"Kau diam, itu tandanya apa yang aku katakan barusan itu benar." Imbuh Valdo dengan menghela nafasnya gusar. "Sudahlah kak, aku sudah mengikhlaskan semuanya! Mungkin saja jalannya memang seperti ini." Ucap Gladis tak mau memperpanjang masalah. "Bagaimana bisa kau mengatakan seperti itu? Kau harus membongkar semua yang sudah di lakukan Clara padamu!! Termasuk soal kebohonganmu tentang Keguguran itu Glad." Deg Mendengar Ucapan Valdo barusan, membuat Jantung Gladis seakan ingin melompat dari tempatnya. "Na--bagaimana mungkin kakak tau soal ini?" Setahunya, keluarganya sudah berjanji tidak akan membongkar soal ini kepada siapapun sebelum Nathan bisa berubah dan menerimanya sebagai istri dengan baik. Namun, dari mana Valdo yang notabene orang luar tau soal rencananya ini?? **** "Kau lupa siapa aku Glad? Apa yang tidak aku tau tentangmu Glad? Semakin panik Lah Gladis mendengar ucapan Valdo barusan. "Kak, ku mohon padamu!! Jangan katakan ini kepada siapapun." Mende
Setelah keluar dari kamarnya, Gladis berjalan dengan cepat menuju ke arah Balkon teras lantai dua yang biasanya ia gunakan untuk bersantai. Di sana ia bebas meluapkan keluh kesahnya dengan menatap hamparan tumbuhan hijau yang ada di bawahnya. "Glad, Kau harus kuat! Jika Daddy dan Mommy mu tau soal ini, pastinya mereka akan sedih." Ucap Gladis menyemangati dirinya sendiri. Sejujurnya hatinya begitu terpukul saat Nathan menganggap dirinya adalah tempat pelampiasan nafsunya saja selama ini. "Bagaimana mungkin ada seseorang yang bisa menyentuh wanita yang tidak ia cintai dalam keadaan sadar sepertimu Kak? ku pikir kau menyentuhku karena cinta, karena selama ini kau melakukannya hampir setiap saat jika kita bersama." Gladis terkekeh geli seraya memukuli dadanya yang terasa ingin meledak saat ini. bayangan bagaimana Nathan menyentuhnya, dan bayangan bagaimana Nathan mengatakan kebenciannya kini berputar bagaikan kaset kusut yang menjadi beban mental Untuk Gladisa. Pantas saj
Sesampainya di kantor, Tiara sudah menyambut kedatangan Gladisa dengan tersenyum ramah. "Nona, Akhirnya anda datang juga. Em apakah anda sudah benar-benar sehat nona?" Tanya Tiara, lalu mengikuti langkah kaki Gladisa menuju ke arah lift menuju lantai tiga. "Kau lihat sendiri jika aku sudah baikan hari ini! makanya aku ingin menyelesaikan pekerjaan ku yang tertunda." Jawab Gladis sedikit berbohong mengenai kesehatannya. "Nona, saya turun prihatin tentang keadaan yang menimpa calon bayi anda!" Deg Gladis yang terkejut sontak langsung menghentikan langkah kakinya, hingga membuat Tiara tak sengaja menabrak bahunya karena terlalu fokus menatap ke arah Gladisa sejak tadi. "Ups, maaf Nona!" Ucap Tiara tak enak hati. Lalu ia menelisik tubuh Gladisa apakah ada yang terluka karena kecerobohannya tadi. Gladis sontak langsung menatap tingkah aneh Tiara yang sejak tadi menelisik tubuhnya. "Kau ini kenapa? Jangan menatapku seperti itu!" Tergur Gladis yang merasa tidak nyaman
Siang harinya, Nathan yang baru saja terbangun dari tidurnya berusaha untuk meraba-raba sisi ranjangnya mencari keberadaan istrinya. Namun karena sejak tadi ia tidak menemukan Gladisa, Sejenak ia menghentikan gerakan tangannya lalu mengangkat kepalanya untuk mengecek keadaan tempat tidurnya. "Glad, kau di mana?" Panggil Nathan, lalu ia bangkit untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Pria itu menelisik seisi kamarnya mencari keberadaan Gladisa yang tak terlihat batang hidungnya. "Kemana dia?" Nathan yang sejak tadi tidak mendapati keberadaan Gladisa, sontak langsung merayap turun dari ranjangnya berharap istrinya itu ada di luar. Saat menuruni anak tangga, Nathan kembali berteriak memanggil nama istrinya namun yang keluar adalah Kepala pelayan yang berlari tergopoh-gopoh untuk menuju ke arahnya. Melihat itu Nathan langsung menghentikan langkah kakinya seraya bertanya ke pada wanita paruh baya itu. "Di mana istriku?" "Selamat siang Tuan" sapa kepala pelayan itu sera
