Rosella tidak berhenti tersenyum malam itu. Sambil terus membelai kepala Julio yang sudah tertidur pulas, Rosella pun mengingat kencannya dengan Jonathan tadi dan semakin diingat, senyuman pun makin merekah di bibir Rosella. "Mama yakin Jonathan bisa menjadi Papa yang baik untukmu, Julio. Bahkan sekarang saja dia tidak keberatan dipanggil Papa kan?""Apa itu berarti dia memang ingin menjadi Papamu? Apakah Mama terlalu bodoh kalau masih tidak menyadarinya?""Tadi dia juga menciumku dan tanpa sengaja memanggilku sayang ... hanya saja, belum ada status yang jelas di antara kami ...."Senyuman Rosella pun makin lebar dan ia pun mulai menciumi wajah Julio yang sedang tidur itu. Namun, Rosella masih tidak bisa tidur. Sebagian dari dirinya masih memikirkan adegan romantis antara dirinya dan Jonathan, namun sebagian lagi memikirkan tentang ucapan Jonathan bahwa Rosella harus mengejar impiannya. Seketika senyuman Rosella pun memudar saat ia memikirkan tentang impiannya. "Apa itu mungkin?
"Selamat pagi, Mama Sayang!" Sierra membuka matanya pagi itu karena mendengar suara Bastian yang dibuat mirip seperti anak kecil itu dengan wangi semerbak bau khas bayi yang begitu dekat dengannya. "Hmm, siapa ini?" gumam Sierra saat melihat salah satu bayinya yang sudah didekatkan padanya. Bayi itu membuka matanya dengan mulut yang terus terbuka dan kepala yang miring ke samping. "Ini Santos, Mama. Santos sudah sangat kehausan ...," sahut Bastian lagi. Dan Sierra pun tersenyum melihat tingkah bayinya yang lucu. Mata itu, mata yang mirip dengan Bastian saat ini sedang menatapnya penuh harap. "Hmm, kau mau susu ya?" "Tentu saja, Mama ... aku sudah sangat haus," sahut Bastian lagi dan Sierra pun tergelak. Perlahan ia mendekatkan dadanya ke arah Santos dan karena ada bau susu di sana, Santos pun makin membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya maksimal mencari pabrik susunya. Sierra yang melihatnya pun kembali tergelak sambil terus menggoda bayinya, namun Sierra belum juga mau
"Apa kau tidak merasa itu terlalu kebetulan, Jonathan? WHA membuka lowongan arsitek." "Kau hanya tidak melihat bagaimana ekspresi Rosella saat menonton berita itu tadi pagi." Bastian langsung menelepon Jonathan saat ia menyetir ke kantor pagi itu dan menceritakan semuanya pada Jonathan. Jonathan sendiri yang masih ada di rumahnya pun terdiam mendengarnya. Sejak kemarin, ia sudah mendengar dari Jordan kalau WHA membuka lowongan arsitek namun ia tidak menyangka pagi ini malah Rosella mendengarnya dari berita. Ini adalah kebetulan yang sangat gila menurut Jonathan, karena seolah semesta juga mengarahkan Rosella pada WHA, yang secara tidak langsung berarti tetap berhubungan dengan Jonathan. Namun, entah mengapa Jonathan masih enggan mengakui kebetulan itu. "Ck, kau terlalu halu, Bastian! Semua hal bisa saja terjadi dan yang namanya kebetulan ya terkadang memang terjadi begitu saja." "Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, Jonathan. Semuanya pasti sudah diatur!" tegas Basti
