Share

Bertemu lagi

Author: Centong ajaib
last update Last Updated: 2025-03-04 17:00:00

“Riska!”

Keduanya menoleh bersamaan ke arah suara tersebut.

Nabila terpaku, jantungnya serasa berhenti berdetak. Matanya membelalak melihat siapa pria itu. Berlian.

Pria yang tadi pagi bertabrakan dengannya, kini berdiri tidak jauh dari mereka, menatap dengan ekspresi yang tak kalah terkejut.

“Eh, Berlian!” Riska menyapa ceria, seolah ini adalah pertemuan biasa. “Kebetulan banget ketemu di sini. Kenalin, ini temen aku, Nabila.”

Berlian masih belum bereaksi. Tatapannya terkunci pada Nabila, seolah ia tengah mencocokkan sesuatu di pikirannya.

“Nabila?” Berlian mengulang nama itu pelan, nyaris seperti gumaman.

Nabila meneguk ludah. Ia bisa melihat kilatan kebingungan di mata pria itu. Dan entah kenapa, ia mulai merasa tidak nyaman.

“Nabila,

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menggoda Sang Paman   Cemburu kah?

    Nabila melangkah masuk ke dalam rumah dengan hati yang masih berdebar. Namun, baru saja ia menutup pintu, sosok tinggi tegap sudah berdiri di baliknya, dan mengagetkan Nabila, Govan menatapnya dengan sorot mata tajam.“Dari mana kamu?” suara Govan terdengar datar, tapi cukup tajam untuk membuat Nabila menelan ludah.“Aku keluar sama teman.” Nabila menunduk lesuh, tak ingin menatap mata pria itu.“Teman?” Govan menyipitkan mata. “Termasuk pria yang barusan nganterin kamu?”Nabila terdiam, merasa tertangkap basah. Ia mengangkat kepalanya sedikit, menatap Govan yang berdiri dengan tangan terlipat di dada. Aura pria itu terasa dingin, seolah tak menyukai apa yang baru saja ia lihat.“Om… aku nggak sengaja ketemu dia. Aku keluar sama Riska, terus ternyata kami bertemu Berlian... Hanya kebetu

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menggoda Sang Paman   Hari pertama kembali ke kampus

    Nabila berhenti di ambang pintu. Ia berbalik, kembali mendekati Govan yang masih di meja kerjanya.“Kalau Om nggak marah…” Nabila tersenyum manis, tangannya mencubit lengan baju Govan dengan manja. “Bolehkah aku minta kecupan selamat malam?”Govan membeku. Sorot matanya berubah tajam, tapi bukan karena marah, melainkan karena kebingungan dan pergulatan batin yang ia sendiri sulit jelaskan.Urat di lehernya menegang. Dadanya terasa sesak. Tidak, ia tidak bisa melakukan itu lagi.Dengan cepat, ia mengangkat tangannya dan mengetuk kepala Nabila pelan. “Tidur sana. Jangan banyak tingkah.”Nabila cemberut, melipat tangan di dada. “om masih marah, ya?” gumamnya dengan nada kecewa.Govan tidak menjawab. Ia hanya menatap Nabila dalam diam, tak sanggup memberi jawaban yang sebenarnya.Me

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menggoda Sang Paman   Bertemu di kampus

    "Hai, Nabila."Suara seorang pria membuat Nabila dan Wiwin menoleh. Seorang pria berdiri di hadapan mereka dengan senyum tipis yang terukir di wajahnya.Nabila mendongak, dan matanya langsung membesar. Wiwin, yang duduk di sampingnya, melirik pria itu, lalu kembali menatap Nabila, menyadari perubahan ekspresi temannya."Kamu kuliah di sini juga?" tanya pria itu, memasukkan tangannya ke saku celana sambil tetap menatap Nabila."Berlian?" Nabila menelan ludah, seolah baru menyadari sesuatu. Ia benar-benar lupa kalau pria itu satu kampus dengannya."Kalian saling kenal?" Wiwin mengerutkan kening, menatap mereka bergantian."Bisa dibilang begitu." Berlian tersenyum tipis.Nabila hanya bisa menghela napas pelan lalu mengangguk, merasa canggung dengan pertemuan tak terduga ini.Berlian menarik kursi dan duduk be

