Sial, kenapa kau baru bicara sekarang hah?" Nathan mencengkeram kuat Bahu Yuda dengan tatapan membunuh, Yuda tak melawan namun ia menahan sakit akibat cengkeraman Nathan yang semakin kuat. "Karena saya sendiri juga baru tau tuan. Tadi saat saya memeriksa data semua penumpang ternyata di sana ada nama Nona Clara Hadiatmaja di sana. Saya pikir anda sudah mengetahuinya lebih dulu, bukannya nona Clara selalu mengatakan semuanya pada anda? Atau jangan-jangan dia sering kali membohongi anda seperti ini---" "Diam ,Yuda!" Bentak Nathan , lalu pria itu berusaha untuk mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana. Hingga ia memutuskan untuk melakukan panggilan Vidio pada adik sepupunya itu, namun. Sepertinya Clara enggan untuk mengangkatnya. Tak berselang lama, sebuah pesan pun masuk dan Clara lah pengirimnya. "Maafkan aku kak, aku sedang sibuk dan mungkin beberapa hari ini tidak akan bisa kau hubungi!" Saat membaca pesan itu, Nathan mengerutkan keningnya Hingga membuat Yuda
Dari kejauhan, Dua pria tadi juga melihat kedatangan Clara yang kini tengah berjalan ke arah Gladisa. Namun buru-buru keduanya menutupi wajah mereka menggunakan masker, dan yang satunya berlagak seakan sibuk menghubungi seseorang. Dua pria itu lantas memotret kedatangan Wanita cantik itu untuk dokumentasi saat memberikan laporan nanti. Wajah Gladis nampak dingin tanpa expresi saat melihat adiknya itu tanpa tau malu berani muncul di hadapannya. Hingga pada saat gadis itu menarik lengannya, barulah Gladis Menepis tangan Adik nakalnya itu, yang entah kebetulan atau tidak juga ada di Bangkok bersamaan dengan dirinya. "Hai kak, apa kabar?" Sapa Clara, namun tatapan wajahnya tidak menemukan kedamaian. Malah justru menunjukan Aura permusuhan yang amat ketara. "Tidak usah basa-basi! Sedang apa kau di sini?" Mendengar itu, sontak Clara tersenyum licik seakan tengah mencemooh pertanyaan Gladis padanya. "Aku adalah model terkenal kak. Wajar saja aku ada di sini untuk bekerja!" Ja
"Di mana Kak Nathan?" Tanya Clara, lalu perlahan gadis itu menarik secara kuat lengan Gladisa agar lebih mudah merapatkan tubuhnya dengan sang kakak. "Kau jangan macam-macam Glad! Mana mungkin kak Nathan perhatian itu padamu? Pasti kau sedang merencanakan sesuatu untuk menipuku kan?" Clara berkacak pinggang, hingga matanya terus menahan ke arah Gladis dan juga Tiara. Tiara yang sejak tadi diam, pada akhirnya memutuskan untuk bicara. "Maaf Nona, Tapi apa yang di katakan Nona Gladisa memang benar! Dua orang pria itu sejak tadi memang mengikuti Kami atas perintah Tuan Nathaniel sendiri. Jadi, jika anda tidak percaya, silahkan hubungi tuan Nathaniel sendiri!" "Kau" Clara mengangkat tangannya tinggi-tinggi seakan ingin menampar Tiara. Grep Tiba-tiba Tangan Clara di cekal oleh seorang pria yang tadi sempat ia lihat tengah sibuk berbicara dari sambungan telpon, meskipun ponselnya terbalik. Dan di sana tidak hanya pria itu saja, namun ada pria yang satunya lagi tengah berd
"Nyonya, anda mau kemana?" teriak salah satu pengawal yang melihat Gladisa berlari pergi. ia hendak mengejar wanita itu, namun langkahnya terhalang sebuah troli yang tiba-tiba muncul di hadapannya hingga membuatnya terjatuh. BRAK "Ayo cepat berdiri, kejar Nyonya Muda!" Ajak pengawal yang sudah mematikan ponselnya setelah sempat melaporkan kejadian ini kepada Asisten Yuda. "Tadi Tuan marah, karena kita membiarkan Nona Clara mendekati Nyonya!" jelasnya sambil membantu temannya untuk berdiri. "What? goblok, kenapa malah ngomong begitu?" sarkas pria satunya. "Ya mana aku tau? kan biasanya tuan tidak terlalu perduli pada istrinya!" Skakmat, Faktanya apa yang di ucapkan salah satu pengawal itu benar adanya. maka dari itu tidak salah jika mereka berfikir kalau Gladis tak akan melakukan perbuatan sejauh ini. Sementara itu, tanpa keduanya sadari. ada seseorang pria dengan memakai pakaian lengkap khas seorang petugas nampak tersenyum Smirk ke arah keduanya yang sudah berlari pergi.