"Astaga, Jonathan, kembalikan!" Rosella berusaha mengambil lagi kertas gambarnya dari Jonathan dan Jonathan yang masih mematung pun akhirnya pasrah saja saat Rosella kembali mengambilnya. Dengan cepat, Rosella pun meremat kertasnya dan langsung membuangnya ke tempat sampah sampai Jonathan kaget melihatnya. "Mengapa dibuang, Rosella? Gambar itu ....""Ah, itu hanya iseng! Aku malu sekali! Tidak penting sama sekali! Eh, sudah jam berapa ini? Astaga, sudah siang! Ayo kita makan siang saja! Julio ada di toko bersama Ibu!" seru Rosella dengan tetap gugup dan Rosella pun langsung melangkah keluar duluan dari kamar itu. Jonathan pun terdiam sambil menatap pintu kamar itu cukup lama, sebelum Jonathan akhirnya turun ke ruang makan dan makan bersama dengan Sierra dan Rosella. Sepanjang makan siang, Jonathan tidak berhenti melirik Rosella yang berusaha nampak biasa saja sambil mengobrol dengan Sierra itu. Jonathan pun makan siang sambil berpikir keras hingga akhirnya setelah makan siang, i
"Bagaimana menurut Ibu?" Sierra begitu antusias menceritakan tentang Rosella yang akan kembali menekuni arsitektur saat makan malam itu. Semua orang berkumpul di sana termasuk Jonathan yang ikut makan malam bersama karena ia memang seharian berada di rumah bersama Rosella. Lidya yang mendengar cerita itu pun nampak menatap Rosella lebih lama. Ada tatapan penuh harap di sana namun Lidya juga melihat ada keraguan. Mungkin rasanya hampir sama seperti saat Sierra akan membukakan toko roti untuk Lidya, keraguannya sama seperti itu walaupun Lidya juga menginginkannya. "Ibu akan selalu mendukung apa pun yang anak Ibu inginkan. Selama kalian melakukan hal yang benar, apa pun itu tidak masalah. Tidak perlu memikirkan soal Julio karena Julio sudah biasa bersama Ibu. Benar kan, Julio sayang?"Julio yang ditanyai pun menoleh ke arah Lidya dan mengangguk saja sambil mengunyah makanannya. Bastian yang ikut makan malam pun hanya melirik semua orang sambil menyeletuk saja dengan santai. "Hei,
Setelah kegalauan panjang dan proses yang juga tidak sebentar, akhirnya Rosella setuju pergi ke kota tempat Stephanie berada dan di mana WHA berada. Rosella pergi bersama Jonathan dan meninggalkan Julio bersama Lidya karena Rosella ingin melihat keadaannya dulu sebelum benar-benar memindahkan sekolah Julio.Dan keluarga Jacob begitu menyambut Rosella di sana. "Rosella, aku begitu merindukanmu, aku senang sekali kau mau tinggal di sini!" Stephanie langsung memeluk Rosella erat-erat. "Aku juga senang, Stephanie. Terima kasih sudah menyambutku!" "Terima kasih apanya? Kita keluarga, ini juga rumahmu dan aku senang sekali karena rumah akan kembali ramai karena bertambah satu anggota." Rosella hanya terus tertawa sebelum Bik Mala datang bersama Jacob. Jacob mengajak semuanya masuk dan berkumpul di ruang tamu, mengobrol di sana. "Oh ya, Om dengar kau mau bekerja di WH Architects ya? Perusahaan itu perusahaan yang sangat hebat, Rosella," kata Jacob saat mereka sudah duduk bersama di ru
"Ah, Bastian ...." Desahan seorang wanita terdengar, bersahutan dengan erangan pria silih berganti. Tidak hanya itu, suara-suara khas percintaan yang liar pun terdengar begitu melengking hingga membuat Sierra meradang. "Sial! Pasti dia membawa jalangnya lagi!" Tanpa mengetuk pintunya, Sierra pun langsung menghambur masuk ke kamar yang memang tidak terkunci itu. Brak! Dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Sebastian Sagala, anak tirinya, sedang memacu tubuh wanita di bawahnya. "Bukankah sudah kubilang kalau rumah ini bukan tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram Sierra dengan tatapan yang mengarah tajam pada anak tirinya itu. Bukan anak tiri sungguhan karena Sierra hanya berpura-pura menikah dengan ayah dari Bastian. Namun, tentu saja tidak ada yang tahu tentang perjanjian itu sehingga semua orang mengira bahwa Sierra benar-benar menikah dan menjadi istri yang sah dari Jacob Sagala, ayah kandung dari Sebastian Sagala. Sial! Seandainya hidup Sier
