"Siapa sebenarnya yang berusaha untuk menghancurkan perusahaan ku? Apa ini ada hubungannya dengan penculikan Nathan saat itu?" Tanya Tuan Aiden yang saat ini tengah bersama dengan Asisten Hans berada di dalam ruang kerjanya. Ia menatap berkas yang baru saja di berikan oleh Hans tentang tuntutan yang di ajukan oleh para pemegang saham, sebagai alasan mereka untuk menarik uang mereka dari perusahaan. "Gila, dari mana mereka tau semua ini hans? aku saja sama sekali tidak tau tentang semua ini, tapi bagaimana bisa mereka tau lebih dulu?" Tuan Aiden sampai geleng-geleng kepala membaca semua tulisan yang tertera dalam beberapa lembar kertas itu dengan expresi yang berubah-ubah. Shock, tersenyum miris hingga ingin mengumpati setiap perbuatan yang di lakukan putranya selama ini. bahkan ada sebuah foto di mana Nathan dan Clara tengah mengobrol dengan seorang Mua dan IO sebuah acara. Sebuah Acara yang awalnya Clara bilang kepada Nathan untuk perayaan ulang tahunnya, yang ternyata ada
Yuda membaca isi mab itu dengan sesama, Expresi nya tidak beda jauh dengan expresi wajah Tuan Aiden tadi saat melihat rentetan tulisan yang menyatakan alasan mendasari hampir semua pemilik saham protes. "Tapi Tuan, bukanya anda sudah mencopot Tuan Nathaniel kematin. bukanya itu bisa menjadi alasan kuat bagi anda untuk menahan mereka semua?" Ucap Yuda dengan menggebu. "Ya, Maka dari itu semua investor tak jadi menarik uang mereka, karena mereka sudah tau jika Nathaniel sudah tergeser dari jabatannya. Hanya saja aku bingung, siapa sebenarnya yang mendalangi ini semua? apakah Clara? hanya wanita itu yang memiliki motif kuat untuk melakukannya!" Tuan Aiden nampak menghela nafasnya dalam-dalam. Jujur saja ia sangat lelah karena harus menangani ini semua seorang diri. Namun lebih tidak mungkin untuk nya memberikan beban seberat ini di pikul oleh putranya seorang diri. "Kami sedang mencari Nona Clara! apa kau melihatnya?" Kini gantian Asisten Hans yang angkat bicara. "Saya tau,
Setelah keadaanya mulai membaik, Nathan sudah di perbolehkan untuk keluar dari rumah sakit oleh Mommynya sendiri. Nathan yang Awalnya sudah siap untuk kembali melakukan pencarian sang istri, Kini di buat mengurungkan niatannya karena Sang Mommy memintanya untuk pulang ke rumah lebih dahulu. Nathan pun mau tak mau menuruti keinginan Mommy nya, karena ada sesuatu yang harus ia lakukan terlebih dahulu di rumah. Ia ingin mengambil tas Gladisa dan kembali mengecek apa saja yang bisa di jadikan petunjuk keberadaan nya saat ini. Sesampainya di dalam rumah, Tempat pertama yang langsung di tuju oleh Nathaniel adalah kamar. ia masuk ke dalam sana dengan terburu-buru, bahkan ia mengabaikan keberadaan Nyonya Naira yang sejak tadi mengikutinya. "Pelan-pelan saja Nak, Tidak ada orang yang ingin mengambil barang milikmu!" Tegur Nyonya Naira sedikit kesal, karena Nathan seakan tidah perduli dengan tubuhnya yang baru saja sembuh. "Aku harus segera menemukan petunjuk untuk menemukan Gladisa
Tak berselang lama setelah Nyonya Naira keluar, Tiba-tiba Nathaniel juga ikut berlari keluar setelah mengusap Air matanya. Sementara Nyonya Naira yang sempat Shock, kini ikut berlari mengejar putranya yang sudah hampir keluar dari pintu rumahnya. "Nathan, Mau kemana nak?" Teriaknya mencoba menghalangi langkah Sang Putra untuk keluar. Nathan sejenak menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke arah Nyonya Naira. "Aku harus mencari Gladisa Nom, Aku harus membawanya pulang kesini!" Setelah mengatakan Itu, Nathan kembali melanjutkan langkah kakinya untuk pergi mencari sang istri. Sementara Nyonya Naira hanya bisa menatap kepergian Putranya dengan hati yang sedih. Ia hanya bisa mendoakan Agar Gladisa mau memaafkan kesalahan yang di perbuat putranya selama ini. Sesampainya di tempat yang sejak awal ingin ia kunjungi, karena Awal mulanya hanya orang inilah yang ia curigai sebelum Yuda mengatakan jika Keluarganya lah yang menyembunyikan Gladisa selama ini. Nathan langsung bergeg
