Yuda membaca isi mab itu dengan sesama, Expresi nya tidak beda jauh dengan expresi wajah Tuan Aiden tadi saat melihat rentetan tulisan yang menyatakan alasan mendasari hampir semua pemilik saham protes. "Tapi Tuan, bukanya anda sudah mencopot Tuan Nathaniel kematin. bukanya itu bisa menjadi alasan kuat bagi anda untuk menahan mereka semua?" Ucap Yuda dengan menggebu. "Ya, Maka dari itu semua investor tak jadi menarik uang mereka, karena mereka sudah tau jika Nathaniel sudah tergeser dari jabatannya. Hanya saja aku bingung, siapa sebenarnya yang mendalangi ini semua? apakah Clara? hanya wanita itu yang memiliki motif kuat untuk melakukannya!" Tuan Aiden nampak menghela nafasnya dalam-dalam. Jujur saja ia sangat lelah karena harus menangani ini semua seorang diri. Namun lebih tidak mungkin untuk nya memberikan beban seberat ini di pikul oleh putranya seorang diri. "Kami sedang mencari Nona Clara! apa kau melihatnya?" Kini gantian Asisten Hans yang angkat bicara. "Saya tau,
Setelah keadaanya mulai membaik, Nathan sudah di perbolehkan untuk keluar dari rumah sakit oleh Mommynya sendiri. Nathan yang Awalnya sudah siap untuk kembali melakukan pencarian sang istri, Kini di buat mengurungkan niatannya karena Sang Mommy memintanya untuk pulang ke rumah lebih dahulu. Nathan pun mau tak mau menuruti keinginan Mommy nya, karena ada sesuatu yang harus ia lakukan terlebih dahulu di rumah. Ia ingin mengambil tas Gladisa dan kembali mengecek apa saja yang bisa di jadikan petunjuk keberadaan nya saat ini. Sesampainya di dalam rumah, Tempat pertama yang langsung di tuju oleh Nathaniel adalah kamar. ia masuk ke dalam sana dengan terburu-buru, bahkan ia mengabaikan keberadaan Nyonya Naira yang sejak tadi mengikutinya. "Pelan-pelan saja Nak, Tidak ada orang yang ingin mengambil barang milikmu!" Tegur Nyonya Naira sedikit kesal, karena Nathan seakan tidah perduli dengan tubuhnya yang baru saja sembuh. "Aku harus segera menemukan petunjuk untuk menemukan Gladisa
Tak berselang lama setelah Nyonya Naira keluar, Tiba-tiba Nathaniel juga ikut berlari keluar setelah mengusap Air matanya. Sementara Nyonya Naira yang sempat Shock, kini ikut berlari mengejar putranya yang sudah hampir keluar dari pintu rumahnya. "Nathan, Mau kemana nak?" Teriaknya mencoba menghalangi langkah Sang Putra untuk keluar. Nathan sejenak menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke arah Nyonya Naira. "Aku harus mencari Gladisa Nom, Aku harus membawanya pulang kesini!" Setelah mengatakan Itu, Nathan kembali melanjutkan langkah kakinya untuk pergi mencari sang istri. Sementara Nyonya Naira hanya bisa menatap kepergian Putranya dengan hati yang sedih. Ia hanya bisa mendoakan Agar Gladisa mau memaafkan kesalahan yang di perbuat putranya selama ini. Sesampainya di tempat yang sejak awal ingin ia kunjungi, karena Awal mulanya hanya orang inilah yang ia curigai sebelum Yuda mengatakan jika Keluarganya lah yang menyembunyikan Gladisa selama ini. Nathan langsung bergeg
Sedangkan Valdo kini nampak tersenyum Smirk setelah menghubungi asisten pribadi nya yang saat ini membantu Gladisa untuk mengelola butik perhiasan milik mereka. "Bagus, jaga mereka baik-baik di sana! jangan sampai Gladisa merasa kurang nyaman dengan kehadiran mu!" Ucap Valdo sebelum mengahiri panggilan mereka. * * 3 tahun kemudian Di sebuah taman kota yang penuh dengan anak-anak kecil yang tengah bermain bola. terlihat sosok cantik yang tengah duduk dengan rambut yang bergerak-gerak seiring terpaan angin yang menimpa rambutnya. pandangan mata wanita itu hanya terfokus pada sosok anak kecil yang tengah bermain di temani oleh Tiara. Saat ini menghampirinya, Tak sengaja Brian putranya tersandung, hingga pada akhirnya terjatuh berguling di atas rumput. "BRIAN" Gladisa berlari saat melihat Putranya terjatuh. Ya, wanita itu adalah Gladisa Hadiatmaja. wanjta rapuh yang hampir setiap hari menangis karena merindukan sosok suaminya saat pertama kali kabur saat itu, kini men
