"Xue Tian, seharusnya tidak perlu terjebak denganku, aku hanya kemalangan," ucap Ran Xieya murung.Han Xue Tian menangkup wajah Ran Xieya agar menatapnya. "Tidak, kau berkah surgawi," sahut Han Xue Tian. Ran Xieya tersenyum lembut sembari meraih kedua tangannya yang sedang memengang wajahnya itu. "Kau sangat gigih.""Maka dari itu, kumohon menikahlah denganku,""Baiklah," sahut Ran Xieya tersenyum haru...Kabar mengenai pernikahan penguasa takhta terbaru bersama ksatria dari Klan Han merebah luas. Upacara pernikahan diadakan di bawah sinar matahari yang bersinar cerah, dan seluruh kerajaan bersaksi atas kebahagiaan mereka. Ran Xieya dengan hati yang haru menatap dirinya menggunakan jubah merah. "Jie, cantik sekali," puji Ran Hua Zhen, saudari bungsu dari Ran Xieya. Ran Xieya menggeleng. "Ini akan jadi kisah yang baru A-Zhen, Klan Ran dan Han akan bersatu," ucap Ran Xieya menoleh menatap Ran Hua Zhen yang membantunya berdandan. "Jie, kabarnya Tuan Kedua Han sudah tiba, kita harus
"Yang Mulia, seorang utusan dari Kerajaan Iblis hendak menemui Anda," "Siapa?"Ran Xieya beranjak berdiri. Ia menggeser pintu kayu dan menatap prajuritnya yang sedang berlutut. "Katakan di mana dia?" tanya Ran Xieya dingin."Ampun, yang mulia, utusan Kerajaan Iblis ada di depan gerbang," jawab Prajurit.Ran Xieya baru saja hendak menghampiri utusan tersebut namun Han Xue Tian lebih dulu menyampirkan jubah tebal pada tubuh Ran Xieya. Tatapannya cemas namun mendampingi istrinya itu. "Xieya, ini sudah malam, dingin," ucap lembut Han Xue Tian.Ran Xieya mengangguk. "Aku hanya akan menemuinya," sahut Ran Xieya."Aku ikut bersamamu," ucap Han Xue Tian. Keduanya berjalan beriringan menuju gerbang istana Ran. Malam dengan udara yang sejuk, Ran Xieya menatap seorang pemuda tengah berlutut padanya. Pemuda bertopeng hitam itu tampak asing bagi Ran Xieya yang sering keluar masuk ke dunia iblis."Katakan siapa kau?" tanya Ran Xieya."Hamba, Putra yang diangkat oleh Master Lian Xia Tian," jawabny
Han Xue Tian memasang wajah masam ketika Ran Xieya tiba menghampirinya, pasalnya dia hanya bisa menunggui Alessa di depan array pelindung. Han Xue Tian bersidekap kemudian menatap Ran Xieya tajam. "Lama," ketusnya.Ran Xieya tak sanggup menahan tawa akibat api cemburu suaminya itu. "Haha, kau marah?" kekeh Ran Xieya.Han Xue Tian menggeleng tak lama menghampiri Ran Xieya kemudian memeluknya. "Aku tidak suka," ucap Han Xue Tian datar.Ran Xieya mengelus punggung lebar Han Xue Tian. Tubuh hangat Pria itu mendekapnya dengan pelan untuk berbagi kehangatan malam ini. "Kita pulang, ya," ucap Ran Xieya melepaskan dekapan dan hendak beranjak. Tidak setelah sebuah pedang nyaris menebasnya, jika saja Han Xue Tian gagal menangkisnya dengan senapang pedang kepuanyaannya. Ran Xieya bisa saja sudah tewas saat itu. "Ya Tuhan," Ran Xieya bergumam sampai lupa jika di kehidupan dimensi ini mereka hanya mengenal dewa. "Xieya, tidak apa?" tanya Han Xue Tian panik. Ia menghampiri Ran Xieya dan memengang