Sedangkan Valdo kini nampak tersenyum Smirk setelah menghubungi asisten pribadi nya yang saat ini membantu Gladisa untuk mengelola butik perhiasan milik mereka. "Bagus, jaga mereka baik-baik di sana! jangan sampai Gladisa merasa kurang nyaman dengan kehadiran mu!" Ucap Valdo sebelum mengahiri panggilan mereka. * * 3 tahun kemudian Di sebuah taman kota yang penuh dengan anak-anak kecil yang tengah bermain bola. terlihat sosok cantik yang tengah duduk dengan rambut yang bergerak-gerak seiring terpaan angin yang menimpa rambutnya. pandangan mata wanita itu hanya terfokus pada sosok anak kecil yang tengah bermain di temani oleh Tiara. Saat ini menghampirinya, Tak sengaja Brian putranya tersandung, hingga pada akhirnya terjatuh berguling di atas rumput. "BRIAN" Gladisa berlari saat melihat Putranya terjatuh. Ya, wanita itu adalah Gladisa Hadiatmaja. wanjta rapuh yang hampir setiap hari menangis karena merindukan sosok suaminya saat pertama kali kabur saat itu, kini men
Kinii keduanya berada di atas balkon seraya menatap bintang-bintang yang ada di langit. "Kak, Maafkan aku!" Ucap Gladis seraya menoleh ke arah Valdo yang masih mendongak menatap Langit malam ini yang bertabur bintang. "Untuk?" Tanya Valdo, Lalu berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke pembatas balkon. Kini pria itu dapat melihat wajah Gladisa dari dekat. Gladisa menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengucapkan kata maaf Pada Nathaniel. "Kakak jadi seperti ini Gara-gara Aku!" Ucapnya dengan rasa putus asa. Valdo mengerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang baru saja di katakan okeh Gladisa. "Jujur aku tidak mengerti apa maksudmu Glad! Kau jangan terlalu banyak berfikir yang macam-macam. fokuslah pada masa depan!" "Kak selalu bicara begitu padaku, tapi kakak tidak sadar jika sampai detik ini kakak tidak segera menikah karena kami!" Valdo terdiam, Memang apa yang di katakan Gladisa ada benarnya. namun salahkan ia jika ia berharap Nantinya ia bisa bersatu dengan Wanita y
"Glad, Ada kabar penting yang ingin aku sampaikan padamu!" Ucap Valdo setelah Gladisa menutup pintu kamar Brian. "Kabar penting?" Gladis mengerutkan keningnga. " Daddy dan Mommy Baik-baik Saja kan? apa yang ingin kakak sampaikan?" Tanyanya, Bukan Tanpa Alasan mereka menanyakan hal tersebut, karena Ia hanya memberi izin kepada Valdo untuk berbicara padanya hanya menyangkut keluarganya saja. Keluarga yang tau di mana ia tinggal saat ini, selebihnya Gladis melarang siapapun menceritakan hal lainnya terutama Pria yang ia cintai. Ya, Gladis melarang Semua orang berbicara tentang Nathaniel di depannya. Itu semua ia lakukan untuk bisa melupakan pria itu, Meskipun ternyata sampai detik ini Gladisa belum bisa melupakan Nathaiel. Melupakan Cinta pertamanya, Sekaligus Pria pertama yang melukai Hatinya. "Mom And Daddy Baik-baik saja kan?" Gladisa mengulangi pertanyaannya saat melihat Valdo hanya diam saja sejak tadi. Ia takut salah satu dari kedua orang tuanya jatuh sakit, apalagi ked
telah mengucapkan selamat pada Tiara atas kehamilannya. Kini Gladisa dan Valdo tengah duduk di bangku taman yang ada di belakang Marsion, wajah Keduanya nampak serius kali ini. Gladis nampak nenatao Valdo dengan bingung karena sejak tadi pria itu masih saja Diam tanpa mengucapkan satu kata pun. "Kak, Ayolah jangan mengulur-ulur waktu lagi! Cepat katakan apa yang ingin kakak sampaikan sejak kemarin??" "Nathaniel... " "Stop kak! Bukankah sudah aku katakan jika aku tidak mau mendengar kan soal apapun tentangnya," Potong Gladisa dengan cepat. Ia memang tidak mau mendengar apapun yang bersangkutan dengan Nathaniel. Karena ingin menjaga kewarasannya agar tidak semakin merindukan Pria itu. Tapi meskipun sudah memprediksi endingnya, Hati Gladisa tetap saja merasa terluka, karena sampai akhir pun Nathan sama sekali tak pernah berpihak padanya. Kaki Gladisa melemah hingga tanpa sadar ia menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas Tanah. Hingga membuat Valdo terkejut di buatnya. Reflek pria