"Wah, gambarmu benar-benar bagus dan detail, Kak!" puji Jordan tanpa henti. Setelah melalui secuil moment romantis di kamar, Rosella pun buru-buru mengajak Jonathan keluar karena takut Jordan menunggu lama. Mereka pun segera keluar dengan Rosella yang terus tersipu, namun Jordan pun berusaha bersikap biasa saja dan dengan cepat mencairkan suasana yang canggung itu. Jordan menjelaskan apa yang biasa ia kerjakan di WHA dan juga memberikan contoh gambar untuk proyek yang sedang mereka garap itu. Jordan sendiri sengaja melakukannya untuk menilai kemampuan Rosella. Bukannya bermaksud apa, tentu saja Jordan akan membantu Rosella semaksimal mungkin, namun untuk perusahaan besar sekelas WHA, koneksi saja belum cukup tanpa kemampuan. Bisa saja Jordan asal memasukkan Rosella, tapi tanpa kemampuan, Rosella hanya akan menjadi bulan-bulanan di sana dan nama Jordan pun ikut jelek. Tapi dengan kemampuan yang mumpuni, sekalipun Rosella tidak punya gelar dan tidak punya pengalaman, Jordan akan
"Mama kapan pulang? Kapan Julio pindah ke sana?" "Sabar ya, Sayang. Mama akan segera pulang kalau semuanya sudah pasti di sini." "Oke, Papa mana, Mama? Julio mau bicara sama Papa." Rosella menelepon video call pada Julio siang itu dan ia pun memanggil Jonathan yang berada tidak jauh di sampingnya karena memang mereka masih berada di apartemen Jonathan. "Julio mau bicara denganmu." Jonathan yang mendengarnya mengangguk lalu segera duduk lagi di samping Rosella. Kali ini Jonathan tidak sungkan dan duduk tepat di samping Rosella bahkan tubuh mereka saling menempel dengan nyaman. Rosella pun memegangkan ponselnya dan Jonathan langsung tersenyum menatap Julio. "Apa, Sayang? Apa Julio merindukan Papa?" tanya Jonathan dengan begitu santai sampai Rosella hanya tersenyum mendengarnya. Jonathan sendiri belum pernah menikah dan punya anak, tapi Jonathan bisa begitu akrab dengan Julio dan menyayanginya, tentu saja itu membuat Rosella lega. "Julio rindu semuanya, tapi di sini seru lho, J
Rosella merapikan penampilannya pagi itu karena ia akan pergi ke WH Architects memenuhi undangan Jordan.Jantung Rosella pun berdebar tidak karuan dan ia sudah bangun sejak pagi hanya untuk memilih baju yang akan ia pakai. "Astaga, aku gugup sekali! Apa ini sudah rapi?" Rosella yang gugup pun akhirnya meminta bantuan Stephanie untuk memilih baju dan Stephanie pun terus memberinya semangat."Good luck, Rosella!" "Terima kasih, Stephanie!" Rosella akhirnya pergi bersama Jonathan yang menjemputnya. "Aku tegang sekali, Jonathan!" Rosella menautkan jarinya di pangkuannya. "Tenanglah, Rosella! Semua akan baik-baik saja! Jangan tegang!" sahut Jonathan sambil menangkup tangan Rosella. Dengan cepat, mobil Jonathan pun tiba di WHA yang sudah ia hafal benar tempatnya. Mobil mereka pun baru saja akan masuk ke parkiran gedung, tapi Rosella sudah menganga menatap keseluruhan gedung itu. Rasanya masih seperti mimpi Rosella bisa memasuki gedung ini. Dulu Rosella hanya bisa menatapnya setiap k