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menggoda Sang Paman   Pulang Bareng

    "Baik, sampai di sini dulu kelas kita hari ini. Jangan lupa baca materi untuk pertemuan berikutnya. Kalian boleh pergi." Dosen menutup bukunya dan berjalan keluar kelas, menandakan berakhirnya perkuliahan hari ini.Nabila segera merapikan bukunya dengan cepat. Dia berniat langsung pulang sebelum ada hal lain yang menghalangi langkahnya. Namun, saat baru hendak berdiri, matanya menangkap sosok seseorang yang berdiri di ambang pintu kelasnya.Langkahnya terhenti. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang.Orang itu menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, seolah sudah lama menunggunya."Ngapain kak berlian diri di situ?" tanya batin Nabila.Ruang kelas yang awalnya riuh dengan suara obrolan langsung berubah menjadi lebih berisik. Teman-temannya mulai berbisik-bisik, beberapa bahkan terang-terangan menggoda mereka."Cieee, dijemput Ketua DEMA!""Wah, ada yang sp

    Last Updated : 2025-03-07
  • Menggoda Sang Paman   Izin pergi

    Setibanya di rumahNabila merebahkan diri di kasur, menarik napas panjang. Senyum kecil terukir di bibirnya. Hari ini di kampus terasa menyenangkan lebih dari yang ia duga.Namun, pikirannya seketika teralihkan pada Berlian. Ia mengernyit, mencoba menebak-nebak apa yang ingin dikatakan Berlian tadi sebelum ia kabur dari parkiran.Tiba-tiba, suara ponselnya bergetar. Nama 'Govan' muncul di layar. Nabila buru-buru mengangkatnya."Halo, Om!" Nabila menyapa Govan, bangkit dari tiduran."Bil, kamu udah makan?" tanya govan dari seberang sana."Udah dong, tadi di kampus." Nabila jawab dengan senang."Hmmm..." Hening beberapa detik sebelum Govan bertanya kembali, "Hari ini nggak ada yang aneh di kampus?""Aneh gimana?" Nabila mengerutkan kening, merasa aneh dengan pertanyaannya."Nggak ada yan

    Last Updated : 2025-03-07
  • Menggoda Sang Paman   Tipe cowok idaman

    "Nabila, sini!" Wiwin melambaikan tangan saat melihatnya.Wiwin, tampil dengan gaya santai namun tetap stylish. Ia mengenakan blouse oversized berwarna biru muda dengan celana kulot putih, ditambah tote bag bergambar tokoh anime kesukaannya."Udah lama nunggu?" Nabila tersenyum dan segera menghampirinya."Nggak juga. Yuk, langsung ke dalam!"Mereka masuk ke toko buku, berjalan di antara rak-rak sambil mencari buku yang mereka butuhkan.Saat sedang memilih buku, seseorang menepuk bahu Nabila dari belakang."Nabila?"Nabila menoleh dan langsung mengenali wajah yang familiar."Riska?" Nabila gak percaya ketemu Riska di sini."Wow, nggak nyangka ketemu kamu di sini!" Riska tersenyum lebar."Hai, aku Wiwin, teman kuliahnya Nabila." Wiwin yang merasa asing dengan sosok ini pun ikut menyapa."Oh, hai Wiwin! Aku Riska, temannya Nabila di gym."Gak butuh waktu

    Last Updated : 2025-03-08
  • Menggoda Sang Paman   Kamu sakit?

    Ia bahkan tak bisa membayangkan dirinya menggoda Govan. Wajahnya kembali memerah, membuat Wiwin dan Riska semakin penasaran."Nabila, seriusan deh, siapa sih orangnya?" tanya Rita."Udahlah, jangan bahas aku. Mending kita pesen dessert lagi!" Nabila buru-buru mengalihkan pembicaraan.Namun, Wiwin dan Riska hanya saling berpandangan dengan tatapan penuh kecurigaan. Sementara itu, Nabila berusaha menenangkan debaran jantungnya."Bagaimana kalau mereka tahu siapa orang yang sebenarnya ada di hatiku?Apa mereka akan menghakimiku?" gumam hati Nabila.***Govan meletakkan sendoknya, menatap sisa makan malamnya yang masih tersisa di piring. Rasanya hambar. Bukan karena masakannya, tapi karena suasana rumah terasa sepi tanpa kehadiran Nabila.Selesai makan, ia beranjak ke ruang tamu dan menyalakan TV, mencari hiburan dari