"Dasar kurang ajar! Berani sekali kau memintaku menggantikan wanitamu! Lepaskan aku, Brengsek!" geram Sierra penuh amarah. Namun, alih-alih melepaskan, Bastian malah menyatukan kedua tangan Sierra di atas kepala wanita itu dan menahannya. "Berhenti bersikap seperti wanita terhormat, Sierra! Bukankah kau sudah biasa melakukannya? Lagipula aku jauh lebih perkasa dibanding ayahku dan kau pasti lebih puas bersamaku!" "Kau sangat tidak sopan, Bastian! Lepaskan aku atau aku akan berteriak agar semua orang tahu kalau kau sedang berusaha melecehkan ibu tirimu sendiri!" "Oh, aku takut sekali mendengarnya, Sierra!" Bastian menyeringai mencemooh di depan wajah Sierra. Tepat pada saat itu, pintu kamar mendadak dibuka dengan kasar. Brak! "Kudengar kalian ribut lagi, hah? Dan apa yang sedang kalian coba lakukan?" pekik seorang pria tua yang nampak membelalak kaget. Seketika Sierra terdiam menatap Jacob, sedangkan Bastian langsung tertawa sinis melihat ayahnya itu. "Oh, ini dia sang pem
Setelah kegalauan panjang dan proses yang juga tidak sebentar, akhirnya Rosella setuju pergi ke kota tempat Stephanie berada dan di mana WHA berada. Rosella pergi bersama Jonathan dan meninggalkan Julio bersama Lidya karena Rosella ingin melihat keadaannya dulu sebelum benar-benar memindahkan sekolah Julio.Dan keluarga Jacob begitu menyambut Rosella di sana. "Rosella, aku begitu merindukanmu, aku senang sekali kau mau tinggal di sini!" Stephanie langsung memeluk Rosella erat-erat. "Aku juga senang, Stephanie. Terima kasih sudah menyambutku!" "Terima kasih apanya? Kita keluarga, ini juga rumahmu dan aku senang sekali karena rumah akan kembali ramai karena bertambah satu anggota." Rosella hanya terus tertawa sebelum Bik Mala datang bersama Jacob. Jacob mengajak semuanya masuk dan berkumpul di ruang tamu, mengobrol di sana. "Oh ya, Om dengar kau mau bekerja di WH Architects ya? Perusahaan itu perusahaan yang sangat hebat, Rosella," kata Jacob saat mereka sudah duduk bersama di ru
"Bagaimana menurut Ibu?" Sierra begitu antusias menceritakan tentang Rosella yang akan kembali menekuni arsitektur saat makan malam itu. Semua orang berkumpul di sana termasuk Jonathan yang ikut makan malam bersama karena ia memang seharian berada di rumah bersama Rosella. Lidya yang mendengar cerita itu pun nampak menatap Rosella lebih lama. Ada tatapan penuh harap di sana namun Lidya juga melihat ada keraguan. Mungkin rasanya hampir sama seperti saat Sierra akan membukakan toko roti untuk Lidya, keraguannya sama seperti itu walaupun Lidya juga menginginkannya. "Ibu akan selalu mendukung apa pun yang anak Ibu inginkan. Selama kalian melakukan hal yang benar, apa pun itu tidak masalah. Tidak perlu memikirkan soal Julio karena Julio sudah biasa bersama Ibu. Benar kan, Julio sayang?"Julio yang ditanyai pun menoleh ke arah Lidya dan mengangguk saja sambil mengunyah makanannya. Bastian yang ikut makan malam pun hanya melirik semua orang sambil menyeletuk saja dengan santai. "Hei,
"Astaga, Jonathan, kembalikan!" Rosella berusaha mengambil lagi kertas gambarnya dari Jonathan dan Jonathan yang masih mematung pun akhirnya pasrah saja saat Rosella kembali mengambilnya. Dengan cepat, Rosella pun meremat kertasnya dan langsung membuangnya ke tempat sampah sampai Jonathan kaget melihatnya. "Mengapa dibuang, Rosella? Gambar itu ....""Ah, itu hanya iseng! Aku malu sekali! Tidak penting sama sekali! Eh, sudah jam berapa ini? Astaga, sudah siang! Ayo kita makan siang saja! Julio ada di toko bersama Ibu!" seru Rosella dengan tetap gugup dan Rosella pun langsung melangkah keluar duluan dari kamar itu. Jonathan pun terdiam sambil menatap pintu kamar itu cukup lama, sebelum Jonathan akhirnya turun ke ruang makan dan makan bersama dengan Sierra dan Rosella. Sepanjang makan siang, Jonathan tidak berhenti melirik Rosella yang berusaha nampak biasa saja sambil mengobrol dengan Sierra itu. Jonathan pun makan siang sambil berpikir keras hingga akhirnya setelah makan siang, i