Gladis yang Menunduk ketakutan, terus berdoa di dalam hati agar dua pria yang berdiri di hadapannya itu tidak akan menyeretnya untuk kembali ke Jakarta. "Berdiri Gladisa Hadiatmaja!" Deg. Jantung Gladis berdebar dengan sangat kencang, saat mendengar Suara yang begitu familiar di telinganya itu. Suara seseorang yang akhir-akhir ini terus membantunya, seseorang yang selalu bersikap seenaknya, namun menjadi garda terdepan saat dirinya mengalami masalah. Dengan cepat Gladis mendongakkan kepalanya, menatap ke pada dua pria tampan bertubuh tinggi dan kekar tersebut. Namun anehnya salah satu dari mereka malah menggunakan seragam ala petugas bandara. "Kak Valdo, Kak Edgar " Lirih Gladisa dengan wajah yang terkejut sekaligus bahagia. saat melihat kedua pria yang memang selalu ada untuknya itu berada di hadapannya. Bahkan wanita itu terus memanggil nama keduanya untuk memastikan jika yang ia lihat saat ini adalah nyata. "Bangun Glad!" Valdo mengulurkan sebelah tangannya untuk m
"Dasar bodoh. kenapa menjaga satu orang saja mereka tidak becus hah?" Teriak Nathan sambil melempar ponselnya ke lantai. Lemparan yang sangat kuat hingga membuat Benda itu sampai hancur tak berbentuk. Yuda yang menyaksikan itu semua sampai menghela nafasnya gusar, Tidak ada raut kasihan sama sekali di wajahnya karena menurutnya ini adalah karma yang harus di tanggung oleh Nathan yang sudah sering kali menyakiti Istrinya. "Ku harap setelah ini anda akan sadar dan tidak akan berbuat semaunya lagi Tuan!" Gumam Yuda, lalu ia berusaha untuk menenangkan Tuannya agar tidak kembali menghancurkan barang-barang yang ada di Ruangannya. "Tuan, saya mohon tenanglah!" Ucap Yuda, sembari berusaha mendekat ke arah Nathan yang tengah mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, seakan ingin menghajar seseorang yang berada di hadapannya. dan apesnya lagi orang itu adalah dirinya. "Nathaniel, Berhenti merusak properti kantor ini!" Teriak Tuan Aiden yang tiba-tiba saja masuk ke ruang kerja putranya.
Setelah Menerima kemarahan Daddy-nya, Nathan memutuskan untuk pergi langsung ke Bangkok untuk mencari istrinya. ia berharap jika Gladisa tidak benar-benar pergi meninggalkan dirinya, Mungkin inilah alasan kepada pada saat itu ia tidak rela melepaskan Gladis untuk pergi. "Tuan, Mereka belum menemukan keberadaan Nyonya." "Dasar bodoh, Sebenarnya apa kerja mereka? masak iya menjaga satu orang wanita saja mereka tidak bisa?" Nathan yang begitu kesal pada akhirnya menjambak rambutnya sendiri karena frustasi, hingga detik ini mereka belum bisa menemukan istrinya padahal sudah hampir 6 jam Gladis menghilang. Istrinya itu bak hilang di telan bumi karena jejaknya sama sekali tak bisa terlacak meskipun semua CCTV sudah anak buahnya periksa. "Tuan, Apa anda tidak merasa aneh dengan kasus hilangnya Nyonya muda? maksudku hilangnya Nyonya ini seperti ada konspirasi, bagaimana bisa nona hilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun padahal jika di telisik lebih dalam, tentunya nyonya tidak aka
Clara yang baru saja selesai melakukan Fashion show, kini berada di ruang ganti untuk membenahi penampilannya. "Hais, kenapa baju ini sempit sekali sih? masak iya berat badanku bertambah?" Oceh Clara, Lalu saat ia ingin kembali memakai Lipstiknya tiba-tiba lipstik itu tak sengaja terjatuh saat ingin ia buka. "Ck. kenapa pakai jatuh segala sih?" Geram Clara, Namun mau tidak mau ia tetap harus mengambilnya sendiri, karena saat itu asisten pribadinya sedang menyiapkan Baju kedua yang harus di pakainya. Namun saat Clara ingin mengambil Lipstik itu, Ia di kagetkan dengan adanya sepasang sepatu yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. Meskipun sedikit Takut, Clara berusaha memberanikan diri untuk mengangkat Kepalanya untuk melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya. Deg Clara dapat bernafas dengan Lega saat melihat ternyata Nathan lah yang berdiri di hadapannya. Wanita itu mengelus dadanya yang tadi sempat berdetak tak karuan karena mengira sepasang kaki itu milik