    Last Updated : 2025-03-08
  • Menggoda Sang Paman   Mimpi

    Nabila tertidur dengan gelisah malam itu. Setelah insiden dengan Govan di kamarnya, pikirannya masih kacau. Ia sudah mencoba mengalihkan fokus dengan membaca buku, tetapi tidak ada satu kata pun yang benar-benar ia cerna. Akhirnya, karena terlalu lelah, ia terlelap.Namun tetap saja tidurnya tidak tenang.Dalam mimpinya, ia berada di sebuah ruangan gelap dengan cahaya remang. Ia duduk di atas ranjang, mengenakan gaun tidur berwarna putih. Ada sosok di hadapannya."Om?"Govan berdiri di sana dengan ekspresi serius, menatapnya dalam diam. Mata tajamnya menelusuri wajah Nabila, seolah membaca isi hatinya.“Paman... kenapa melihatku seperti itu?” suara Nabila bergetar, jantungnya berdetak lebih cepat.Govan tidak menjawab. Ia melangkah mendekat, membuat Nabila menahan napas. Semakin dekat. Semakin dekat, hingga jarak mereka

    Last Updated : 2025-03-09

Latest chapter

  • Menggoda Sang Paman   Sunrise

    Sinar mentari pertama menelusup masuk melalui celah gorden, menyapu lembut wajah Nabila yang masih terlelap. Udara dingin pagi menggelitik, membuatnya menggeliat pelan dan mengerjapkan mata. Ia menoleh ke samping, melihat Riska masih memeluk guling dengan mulut sedikit terbuka dan suara napas pelannya. Nabila melihat jam di ponselnya. Pukul 05.12 pagi. Ia tersenyum kecil, mengingat rencana mereka menonton matahari terbit di danau tak jauh dari penginapan.Dengan semangat, ia turun dari ranjang dan merapikan hoodie-nya. Rambutnya diikat setengah, dan wajahnya masih segar tanpa riasan, tapi tetap manis. Ia menepuk-nepuk kaki Riska.“Ris… bangun. Udah jam lima lewat. Ayo ke danau,” bisiknya.“Hmm…” Riska meringkuk. “Dingin, Bil… lima menit lagi…”“Lima menit kamu bisa tidur selamanya kalau kita gak keburu liat sunrise,” canda Nabila sambil menepuk Riska.Tak lama, ketiganya sudah berada di luar, berjalan menyusuri jalan menuju danau. Udara pagi masih menusuk kulit, tapi langit perlahan

  • Menggoda Sang Paman   Mimpi govan

    Musik mengalun santai, lampu-lampu gantung menerangi area dengan cahaya kuning redup yang menciptakan suasana hangat sekaligus menggoda. Gelas-gelas minuman berderet di atas meja. Riska dan Wiwin sudah mulai sedikit mabuk, tertawa-tawa sambil berceloteh tak jelas.Nabila, yang biasanya hanya menyentuh jus, malam ini entah kenapa menuruti ajakan mereka. Satu tegukan, dua… tiga… hingga pipinya mulai memerah, kepalanya ringan, dan suara di sekitarnya terasa mengambang.“Hei, kamu masih kuat?” tanya Berlian sambil tertawa, mencondongkan tubuhnya ke arah Nabila yang sedang menyandarkan dagu ke tangan.“Aku... aku baik-baik aja kok,” jawab Nabila dengan suara yang nyaris seperti bisikan. Matanya mengerjap pelan, fokusnya buyar. “Cuma pusing dikit...”“Kamu gak biasa minum, ya?” Berlian mendekat, wajahnya hanya berjarak beberapa jengkal dari wajah Nabila. “Tapi kamu cantik banget malam ini…”“Hah?” Nabila mengerutkan kening. “Aku serius.” Berlian tersenyum, lalu tangannya terulur menyentuh