"Jordan memintaku bekerja di sana, Jonathan!" pekik Rosella saat Jonathan menjemputnya sore itu. Rosella memang berada di ruang kerja Jordan sampai sore menjelang karena mereka membicarakan banyak hal. Jordan pun membelikan makan siang untuk Rosella dan melanjutkan pembicaraan mereka sampai sore. Jordan juga mengatakan pada Jonathan kalau ia sangat menyukai Rosella. "Aku sangat menyukai Kakak Ipar. Dia sangat pintar dan menyenangkan, Kak," kata Jordan di telepon saat tadi ia berpamitan ke toilet sekaligus menelepon. "Benarkah? Baguslah kalau begitu, Jordan!" "Kau benar-benar tidak salah pilih pasangan, Kak. Ini benar-benar takdir kalau kekasihmu ternyata bekerja di bidang yang sama dengan kita." "Haha, kau bisa saja! Ah, tapi aku lega sekali kalau memang dia memenuhi standard kalian, Jordan. Berarti aku bisa tenang sekarang." "Tidak ada yang perlu kau khawatirkan karena aku yakin dia akan diterima dengan baik di sini." "Baguslah, Jordan! Aku titip dia padamu ya! Awas kalau ka
Satu minggu kembali berlalu setelah Rosella menyelesaikan trainingnya di WHA dan ia begitu antusias. Bahkan Rosella sudah melupakan tentang sikap Jessica dan Jordan sendiri juga tidak menceritakannya pada Jonathan karena takut akan membuat Jonathan cemas. Lagipula Jessica sudah biasa ketus dan suka mengomel karena wanita itu memang tidak menyukai siapa pun. Rosella pun meminta ijin selama satu minggu pulang ke kotanya untuk mengurus kepindahan Julio dan tentu saja Jordan mengijinkannya. "Syukurlah surat kepindahan semua berjalan lancar!" Rosella bernapas lega. "Benar. Akhirnya Julio jadi pindah ke sekolah Lalita," sahut Sierra yang juga bernapas lega. Sierra banyak membantu Rosella untuk mengurus Julio yang pindah sekolah dan mereka lega karena semuanya berjalan lancar. Lidya sendiri ikut senang walaupun yang namanya ibu akan ditinggalkan oleh anak dan cucunya pasti akan tetap sedih. Namun demi impian Rosella, Lidya akan tetap mendukungnya. "Besok kami akan pindah, Ibu. Tapi
"Selamat datang, Julio!" Keluarga Jacob menyambut Julio dengan antusias, terutama Lalita. "Yeay, Julio datang! Yeay!" pekik Lalita senang. Dengan cepat, kedua anak itu pun bermain bersama dan membuat rumah ribut sampai Rosella sungkan sendiri. "Astaga, Stephanie, Om, maaf ya!" "Haha, tidak apa, Rosella. Namanya juga anak-anak. Aku malah senang sekali melihat Lalita punya teman main." Rosella hanya bisa tersenyum mendengarnya. Jonathan sendiri membantu membawakan semua barangnya masuk ke dalam rumah dan menyusunnya. Jonathan pun memastikan kalau Julio betah di sana bahkan Jonathan ikut mengantar Julio ke sekolah barunya beberapa hari kemudian. "Wah, sekolahnya bagus sekali, Papa!" "Iya, Sayang. Sekolah yang baik ya!" "Julio satu kelas sama Lalita ya?" "Tidak, Sayang. Lalita sudah SD sedangkan Julio masih TK, tapi sekolah kalian sama hanya beda gedung." Jonathan berjongkok di depan Julio dan terus berpesan banyak hal pada Julio. Rosella dan Stephanie yang ikut berdiri di sa
"Apa semua berjalan baik, Kak? Maaf aku tidak bisa mampir ke sini karena aku ada rapat tadi." Jordan menyapa Rosella sore itu saat jam kerja akhirnya selesai. Banyak arsitek yang terlihat sudah pulang, namun ada juga yang masih merapikan barangnya. Bahkan, Jordan sengaja datang ke ruangan arsitek hanya untuk menyapa Rosella sampai duo racun yang belum pulang pun melirik kesal. "Eh, semua baik-baik saja, Jordan. Tidak ada masalah, apalagi ada Tami." Rosella menoleh ke arah Tami yang