Kinii keduanya berada di atas balkon seraya menatap bintang-bintang yang ada di langit. "Kak, Maafkan aku!" Ucap Gladis seraya menoleh ke arah Valdo yang masih mendongak menatap Langit malam ini yang bertabur bintang. "Untuk?" Tanya Valdo, Lalu berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke pembatas balkon. Kini pria itu dapat melihat wajah Gladisa dari dekat. Gladisa menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengucapkan kata maaf Pada Nathaniel. "Kakak jadi seperti ini Gara-gara Aku!" Ucapnya dengan rasa putus asa. Valdo mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang baru saja di katakan okeh Gladisa. "Jujur aku tidak mengerti apa maksudmu Glad! Kau jangan terlalu banyak berfikir yang macam-macam. fokuslah pada masa depan!" "Kak selalu bicara begitu padaku, tapi kakak tidak sadar jika sampai detik ini kakak tidak segera menikah karena kami!" Valdo terdiam, Memang apa yang di katakan Gladisa ada benarnya. namun salahkan ia jika ia berharap Nantinya ia bisa bersatu dengan Wanita y
"Glad, Ada kabar penting yang ingin aku sampaikan padamu!" Ucap Valdo setelah Gladisa menutup pintu kamar Brian. "Kabar penting?" Gladis mengerutkan keningnga. " Daddy dan Mommy Baik-baik Saja kan? apa yang ingin kakak sampaikan?" Tanyanya, Bukan Tanpa Alasan mereka menanyakan hal tersebut, karena Ia hanya memberi izin kepada Valdo untuk berbicara padanya hanya menyangkut keluarganya saja. Keluarga yang tau di mana ia tinggal saat ini, selebihnya Gladis melarang siapapun menceritakan hal lainnya terutama Pria yang ia cintai. Ya, Gladis melarang Semua orang berbicara tentang Nathaniel di depannya. Itu semua ia lakukan untuk bisa melupakan pria itu, Meskipun ternyata sampai detik ini Gladisa belum bisa melupakan Nathaiel. Melupakan Cinta pertamanya, Sekaligus Pria pertama yang melukai Hatinya. "Mom And Daddy Baik-baik saja kan?" Gladisa mengulangi pertanyaannya saat melihat Valdo hanya diam saja sejak tadi. Ia takut salah satu dari kedua orang tuanya jatuh sakit, apalagi ked
telah mengucapkan selamat pada Tiara atas kehamilannya. Kini Gladisa dan Valdo tengah duduk di bangku taman yang ada di belakang Marsion, wajah Keduanya nampak serius kali ini. Gladis nampak nenatao Valdo dengan bingung karena sejak tadi pria itu masih saja Diam tanpa mengucapkan satu kata pun. "Kak, Ayolah jangan mengulur-ulur waktu lagi! Cepat katakan apa yang ingin kakak sampaikan sejak kemarin??" "Nathaniel... " "Stop kak! Bukankah sudah aku katakan jika aku tidak mau mendengar kan soal apapun tentangnya," Potong Gladisa dengan cepat. Ia memang tidak mau mendengar apapun yang bersangkutan dengan Nathaniel. Karena ingin menjaga kewarasannya agar tidak semakin merindukan Pria itu. Tapi meskipun sudah memprediksi endingnya, Hati Gladisa tetap saja merasa terluka, karena sampai akhir pun Nathan sama sekali tak pernah berpihak padanya. Kaki Gladisa melemah hingga tanpa sadar ia menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas Tanah. Hingga membuat Valdo terkejut di buatnya. Reflek pria
"Glad, kau tidak apa-apa?" Tanya Valdo dengan cemas. Namun Karena Melihat Gladys tak sadarkan diri, Akhirnya Valdo memutuskan untuk membawanya masuk ke dalam Mansion. Di dalam Tiara yang melihat Valdo berlari dengan menggotong Gladys, langsung bangkit dari duduknya untuk menghampiri Pria itu. "Tuan, Ada apa? Kenapa Nona Gladys Sampai pingsan?" Tanya Tiara dengan Tak jalan Paniknya. "Tolong ambilkan minyak di kotak P3K! " Ucap Valdo seraya meletakkan Tubuh Gladys ke batas Sofa yang ada di ruang Keluarga. Tiara dengan sigap berlari mengambil Apa yang di minta Valdo, "Ini Tuan!" Ucap Tiara, Lalu menyerahkan Kotak obat yang di minta oleh Valdo. "Glad, Bangun!" Ucap Valdo sembari memberi Minyak Aromaterapi pada Hidung Gladys. Tak berselang lama Akhirnya Wanita Itu membuka matanya, Namun tatapan matanya terlihat kosong seakan banyak beban yang ia tanggung saat ini. "Nona, Apa anda baik-baik saja?" Tanya Tiara yang kini sudah duduk di samping tubuh Gladys dengan Menggoso
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b