Saat Yuda berhasil masuk ke dalam ruangan itu, Yuda malah menemukan Nathan hanya duduk diam dengan sorot mata kosong menatap ke arah pintu. "Tuan, Are you okay?" Tanya Yuda dengan rasa khawatir yang cukup tinggi. "Bagaimana?" Tanya Nathan pada asisten pribadinya. karena saat ini dirinya sudah benar-benar putus asa setelah kepergian Gladisa. "Apanya yang bagaimana tuan?" jawab Yuda dengan kembali melemparkan pertanyaan yang sama pada atasannya itu. Mendengar jawaban itu membuat Nathan sontak menatap ke arah Yuda. "Apa kau ingin Mati, Hm? Apa kerjamu selama ini jika untuk menemukan Gladisa saja kau tidak bisa?" Nathan bangkit dari posisinya yang sejak tadi duduk berjongkok, kini menjadi berdiri seraya berjalan ke arah Yuda hingga saat ini keduanya berdiri saling berhadapan dengan tatapan tajam Nathan yang membuat Yuda begitu terintimidasi. "Maaf Tuan!" Ucap Yuda, lalu memilih menundukkan kepalanya saat ini. Nathan menghela nafasnya gusar. Lalu kembali mengulang perta
Melihat Nathan terdiam, Yuda berinisiatif untuk mendekat. lalu pria itu menepuk bahu Naghan dengan pelan. "Setidaknya belajarlah dari pengalaman anda Tuan, Bahkan begitu mudah Nona Clara menipu anda selama ini! bisa jadi rasa benci anda pada Nona Gladis tidak berasal juga." Tutur Yuda. Nathan sejenak memejamkan kedua matanya dengan menghela nafasnya panjang. ia sudah tau itu, hanya saja ia tidak mau mengakuinya karena egonya yang terlalu besar sehingga sangat sulit untuk dirinya melepaskan Gladisa. Karena pada dasarnya pria itu mencintai istrinya, hanya saja Sikap Gladis yang begitu cuek membuatnya berfikir jika Gladis sama sekali tak pernah berubah mencintai dirinya meskipun mereka sudah menikah. Apalagi selama ini otak Nathan selalu di cuci oleh Clara yang hampir setiap saat mengatakan jika kakak angkatnya itu wanita dingin yang negitu jahat. Melihat tuannya yang melamun, Yuda kembali mengeluarkan suara. "Pikirkan ini baik-baik Tuan! Lupakan Nona Muda, Biarkan dia bahagi
anakementara itu, Setelah melewatkan beberapa menit sebelum bisa menemui Tuan Aiden. Yuda di paksa menunggu di depan ruang kerja Tuan besarnya karena ternyata rapat tadi di lanjutkan dj ringan kerja itu. Yuda yang panik menatap ke arah pintu dengan berjalan mondar-mandir dan sesekali menatap ke arah jam tangannya. "Ya ampun kenapa lama sekali sih?" Gumam Yuda, namun masih tetap terus berusaha untuk sabar demi bisa menemui Tuan besar Aiden. Tak berselang lama, akhirnya pintu yang menjulang tinggi itu terbuka dan keluarlah satu persatu orang dari sana dengan kasak kusuk yang terjadi di anatara mereka, saat melihat kemunculan Yuda di sana. Namun Yuda tidak perduli, Ia hanya ingin menemui Tuan Aiden Haditama tanpa ada niat lain selain itu. setelah memastikan semua orang sudah keluar, Yuda memutuskan untuk mengetik pintu. "Tok-Tok-tok" "Masuk!" Mendengar pintu yang dk ketuk tentu saja membuat Tuan Aiden langsung mempersilahkan untuk masuk. "Selamat siang Tuan" Sapa Yud
Dret dret Tuan Aiden menatap sekilas ponselnya yang berbunyi, lalu ia mengangkat nya karena ternyata yang menghubungi dirinya adalah asisten pribadi nya Sendiri yang bernama Hans. "Ya ada apa hans?" "Gawat Tuan, Para investor menjual saham mereka secara serentak karena ada isu yang berhembus kalau perusahaan kita akan bangkrut. jika terus seperti ini perusahaan Collins pasti akan bangkrut beneranbeneran." Tuan Aiden menghela nafasnya dengan sangat kasar, ia sudah memprediksi hal semacam ini akan terjadi, apalagi melihat sikap putranya yang acuh tak acuh dalam menangani masalah sebesar ini. Yuda yang melihat itu semua sontak ingin bertanya. "Tuan ada apa?" Tuan Aiden tak langsung menjawabnya, ia hanya melirik sejenak ke arah yuda lalu memutuskan untuk kembali berbicara pada asisten pribadi nya terlebih dahulu. "Kumpulkan para investor, aku akan menemui mereka! " Perintah Tuan Aiden sebelum mematikan sambungan panggilan meraka. Yuda nampak mengerutkan keningnya bin