"Berjanjilah jangan mengatakan hal itu lagi," ucap Han Xue Tian.Ran Xieya hanya tersenyum kecil. Dia menikmati tubuh suaminya yang tengah menggendongnya itu. Ran Xieya membiarkan Han Xue Tian mengiringnya. Demikian juga Han Xue Tian, dia malah merasakan frustasi kala melihat ancaman yang senantiasa menghampiri Ran Xieya. Han Xue Tian membawa serta Ran Xieya kembali ke Shizu Ran, ia sepanjang malam hanya duduk bersiaga memerhatikan Ran Xieya yang tengah terlelap itu. Han Xue Tian selalu mencemaskan Ran Xieya usai tahu jika istrinya sudah mengandung buah hati mereka sementara itu ancaman licik Erythrina Verna malah menjadi, baru saja berhasil selamat dari ancaman mereka kini pasukan Erythrina Verna alias Baosheng mulai mengacau di Kediaman Klan Han. Pesan itu tersampaikan oleh Han Xue Tian melalui merpati putih yang terbang masuk melalui jendela terbuka. Pria bermata biru itu melihat secarik pesan dari Kakak Tertuanya, situasi di sana sama krisisnya. Han Xue Tian yang senantiasa tena
"Bagaimana jika aku menolaknya?" tanya Ran Xieya.Lian Xia Tian tak langsung menjawab melainkan diam sembari memerhatikan Ran Xieya yang tengah mengusap perutnya itu. "Xieya, aku mencintaimu meski hanya ini yang bisa kuberikan padamu," ucapnya."Memberikan hidupmu? jangan bercanda," celetuk Ran Xieya.Lian Xia Tian tersenyum kecil. "Xieya, pertimbangkan lagi tawaranku, demi kebaikanmu." Pria itu berucap sambil berdiri kemudian lenyap bagaikan bayangan. Ran Xieya kembali larut dalam lamunannya hingga Baise tiba. "Yang Mulia, ini sudah malam," tegur Baise. "Baiklah, aku akan kembali," ucapnya.Ran Xieya menatap sendu kehampaan malam dari kamarnya. Ia mencintai suaminya dan kadangkala takut pada dirinya sendiri, Ran Xieya menoleh menatap cermin yang menampakkan dirinya yang cantik jelita dengan rambut hitam yang tergerai panjang. "Apakah aku kehancuran?" tanya Ran Xieya sendiri. "Tidak, bukan kau tapi aku," jawab pantulan dirinya dari cermin, tak lain An Tian. Ran Xieya terkejut hin
Bunyi dari gemersik daun yang tertiup angin, bunyi aliran air dari air terjun, serta bunyi kicauan burung yang saling sahut bersahutan. Seorang pria muda duduk bersila disalah satu batu yang ada di tepian sungai tenang itu, kedua matanya terpejam dengan damai menampaki bulu mata lentik yang indah, wajah rupawan yang putih dengan tubuh kokoh dilapisi oleh jubah putih. “Seharusnya kau segera kembali ke perbatasan, bukankah katamu besok seharusnya Yang Mulia Ran Xieya melahirkan?” “Mhn,” Deham seorang pria. Kedua kelopak mata terbuka, menampaki sepasang iris biru langit dengan jernih. “Kakak tertua, Han Xue Tian tidak tahu kedatanganmu.” Pria muda itu berucap sambil menunduk hormat dan santun. Sementara pria lain hanya mengulum senyuman. “Kau berhasil memulihkan energimu bukan?” tanya pria tinggi yang tak kalah rupawannya itu, dia masih berdiri menatap Sang Adik sambil melipat kedua tangannya kebelakang. Pria beriris biru itu mengangguk singkat sebagai jawabannya, dia memang tak b
Ratusan orang berkumpul di halaman istana, memenuhi udara dengan nyanyian sukacita dan harapan. Ran Xieya menggendong putranya bersama Han Xue Tian, yang memandang dengan bangga ke arah bayi kecil yang terbaring di pangkuan Ran Xieya.Pangeran Mahkota, pewaris takhta yang baru, adalah cahaya harapan bagi seluruh kerajaan Shizu Ran. Wajahnya yang masih lembut dipenuhi dengan senyum yang menggambarkan kedamaian dan kebaikan yang melekat pada hati murninya. Di tengah gemerlap pesta dan sorak-sorai di luar istanam ada kedamaian yang melingkupi istana. Setiap orang merasakan kehadiran yang agung, menandakan permulaan dari masa yang baru.Di dalam istana beralih pada perjamuan oleh petinggi Klan yang penting. Shin Chen Jun yang sudah menaiki posisi jadi kepala Klan Shin, Han Suiren Hua yang merupakan Kepala Klan Han dan Ran Hua Zhen yang masih belia menempati kepala Klan Jhan. Mereka menempati ruangan perjamuan khusus yang juga terdapat Ran Xieya sembari menggendong bayinya didampingi oleh
