. Ia mendengar derapan langkah namun tak lama sosok Han Suiren Hua muncul dengan telunjuk bercahayanya. Shin Chen Jun menghela napas."Hua Ge, melumpuhkan energinya bukanlah hal yang baik," celetuk Shin Chen Jun."Benar, selagi ini kekuatan baru Yang Mulia, dan guncangan jiwa dapat membangkitkan kekuatannya ... An Tian bukan sesuatu yang bisa Yang Mulia tangani, sebaliknya ... itu akan mempersulitnya," ucap Han Suiren Hua. "Kedatanganku kemari juga karena hendak berbincang denganmu Ketua Shin." Pria itu berucap sembari melipat kedua tangannya di belakang punggungnya dengan tenang. Shin Chen Jun beranjak berdiri sembari menggendong tubuhnya Ran Hua Zhen yang sudah tak sadarkan diri berkat Han Suiren Hua yang menghentikan aliran energinya untuk sementara, ini bukan p
"Tapi Yang Mulia, harap Anda memikirkan lagi mengenai tindakanmu ini," ucap Shin Chen Jun pada Ran Xieya yang tengah duduk dihadapannya menikmati secangkir teh.Ketibaan Ran Xieya membawa harapan bagi Shin selain berkat Ran Xieya yang memusnahkan Dewi Naga Kabut. Ia juga mengembalikan warga Shin yang terperangkap dalam kabutnya, insiden ini terjadi sejak Baosheng berhasil dikalahkan dan para pemberontak berhasil padam dan mengalah.Shin Chen Jun, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ran Xieya, dia hidup akrab dengan Ran Xieya sejak masih muda tapi baru kali ini Shin Chen Jun merasakan ketenangan yang berbahaya dari Ran Xieya yang biasanya bersikap ceria, banyak bicara dan ceroboh itu. "Rencanaku sudah bulat A-Jun, aku memutuskan untuk mengakhiri peperangan ini ... maka dari itu, jika sesuatu terjadi padaku, aku mau kau jadi Penasehat Shizu Ran serta dampingi Ran Hua Zhen," ucap Ran Xieya menatap Shin Chen Jun dengan datar.Shin Chen Jun menggeleng. "Itu tidak bisa, anakmu yang
"Xieya ... kau memaksakan diri lagi ya?" tanya Lian Xia Tian sembari mendekati Ran Xieya. "Tidak, tidak sama sekali, ini pilihanku," jawab Ran Xieya tak ragu. Lian Xia Tian melirik Ran Xieya yang tampak terdiam tenang, ini bukan Ran Xieya yang ia kenal. Lian Xia Tian mencoba memahami perilaku Ran Xieya. Banyak hal yang dilalui oleh Ran Xieya bahkan ia telah mengorbankan banyak hal termaksud dirinya sendiri. "Aku tak butuh kau mengasihiku," terka Ran Xieya sembari beranjak pergi lebih dulu. Lian Xia Tian tertegun, ia tak menyangka jika Ran Xieya menjadi 'datar' saat ini. Tatapan dan sikap dingin seperti ini mirip seperti An Tian, tapi Lian Xia Tian sendiri sudah sangat yakin jika An Tian sendiri telah lenyap karena kehadirannya sirna digantikan oleh sebatas energi kekuatan pada Ran Hua Zhen yang sejak tadi membungkam. "Xieya, perjalanan kita lumayan panjang untuk tiba di Shizu Ran ... jika, kau ingin istirahat, Kediaman Shin terletak diperbatasan," ucap Lian Xia Tian menunggangi k
Ran Xieya berjalan dengan tenang, kala itu hari hendak menampaki fajar. Kedua mata magenta Ran Xieya bersinar terang. Wajahnya memasang raut serius. Ia berjalan belok memasuki sebuah ruangan usai menggeser pintu yang terbuat dari bambu itu. Ran Xieya menatap adiknya, Ran Hua Zhen yang tidak sadarkan diri. "Kau memutuskan jaringan kehidupanmu dari dunia fana, An Tian, tapi anak seperti ini yang kau pilih untuk melanjutkan harapanmu ... sebegitunya kau mau aku hidup bebas tanpa belenggumu lagi, ya?" Ran Xieya duduk dipinggiran ranjang kasurnya. Ia bisa merasakan energi gelap dan hitam pada Ran Hua Zhen namun energi itu tidak waspada padanya. Ran Xieya menatap kehampaan saat ini. Ia teringat saat-saat dirinya 'menyandera' jiwa An Tian pada tubuhnya. Kehancuran dan kehidupan bercampur aduk, Ran Xieya pernah menghancurkan perbatasan wilayah Iblis dan manusia bahkan pernah menyatukan kedamaian Iblis dan Manusia berkat An Tian yang ada pada dirinya. Kini semuanya sudah usai, Ran Xieya hidu