penasar Gladisa sudah berada di meja makan, Ia menatap datar ke arah berbagai macam makanan yang di sediakan koki untuk dirinya. Sejenak ia berfikir untuk apa koki di mansion ini membuat makanan sebanyak ini jika hanya dirinya saja yang akan memakannya. "Permisi, Bolehkah saya bertanya?" Tanya Gladis dengan mengangkat sebelah tangannya tinggi-tinggi. Sang koki pun menganggukan kepalanya saja, karena ia tengah sibuk meletakkan semua makanan ke atas meja. "Untuk apa makanan sebanyak ini? Apakah akan ada tamu yang datang?" Tanya Gladisa dengan wajah penuh rasa penasaran. "Ini untuk Nona semua, Tuan Valdo meminta kami melayani Nona dengan sebaik-baiknya!" Jawab sang kepala koki, lalu pria itu mohon undur diri untuk kembali ke pantry. Mendengar itu tentu saja Gladisa di buat sangat tercengang, Bagaimana mungkin Valdo memperlakukan dirinya se berlebihan ini, mengingat ia hanya ingin menumpang sementara waktu saja sebelum ia bisa mendapatkan semua berkas-berkas pentingnya k
Sementara itu di tempat yang berbeda, lebih tepatnya di sebuah rumah kosong Yang di pakai genk mafia Black venom untuk menyerap seseorang. Ada Seorang wanita cantik berambut panjang berwarna hitam legam tengah berjalan dengan tergesa-gesa menuju sebuah ruangan yang ada di sana. "Di mana dia? Di mana kakakku!" Tanya Nathan ia dengan tidak sabaran saat bertemu dengan Pria yang sangat dia benci. "Yakin kau ingin melihatnya? Valdo merapikan kembali lengan kemejanya yang tadi sempat ia gulung, saat memberikan hadiah kepada Nathaniel karena sudah melukai wanita yang sangat di cintai nya. "Tentu saja, Dimana dia?" Dengan tegas Nathania ingin melihat keadaan Kakak kembarnya, jujur saja dia begitu Khawatir karena Valdo seperti nya tidak akan segan-segan menghancurkan apa saja yang sudah berani menyinggung nya. maka dari itu Ia takut jika sampai Valdo melenyapkan kakaknya juga. Valdo menatap ke arah Edgar untuk memastikan apakah mengijinkan atau tidak wanita itu untuk bertemu dengan
"Ahhhhh" Nia berteriak Saat melihat tubuh Nathan terkapar tak sadarkan diri. hingga pada akhirnya tubuhnya pun ikut lunglai bahkan hampir saja terjatuh jika Edgar tidak dengan sigap menangkap tubuhnya. "Ck. Apa aku bilang tadi, sudah aku katakan dia akan pingsan saat melihat kondisi Saudara kembaranya. tapi dia tidak percaya. lihat sekarang apa yang terjadi? Dia pingsan dan aku harus membopongnya, Benar-benar merepotkan!" Edgar benar-benar di buat kesal oleh keras kepalanya Nathan ia collis haditama. Hingga bukannya membawanya dengan benar, Ia malah membopongnya seperti karung beras saat ini. tidak lupa ia juga meminta kepada beberapa anak buahnya untuk membawa Nathan ke rumah sakit. Tiga puluh menit kemudian, Edgar sudah masuk ke dalam ruangan yang mereka gunakan untuk menyambut kedatangan Nia tadi. Kini pria itu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa yang juga di duduki oleh Valdo, yang saat ini tengah sibuk mengecek surel dari seseorang. "Kali sudah kembali? di mana gadis
Tudah Tuan, Tuan Nathan dia--" Hans benar-benar bingung harus mengatakan apa, karena sejujurnya niat tidak tega melihat keadaan Tuannya saat ini. "Katakan saja Hans!" Tuan Aiden langsunh bangkit dari kursinya, Lalu ia berjalan menuju pintu keluar. "Ayo kita ke sana sskarang!" Ajak Tuan Aiden tanpa menunggu Jawaban dari asiaten Hans, tentang keadaan putranya dan berada di mana putranya itu saat ini. "Tuan Nathan dan Nona Nathania sedang berada di rumah sakit Tuan." Deg Tuan Aiden langsung menghentikan langkah kakinya, lalu ia kembali berbalik untuk kelihat ke arah asiaten Hans. "Apa maksudmu? kenapa di rumah sakit?" Tanya Tuan Aiden dengan expresi wajah bingung. "Oh jadi maksudmu Nathan tak hilang, tapi dia berada di rumah sakit bersama Nia begitu?" Imbuhnya mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi. Hans menggeleng lemah, Pria itu sungguh tak tega untuk mengatakan ini kepada Atasannya itu. Melihat sikap Hans yang malah menggeleng, membuat Tuan Aiden semakin bingung hi