"Ran Xieya, aku tidak pernah setuju dengan ide gilamu!" bentak Han Xue Tian pada Ran Xieya. Malamnya usai semua tamu pulang dari perjamuan, kedua kekasih ini terlibat perkelahian kecil. Tak lain karena keduanya punya keinginan sendiri untuk keutuhan keluarganya, sayangnya Ran Xieya memilih pengorbanan dirinya dan Han Xue Tian memilih untuk menjaga keutuhan keluarga kecilnya ini. Ran Xieya terdiam menatap Han Xue Tian yang senantiasa datar itu mampu meluapkan emosional amarah padanya. Ran Xieya menoleh ke bawah sebentar sembari tersenyum kecil, padahal tak sanggup berhadapan dengan kedua mata biru yang menyalang padanya itu."Ini hidupku, aku bebas untuk mengorbankannya demi Xie Tian kecil kita," ucap Ran Xieya. Han Xue Tian menyambar kedua bahu kecil istrinya itu. "Xieya, aku suamimu, demi langit dan surgawi, kerajaan ini bukan apapun tanpamu apalagi A-Xie kecil kita," sahut Han Xue Tian dengan kedua mata biru yang bergetar. Pria itu semula murka kemudian memelas karena dia tak san
Srrrryashhhhhhh Kedua mata magenta Ran Xieya menatap Lian Xia Tian yang terkena sebuah sebilah pedang yang menghunus punggungnya hingga bagian perutnya mengeluarkan cn. "Tidak, tidak, tidak," ucap Ran Xieya berulang kali. "Xieya ... Xie ... lari," ucap Lian Xia Tian yang mengeluarkan cairan merah dari ujung bibirnya. Tubuh Lian Xia Tian ambruk seketika."Mengapa kau melakukannya?" tanya Ran Xieya dengan tatapan nanarnya. "Tuanku sangatlah bodoh," celetuknya sembari berjalan mendekati Guan Yu. "Ia merawatku sejak bayi namun yang ia lakukan setiap hari hanyalah mengangumimu, padahl Dunia Bawah membutuhkannya." Pemuda itu merubah wujudnya jadi seorang Pria Muda yang berjubah hitam. "Lu Fei, aku ... anak dari Guan Yu dengan salah seorang manusia, Ayah ... aku sudah menghabisi Iblis Bodoh itu apakah aku juga harus menghabisi Dewi Yue?" tanyanya sembari menatap Ran Xieya.Guan Yu tertawa puas menikmati Ran Xieya yang mematung menatap Lian Xia Tian yang sekarat itu. "Dia tak akan bisa di
"Jadi kau melepaskan hubungan dengan semua orang untuk misi bunuh dirimu ini, tapi semua itu tak berlaku padaku karena aku memang membenci Guan Yu sejak dulu ... kau pikir saja sendiri, kekasih mana yang terima jika selama ini wanitanya di segel oleh Dewa Keparat itu selama ribuan tahun?" omel Lian Xia Tian sembari menatap Ran Xieya dengan tajam. Ran Xieya tak mengubrisnya kemudian berjalan mendekati Gunung Rai. "Jika begitu terserah padamu dan lakukan sesukamu tapi jangan menghadang keinginanku untuk melenyapkan Guan Yu," ucap Ran Xieya pada Lian Xia Tian. Gerhana tak dirasa justru datang lebih cepat. Hal itu membuat Ran Xieya tertegun. "Aneh sekali, kenapa terjadi lebih cepat?" gumam Ran Xieya sendiri."Itu karena Guan Yu juga menipu alam semesta," sahut Jing Xiu sembari waspada. "Yue ... aku rasa rencanamu berjalan lebih cepat dari dugaan kita," ucap Jing Xiu sembari bercahaya terang yang hangat. Ran Xieya mengangguk. "Tolong ya, aku serahkan perlindungan padamu." Ran Xieya beru