"Apa kau tidak merasa itu terlalu kebetulan, Jonathan? WHA membuka lowongan arsitek." "Kau hanya tidak melihat bagaimana ekspresi Rosella saat menonton berita itu tadi pagi." Bastian langsung menelepon Jonathan saat ia menyetir ke kantor pagi itu dan menceritakan semuanya pada Jonathan. Jonathan sendiri yang masih ada di rumahnya pun terdiam mendengarnya. Sejak kemarin, ia sudah mendengar dari Jordan kalau WHA membuka lowongan arsitek namun ia tidak menyangka pagi ini malah Rosella mendengarnya dari berita. Ini adalah kebetulan yang sangat gila menurut Jonathan, karena seolah semesta juga mengarahkan Rosella pada WHA, yang secara tidak langsung berarti tetap berhubungan dengan Jonathan. Namun, entah mengapa Jonathan masih enggan mengakui kebetulan itu. "Ck, kau terlalu halu, Bastian! Semua hal bisa saja terjadi dan yang namanya kebetulan ya terkadang memang terjadi begitu saja." "Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, Jonathan. Semuanya pasti sudah diatur!" tegas Basti
"Selamat pagi, Mama Sayang!" Sierra membuka matanya pagi itu karena mendengar suara Bastian yang dibuat mirip seperti anak kecil itu dengan wangi semerbak bau khas bayi yang begitu dekat dengannya. "Hmm, siapa ini?" gumam Sierra saat melihat salah satu bayinya yang sudah didekatkan padanya. Bayi itu membuka matanya dengan mulut yang terus terbuka dan kepala yang miring ke samping. "Ini Santos, Mama. Santos sudah sangat kehausan ...," sahut Bastian lagi. Dan Sierra pun tersenyum melihat tingkah bayinya yang lucu. Mata itu, mata yang mirip dengan Bastian saat ini sedang menatapnya penuh harap. "Hmm, kau mau susu ya?" "Tentu saja, Mama ... aku sudah sangat haus," sahut Bastian lagi dan Sierra pun tergelak. Perlahan ia mendekatkan dadanya ke arah Santos dan karena ada bau susu di sana, Santos pun makin membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya maksimal mencari pabrik susunya. Sierra yang melihatnya pun kembali tergelak sambil terus menggoda bayinya, namun Sierra belum juga mau
Rosella tidak berhenti tersenyum malam itu. Sambil terus membelai kepala Julio yang sudah tertidur pulas, Rosella pun mengingat kencannya dengan Jonathan tadi dan semakin diingat, senyuman pun makin merekah di bibir Rosella. "Mama yakin Jonathan bisa menjadi Papa yang baik untukmu, Julio. Bahkan sekarang saja dia tidak keberatan dipanggil Papa kan?""Apa itu berarti dia memang ingin menjadi Papamu? Apakah Mama terlalu bodoh kalau masih tidak menyadarinya?""Tadi dia juga menciumku dan tanpa sengaja memanggilku sayang ... hanya saja, belum ada status yang jelas di antara kami ...."Senyuman Rosella pun makin lebar dan ia pun mulai menciumi wajah Julio yang sedang tidur itu. Namun, Rosella masih tidak bisa tidur. Sebagian dari dirinya masih memikirkan adegan romantis antara dirinya dan Jonathan, namun sebagian lagi memikirkan tentang ucapan Jonathan bahwa Rosella harus mengejar impiannya. Seketika senyuman Rosella pun memudar saat ia memikirkan tentang impiannya. "Apa itu mungkin?