  • Menggoda Sang Paman   Makan malam penuh rasa

    Di kamar hotel, lantai delapan.Laras masuk ke dalam kamarnya dengan langkah pelan, namun jantungnya masih berdetak tak beraturan. Seolah udara malam tadi menyisakan sesuatu yang berbeda di dalam dadanya.Tangannya masih menggenggam erat mantel milik Govan yang tebal, hangat, dan wangi. Wangi yang selama ini hanya ia rasakan sekilas saat mereka bekerja bersama, tapi malam ini, terasa jauh lebih dekat… lebih personal.Ia menutup pintu, mematikan lampu utama dan membiarkan lampu meja kecil menyala temaram. Setelah melepas sepatunya, Laras berjalan cepat menuju tempat tidur, seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya sendiri. Ia membenamkan wajah ke dalam mantel itu, menghirup dalam-dalam.“Duh, Pak Govan…” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan rahasia. “Kenapa sih harus sebaik ini…”Ia tertawa pelan, malu sendiri. Jantungnya masih deg-degan. Laras tidak pernah membayangkan akan memiliki momen seperti tadi, makan malam berdua, Govan memberinya perhatian kecil, dan akhirnya menye

  • Menggoda Sang Paman   Obrolan yang ngalir

    Govan melemparkan tubuhnya ke atas kasur hotel yang empuk. AC menyala dingin, menyejukkan udara panas yang menempel di kulitnya sejak tadi. Rambutnya masih basah karena baru saja mandi setelah seharian penuh rapat dengan klien. Kemeja putih santai membalut tubuhnya, dan celana kain longgar memberikan kenyamanan yang telah lama ia rindukan setelah duduk seharian.Ia mengambil ponsel dari atas nakas. Layarnya menyala, ada notifikasi dari WhatsApp.Nabila.Senyum tipis terbit di bibir Govan saat jempolnya menyapu layar. Beberapa foto masuk. Nabila dengan latar pegunungan hijau, danau biru yang tenang, dan satu selfie dengan teman-temannya, termasuk Berlian. “Akhirnya sampai juga! Pemandangannya bener-bener kayak di TV ya, Om! Wish you were here…”Govan menyentuh satu foto lebih lama, memperbesar wajah Nabila yang tersenyum lebar dengan kacamata hitam dan rambut dikuncir ke atas. Bahunya terbuka, terlihat dari tank top putih yang ia kenakan, namun tetap tertutup dengan jaket tipis yang s

  • Menggoda Sang Paman   Sampai di tujuan

    Sinar matahari sore menembus jendela mobil, menciptakan bayangan-bayangan hangat di dashboard. Setelah hampir delapan jam perjalanan, akhirnya mobil yang ditumpangi Nabila dan teman-temannya memasuki kawasan resort pegunungan yang sejuk dan rindang. Jalanan menanjak, diapit pepohonan yang menjulang tinggi dan aroma tanah lembap yang menenangkan.“Wah... tempatnya keren banget!” seru Riska dari kursi belakang, hidungnya nyaris menempel ke jendela.“Kita nginep di sini?” tanya Riska lagi antusias, matanya tak lepas dari bangunan penginapan yang berdiri di tepi tebing, menghadap langsung ke hamparan danau biru yang tenang.“Iya. Aku booking tempat ini karena paling deket sama spot sunrise. View-nya cakep banget,” sahut Nabila .Nabila membuka pintu mobil dan turun perlahan. Angin sejuk langsung menyambutnya, meniup helai-helai rambutnya yang tergerai. Ia mendongak menatap langit, menghirup udara segar dalam-dalam dan tersenyum puas.“Udara di sini seger banget... asli nagih,” gumamnya p

  • Menggoda Sang Paman   Govan pergi

    Langit di bandara dipenuhi warna abu kebiruan, pesawat-pesawat hilir mudik di landasan, sibuk seperti semut-semut raksasa yang tak pernah tidur. Di salah satu ruang tunggu gate keberangkatan, Govan duduk dengan tubuh tegak namun wajah lesu. Koper hitam kecil berada di samping kursinya. Di sebelahnya, Laras sang asisten pribadi tengah sibuk memeriksa email di tablet."Boarding jam berapa?" tanya Govan pelan, suaranya sedikit serak.Laras menoleh, “Sekitar lima belas menit lagi, Pak. Tapi biasanya mereka mulai panggil sepuluh menit sebelumnya.”Govan mengangguk, lalu memalingkan wajah ke jendela besar di hadapannya. Di luar sana, pesawat-pesawat terlihat seperti makhluk asing yang hendak terbang ke dunia lain. Tatapan matanya kosong, namun pikirannya justru penuh. Bayangan wajah Nabila muncul jelas, dia tersenyum, tertawa, marah, hingga manja. Semua campur aduk.Laras melirik pria itu, ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya, “Masih kepikiran Nabila, Pak?”“Ya… Gak tahu kenapa rasanya g