"Aku bersamamu, dalam suka dan duka, Yang Mulia Hua Zhen ...," ucap Pria bermata ungu cerah itu. Ran Hua Zhen tersenyum namun tiba-tiba saja ia tak sadarkan diri. Ran Hua Zhen langsung berada dalam gendongan Shin Chen Jun. Ia mendengar derapan langkah namun tak lama sosok Han Suiren Hua muncul dengan telunjuk bercahayanya. Shin Chen Jun menghela napas."Hua Ge, melumpuhkan energinya bukanlah hal yang baik," celetuk Shin Chen Jun."Benar, selagi ini kekuatan baru Yang Mulia, dan guncangan jiwa dapat membangkitkan kekuatannya ... An Tian bukan sesuatu yang bisa Yang Mulia tangani, sebaliknya ... itu akan mempersulitnya," ucap Han Suiren Hua. "Kedatanganku kemari juga karena hendak berbincang denganmu Ketua Shin." Pria itu berucap sembari melipat kedua tangannya di belakang punggungnya dengan tenang. Shin Chen Jun beranjak berdiri sembari menggendong tubuhnya Ran Hua Zhen yang sudah tak sadarkan diri berkat Han Suiren Hua yang menghentikan aliran energinya untuk sementara, ini bukan p
"Tapi Yang Mulia, harap Anda memikirkan lagi mengenai tindakanmu ini," ucap Shin Chen Jun pada Ran Xieya yang tengah duduk dihadapannya menikmati secangkir teh.Ketibaan Ran Xieya membawa harapan bagi Shin selain berkat Ran Xieya yang memusnahkan Dewi Naga Kabut. Ia juga mengembalikan warga Shin yang terperangkap dalam kabutnya, insiden ini terjadi sejak Baosheng berhasil dikalahkan dan para pemberontak berhasil padam dan mengalah.Shin Chen Jun, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ran Xieya, dia hidup akrab dengan Ran Xieya sejak masih muda tapi baru kali ini Shin Chen Jun merasakan ketenangan yang berbahaya dari Ran Xieya yang biasanya bersikap ceria, banyak bicara dan ceroboh itu. "Rencanaku sudah bulat A-Jun, aku memutuskan untuk mengakhiri peperangan ini ... maka dari itu, jika sesuatu terjadi padaku, aku mau kau jadi Penasehat Shizu Ran serta dampingi Ran Hua Zhen," ucap Ran Xieya menatap Shin Chen Jun dengan datar.Shin Chen Jun menggeleng. "Itu tidak bisa, anakmu yang
"Xieya ... kau memaksakan diri lagi ya?" tanya Lian Xia Tian sembari mendekati Ran Xieya. "Tidak, tidak sama sekali, ini pilihanku," jawab Ran Xieya tak ragu. Lian Xia Tian melirik Ran Xieya yang tampak terdiam tenang, ini bukan Ran Xieya yang ia kenal. Lian Xia Tian mencoba memahami perilaku Ran Xieya. Banyak hal yang dilalui oleh Ran Xieya bahkan ia telah mengorbankan banyak hal termaksud dirinya sendiri. "Aku tak butuh kau mengasihiku," terka Ran Xieya sembari beranjak pergi lebih dulu. Lian Xia Tian tertegun, ia tak menyangka jika Ran Xieya menjadi 'datar' saat ini. Tatapan dan sikap dingin seperti ini mirip seperti An Tian, tapi Lian Xia Tian sendiri sudah sangat yakin jika An Tian sendiri telah lenyap karena kehadirannya sirna digantikan oleh sebatas energi kekuatan pada Ran Hua Zhen yang sejak tadi membungkam. "Xieya, perjalanan kita lumayan panjang untuk tiba di Shizu Ran ... jika, kau ingin istirahat, Kediaman Shin terletak diperbatasan," ucap Lian Xia Tian menunggangi k
Ran Xieya berjalan dengan tenang, kala itu hari hendak menampaki fajar. Kedua mata magenta Ran Xieya bersinar terang. Wajahnya memasang raut serius. Ia berjalan belok memasuki sebuah ruangan usai menggeser pintu yang terbuat dari bambu itu. Ran Xieya menatap adiknya, Ran Hua Zhen yang tidak sadarkan diri. "Kau memutuskan jaringan kehidupanmu dari dunia fana, An Tian, tapi anak seperti ini yang kau pilih untuk melanjutkan harapanmu ... sebegitunya kau mau aku hidup bebas tanpa belenggumu lagi, ya?" Ran Xieya duduk dipinggiran ranjang kasurnya. Ia bisa merasakan energi gelap dan hitam pada Ran Hua Zhen namun energi itu tidak waspada padanya. Ran Xieya menatap kehampaan saat ini. Ia teringat saat-saat dirinya 'menyandera' jiwa An Tian pada tubuhnya. Kehancuran dan kehidupan bercampur aduk, Ran Xieya pernah menghancurkan perbatasan wilayah Iblis dan manusia bahkan pernah menyatukan kedamaian Iblis dan Manusia berkat An Tian yang ada pada dirinya. Kini semuanya sudah usai, Ran Xieya hidu