"Nak, keinginanmu kuat ... terimalah ...,""Tidak! tidak, jangan lagi lakukan hal seperti itu!" Lian Xia Tian langsung mendekap An Tian yang sudah perlahan-lahan berubah jadi abu. Ia tahu jika An Tian hendak memindahkan inti jiwanya pada Ran Hua Zhen meski tidak pasti keberhasialnnya."Percayalah Xia Tian, dia tetap hidup jadi dirinya bersama kekuatanku," sahut An Tian tak mengubris Lian Xia Tian. Melainkan membuat cahaya dari tangannya dan memberikannya pada Ran Hua Zhen. Ia tersenyum saat menatap Ran Hua Zhen yang mirip seperti Ran Xieya. "Hiduplah ... lindungi semuanya," ucap An Tian kemudian berubah jadi abu dan sirna.Ran Hua Zhen membeku kala cahaya itu memasuki tubuhnya sendiri kemudian kekuatan tinggi merasuki dirinya. "Ahhhh!" Ran Hua Zhen menjerit kemudian tak lama ia pun pingsan tak sadarkan diri. Lian Xia Tian mematung menatap abu dari An Tian dan Ran Hua Zhen yang sudah mengambil alih seluruh kemampuan An Tian. Jalan ini berbeda dari sebelumnya, Ran Hua Zhen tak perlu ke
"An Tian, tunggu, perlahan langkahmu," ucap Han Suiren Hua."Apa? kau mau aku menuruti kemauanmu dengan menipu Xieya? kau ... Kakak yang keji dengan membiarkan Lian Xia Tian menipunya jadi Han Xue Tian hanya untuk menenangkan Xieya," sahut An Tian. "Aku tidak sanggup melihatnya tidak tahu menahu jika Han Xue Tian juga dalam keadaan sekarat!" bentak An Tian."Ini bukan salahmu, An Tian." Han Suiren Hua menarik pergelangan tangan An Tian. An Tian menatap Kepala Klan Muda itu. An Tian menepis tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus melenyapkan wadah ini, karena apa jadinya jika Xieya menatapku dengan wujud yang membuatnya menderita," ucap An Tian sembari beranjak pergi. An Tian berlari keluar dari kediaman Han. Ia sempat berpapasan dengan Ra Byusha yang langsung mengenalinya. "Carikan aku wadah, aku ... aku tak mau Xieya menatapku menderita," ucap An Tian setengah memelas."Murid bodoh itu pemaaf," sahut Ra Byusha."Bahkan jika tahu suaminya kritis dan saat ini orang
"Lakukan! Hahaha ...," tawa Baosheng tak lama terhenti. Ia mematung dengan bayangan hitam yang pedar keluar darinya. "Xieya, tusuk jantungnya ... satu-satunya cara membuatku bebas dengan membunuh wadah ini sama sepertimu dulu," ucap Baosheng dengan nada suara An Tian."Aku ... tidak yakin," ucap Ran Xieya mendadak gemetar karena jika itu ia lakukan maka Baosheng akan tewas."Guan Yuu akan melemah karena ia menggunakan sebagian kekuatanku," ucap An Tian.Brukkkk ... Ran Xieya menoleh kala menatap nanar sosok An Tian yang mengulurkan tangannya itu. Ran Xieya mencoba meraihnya namun dirasanya percuma karena sosok Baosheng sudah kembali sembari menyerang Ran Xieya dengan membabi buta. Ran Xieya akhirnya bisa menahan serangannya dengan membuat pedang dari Baosheng terlempar kemudian memengang kedua tangan Baosheng. "Aku tak mau semuanya berakhir sia-sia," ucap Ran Xieya berusaha membujuk Baosheng."Hentikan omong kosongmu Anak Kecil," sergah Baosheng.Brukkkk ...Ran Xieya menoleh saat t