  • Menggoda Sang Paman   Nabila pergi

    Pagi itu, rumah masih diselimuti udara dingin sisa embun malam. Matahari baru saja naik, mewarnai langit dengan semburat jingga pucat. Di dalam rumah, suasana sedikit berbeda. Ada aroma harum dari kopi yang baru diseduh, suara langkah kaki yang sibuk di lantai atas, dan sesekali suara resleting koper yang dibuka-tutup tergesa.Govan berdiri di dapur, memegang cangkir kopi yang belum disentuh sejak tadi. Matanya mengarah ke jam dinding—07.49. Lima menit lagi, jemputan Nabila akan datang. Lima menit lagi, rumah akan terasa lebih hening. Dan kosong.“Nabila…” panggilnya, sedikit keras.Dari atas terdengar jawaban, “Iya, Om! Udah mau turun ini!”Beberapa detik kemudian, Nabila turun dari tangga sambil membawa ransel. Koper kecilnya sudah ditinggalkan di dekat pintu.Govan langsung menoleh. Mata laki-laki itu menyapu seluruh penampilan Nabila. Hoodie oversized warna abu, jeans gelap, dan sneakers putih bersih. Rambutnya dikuncir kuda tinggi, wajah tanpa riasan, tapi tetap terlihat segar.“

  • Menggoda Sang Paman   Gak boleh bawa itu

    Malam itu, rumah sudah sepi. Lampu-lampu sebagian besar telah dimatikan, menyisakan cahaya redup dari kamar Nabila yang masih menyala terang. Di balik pintu yang terbuka sedikit, terdengar suara gemerisik kain dan gemerincing resleting koper.Govan yang baru saja keluar dari kamar mandi hendak menuju dapur untuk mengambil air, namun langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar Nabila yang terbuka. Rasa penasaran membuatnya mendekat.Saat ia mengintip ke dalam, Nabila terlihat sedang duduk di lantai, dikelilingi tumpukan pakaian. Koper terbuka lebar, dan isinya seperti habis diacak-acak.“Belum tidur?” Govan mengetuk pintu pelan. “Belum. Lagi bongkar ulang koper.” Nabila menoleh. “Bongkar ulang? Bukannya udah siap dari kemarin?”“Iya, tapi temen-temenku katanya kita mau nyesuaiin outfit biar matching buat foto-foto,” jawab Nabila santai, sambil mengangkat sehelai atasan warna pastel. “Jadi aku ubah semua rencananya.”“Banyak banget. Kamu cuma pergi tiga hari, bukan pindahan rumah.” G

  • Menggoda Sang Paman   Jangan terlalu mengekang

    Malam itu, Govan berbaring di tempat tidurnya yang terasa terlalu luas dan terlalu sepi. Lampu kamar sengaja dibiarkan menyala redup, tapi matanya sama sekali tak mau terpejam. Pikirannya terus melayang pada satu nama.Nabila.Wajah kesalnya, suara tingginya saat berdebat, dan punggungnya yang menjauh dari ruang tengah sore tadi… semua itu terus mengulang di kepalanya. Bukan karena Nabila membantahnya, bukan karena dia bersikeras pergi. Tapi karena Govan tahu… dia menyakiti gadis itu.“Bodoh…” gumamnya pelan sambil menatap langit-langit. “Harusnya Om gak ngomong kayak tadi…”Ia membalikkan badan. Berkali-kali. Tapi tak ada posisi yang membuatnya nyaman. Akhirnya, ia bangkit, berjalan ke dapur, dan menuang segelas air putih. Hening malam hanya diisi suara detik jam dan denting gelas saat disentuh meja.Matanya melirik ke arah kam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status