"Nak, keinginanmu kuat ... terimalah ...,""Tidak! tidak, jangan lagi lakukan hal seperti itu!" Lian Xia Tian langsung mendekap An Tian yang sudah perlahan-lahan berubah jadi abu. Ia tahu jika An Tian hendak memindahkan inti jiwanya pada Ran Hua Zhen meski tidak pasti keberhasialnnya."Percayalah Xia Tian, dia tetap hidup jadi dirinya bersama kekuatanku," sahut An Tian tak mengubris Lian Xia Tian. Melainkan membuat cahaya dari tangannya dan memberikannya pada Ran Hua Zhen. Ia tersenyum saat menatap Ran Hua Zhen yang mirip seperti Ran Xieya. "Hiduplah ... lindungi semuanya," ucap An Tian kemudian berubah jadi abu dan sirna.Ran Hua Zhen membeku kala cahaya itu memasuki tubuhnya sendiri kemudian kekuatan tinggi merasuki dirinya. "Ahhhh!" Ran Hua Zhen menjerit kemudian tak lama ia pun pingsan tak sadarkan diri. Lian Xia Tian mematung menatap abu dari An Tian dan Ran Hua Zhen yang sudah mengambil alih seluruh kemampuan An Tian. Jalan ini berbeda dari sebelumnya, Ran Hua Zhen tak perlu ke
"An Tian, tunggu, perlahan langkahmu," ucap Han Suiren Hua."Apa? kau mau aku menuruti kemauanmu dengan menipu Xieya? kau ... Kakak yang keji dengan membiarkan Lian Xia Tian menipunya jadi Han Xue Tian hanya untuk menenangkan Xieya," sahut An Tian. "Aku tidak sanggup melihatnya tidak tahu menahu jika Han Xue Tian juga dalam keadaan sekarat!" bentak An Tian."Ini bukan salahmu, An Tian." Han Suiren Hua menarik pergelangan tangan An Tian. An Tian menatap Kepala Klan Muda itu. An Tian menepis tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus melenyapkan wadah ini, karena apa jadinya jika Xieya menatapku dengan wujud yang membuatnya menderita," ucap An Tian sembari beranjak pergi. An Tian berlari keluar dari kediaman Han. Ia sempat berpapasan dengan Ra Byusha yang langsung mengenalinya. "Carikan aku wadah, aku ... aku tak mau Xieya menatapku menderita," ucap An Tian setengah memelas."Murid bodoh itu pemaaf," sahut Ra Byusha."Bahkan jika tahu suaminya kritis dan saat ini orang
"Lakukan! Hahaha ...," tawa Baosheng tak lama terhenti. Ia mematung dengan bayangan hitam yang pedar keluar darinya. "Xieya, tusuk jantungnya ... satu-satunya cara membuatku bebas dengan membunuh wadah ini sama sepertimu dulu," ucap Baosheng dengan nada suara An Tian."Aku ... tidak yakin," ucap Ran Xieya mendadak gemetar karena jika itu ia lakukan maka Baosheng akan tewas."Guan Yuu akan melemah karena ia menggunakan sebagian kekuatanku," ucap An Tian.Brukkkk ... Ran Xieya menoleh kala menatap nanar sosok An Tian yang mengulurkan tangannya itu. Ran Xieya mencoba meraihnya namun dirasanya percuma karena sosok Baosheng sudah kembali sembari menyerang Ran Xieya dengan membabi buta. Ran Xieya akhirnya bisa menahan serangannya dengan membuat pedang dari Baosheng terlempar kemudian memengang kedua tangan Baosheng. "Aku tak mau semuanya berakhir sia-sia," ucap Ran Xieya berusaha membujuk Baosheng."Hentikan omong kosongmu Anak Kecil," sergah Baosheng.Brukkkk ...Ran Xieya menoleh saat t