Gladisa buru-buru menutup ponselnya dan meletakkannya di atas meja.Gerakannya yang begitu cepat sedikit membuat Tiara kebingungan. Tetapi sebagai seorang bawahan, Tiara tidak ingin mencampuri urusan pribadi atasannya.Karena merasa kurang nyaman dengan tatapan Asisten pribadinya, pada akhirnya Gladisa memutuskan untuk bertanya. "Kenapa? Apa masih ada yang lain?"Tiara menggigit bibir bawahnya seraya memberanikan diri untuk bertanya. "Nona, apa ada yang mengganggu pikiran anda? Emm maksudku apakah anda baik-baik saja?""Aku baik-baik saja. Terimakasih sudah selalu memperhatikan ku!" Ucap Gladis seraya tersenyum tulus ke arah Tiara yang juga tersenyum lembut ke arahnya. "Nona, jika anda butuh teman bercerita aku akan selalu ada untuk anda! Tempo hari, klien yang kita batalkan kerja samanya sebenarnya tidak terima gaun pengantin rancangan anda di berikan kepada orang lain." Ucap Tiara."Benarkah? Lalu mereka mau apa?" Tanya Gladis seraya menatap tajam ke arah Tiara. "Sebenarnya merek
Siang itu akhirnya Gladis menerima ajakan makan siang Valdo, namun mereka tidak hanya berdua saat itu. Gladis sengaja mengajak Tiara untuk makan siang bersama mereka, meskipun awalnya Valdo ingin menolak, namun rasa-rasanya ia tidak tega jika membuat Gladisa kecewa. "Bolehkan aku mengajak sekretaris ku kak?" Tanya Gladis dengan penuh harap. "Oke terserah kau saja." Ucap Valdo pada akhirnya. Lalu ia mengusap Rambut Gladisa seperti seorang kakak yang begitu menyayangi adiknya.Sejenak Gladis menikmati belaian tangan Valdo di kepalanya. Sebuah belaian yang tidak pernah di berikan Nathan padanya, meskipun saat mereka melakukan sedang melakukan hubungan suami istri. Nathan yang notabene kakak sepupunya itu, bahkan selalu memperlakukannya dengan buruk sejak mengetahui mereka di jodohkan. Sesampainya di Sebuah hotel berbintang. Ketiganya turun dari dalam mobil mewah itu dengan Valdo yang membukakan pintu mobilnya sendiri untuk Gladisa.EHEM Dehem Tiara seraya menahan senyumnya. Gladis
"Auu, sakit kak" protes gadis itu, lalu mengusap keningnya yang terasa sakit. "Aku harus segera pergi!" Nathan berusaha untuk pergi, namun tiba-tiba saja tangannya di cekal oleh Clara yang saat ini tengah menatapnya dengan sedih. "Kau tega meninggalkan aku sendiri kak? Aku sedang sakit." Ucap Clara, lalu ia mengeluarkan secarik kertas dari sakunya yang sudah ia persiapkan tadi. Kertas yang tempo hari ia minta kepada dokter yang menanganinya, kertas di mana ia memalsukan hasil pemeriksaannya yang mengatakan jika Ia terkenal tumor otak hingga peluang hidupnya begitu tipis. Padahal ia sehat dan tidak mengidap penyakit apapun saat ini. Nathan langsung mengambil Alih kertas itu, kertas yang berasal dari rumah sakitnya. Di sana tertulis rekam medis Clara hingga membuat kedua bola mata Nathan membulat dengan sempurna. "A--apa ini Ra?" Sontak kaki Nathan bergetar hebat. Otot-otot nya seakan melemah hingga kini tubuhnya terjatuh ke atas sofa dengan sorot mata Berkaca-kaca. Sement
mendengar itu Valdo yang terkejut pun langsung menoleh ke arah Gladisa dengan tatapan yang sulit di artikan. Sementara Nathan hatinya nampak bergemuruh, karena ia sendiri baru sadar jika selama ini, ia tidak pernah memberikan nafkah sepeserpun kepada Gladis. Selain karena ia sibuk memperhatikan Clara, Gladisa pun tak pernah menuntut apapun darinya. Hingga tanpa sadar ia malah mengabaikan tugasnya sendiri sebagai seorang suami dan seorang kepala rumah tangga. Melihat adanya ketenangan di sana. Pada akhirnya Valdo langsung menyela dan mempersilahkan kedua orang itu untuk bergabung dengan mereka di sana. Namun Nathan menolak, Ia justru memilih untuk menarik tangan Gladisa untuk membawanya pergi dari sana. Namun Valdo tak terima, Gladis yang belum sempat makan apapun membuatnya begitu mengkhawatirkan keadaanmu wanita itu. "Glad, berhenti!" Pinta Valdo Pada akhirnya dengan sengaja Valdo mencekal tangan Gladisa untuk tetap berada di sana, Hingga terjadilah adegan saling tarik
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b