Kau selalu punya aku ....Kata-kata Jonathan terdengar begitu indah untuk Rosella sampai Rosella pun kembali menitikkan air matanya. Jonathan begitu tulus padanya dan Jonathan pun baru saja memberi semangat bagi Rosella yang sebelumnya semangat itu belum pernah Rosella rasakan. Rosella hanya merasa bahwa hidupnya tidak akan sama lagi, dari wanita yang dulunya percaya diri dengan apa yang dimilikinya, mendadak Rosella sekarang menjadi minder akan banyak hal, terutama karena ia bukan wanita suci dan ia sudah punya anak di luar nikah. Tapi kehadiran Jonathan membuat Rosella kembali merasa diinginkan dan membuat Rosella merasa berharga. "Jonathan, terima kasih! Terima kasih! Ucapanmu benar-benar berarti untukku." Jonathan pun tersenyum dan memijat lembut lengan terbuka Rosella. "Kau juga berarti untukku, Rosella. Sangat berarti. Bahkan aku yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah mengijinkan aku merasakan banyak sekali perasaan sejak bersamamu." "Dan aku serius, Rosella.
Jantung Rosella sudah memacu tidak terkendali karena kedekatannya dengan Jonathan, apalagi saat mendadak Jonathan menyatukan bibirnya dengan bibir Rosella. Bibir mereka menempel dan keduanya memejamkan mata. Baru seperti ini saja, tapi Jonathan sudah melambung. Rosella bisa merasakan hembusan napas Jonathan di wajahnya, begitu pula sebaliknya, dan tepat saat Jonathan mulai memagut bibir itu mendadak hal yang tidak ia inginkan terjadi. Ting!Pintu lift pun terbuka dan mereka sama-sama tersentak dengan suara itu. Apalagi karena di depan lift sudah ada beberapa orang yang salah tingkah melihat pemandangan itu. "Oh, astaga, Jonathan!" Rosella buru-buru menunduk malu dan menyembunyikan wajahnya di dada Jonathan. Jonathan sendiri hanya tersenyum kecut sambil mengangguk singkat pada beberapa orang seolah meminta maaf atas pemandangan itu. Jonathan pun langsung menggandeng Rosella dan membawa wanita itu melangkah ke parkiran dan Rosella hanya mengikutinya dengan patuh. "Sudah tidak ada
"Papa ...." Julio langsung menyambut Jonathan begitu pria itu tiba di rumah. "Hai, jagoan! Kau sudah siap?" "Sudah, tapi Mama lama sekali! Katanya Mama lagi pakai make up!" lapor Julio polos. Jonathan yang mendengarnya sampai menahan senyumnya. Lidya sendiri yang mendengarnya ikut mengulum senyumnya. "Astaga, Julio, mengapa kau mengatakannya?" tegur Lidya gemas. "Eh, memangnya tidak boleh ya? Mama lagi pakai merah-merah pipi, terus Mama juga wangi sekali!" imbuh Julio sampai membuat Lidya malu sendiri. Lidya yang sedang menggendong Sania pun hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu mengajak Sania berjalan-jalan lagi ke sekeliling rumah. Jonathan sendiri tidak bisa berhenti tersenyum mendengar Rosella yang sedang berdandan untuknya itu dan ia mulai tidak sabar bertemu dengan wanita itu. "Baiklah, kita tunggu Mama di sini saja!""Coba Julio panggil Mama lagi ya biar Mama cepat!" "Tidak usah, Julio! Biarkan saja Mama bersiap pelan-pelan!" "Tapi nanti kita terlambat, Ric kan su