terlihat sedang sibuk membereskan barangnya itu. "Ah, syukurlah kalau begitu! Kak Tami, tolong bantu Kak Rosella ya!" seru Jordan sambil tersenyum menatap arsitek senior itu. Tami yang dipanggil pun menoleh tanpa sungkan karena memang ia sangat dekat dengan Jordan, bahkan Jordan memanggilnya Kak. "Hmm, tentu saja! Tapi lebih baik kau jangan sering-sering ke sini, Pak Jordan! Itu tidak baik untuk Rosella kalau dilihat oleh karyawan lain, apalagi para wanita sirik di sana!" Jordan yang mendengarnya la
"Wah, kau bekerja dengan sangat baik, Rosella!" puji Tami siang itu. "Kau terlalu memuji, Tami. Aku masih harus banyak belajar." "Tapi kau menangkap semua yang kuajarkan dengan sangat cepat. Aku senang sekali mendapat teman baru sepertimu. Kebanyakan orang yang merasa sudah mempunyai kemampuan itu sulit diarahkan. Mereka terlalu sombong dan tidak mau belajar hal baru." Rosella hanya tersenyum mendengarnya. "Aku belum punya kepintaran apa pun jadi kalau aku tidak belajar, aku yang rugi sendiri." "Haha, tenanglah, aku akan mengajarimu sampai pintar. Sebelum di sini aku sempat bekerja di tempat lain dan dari sana aku juga banyak belajar." Tami menceritakan pengalamannya bekerja di banyak tempat, sedangkan Rosella pun akhirnya dengan malu menceritakan kisahnya sendiri. Tentu saja Rosella tidak menceritakan tentang pemerkosaan, Rosella hanya bercerita ia sempat kuliah dan mengalami sebuah insiden yang membuatnya depresi cukup lama sampai ia terlambat mengejar mimpinya. Untung ia dike
Sejak Rosella hidup kembali, ada dua ketegangan besar yang ia rasakan, yaitu ia sadar benar saat Ellyas meninggal di depan matanya karena disambar oleh truk besar. Dan ini adalah ketegangan yang kedua. Rosella merasa luar biasa tegang. Bahkan pertama kali masuk dan bekerja di WHA, rasanya tidak setegang saat ini. Jantung Rosella tidak mau berhenti berdebar, bahkan tangan Rosella sendiri mulai berkeringat saking tegangnya. Mereka pun pindah makan bersama di ruang VIP yang kebetulan kosong. Ruang VIP yang cukup besar dengan meja bulat yang cukup menampung semua anggota keluarga. Makanan yang sudah mereka pesan pun digabungkan dan Rosella merasa seperti orang asing di tengah keluarga ini. Jonathan duduk di samping Rosella dan terus menggenggam tangan Rosella karena Jonathan tahu Rosella pasti tegang. Sedangkan Imelda sudah kegirangan sendiri karena salah sangka kalau Julio benar-benar anak kandung Jonathan dan Rosella. Tentu saja Imelda tidak akan bertanya lagi tentang punya ana
"Sayang, sebentar aku menerima telepon dulu, sinyalnya tidak bagus di dalam sini." Jonathan membelai singkat punggung Rosella lalu beranjak bangkit dari kursinya. Jonathan pun masih berkutat dengan ponselnya sambil melangkah ke pintu keluar. Namun, ia melihat punggung Jordan yang berdiri di dekat pintu keluar dan ia langsung menyapanya tanpa melirik ke meja di dekat Jordan sama sekali. "Jordan?" panggil Jonathan yang langsung membuat Jordan menegang. Julio sendiri yang mendengar suara Jonathan pun menoleh duluan dan langsung berseru senang. "Papa!" Jonathan tersenyum menatap Julio dan melangkah mendekatinya. Namun, langkahnya mendadak terhenti menatap beberapa orang yang duduk di meja di dekat arah pintu keluar itu. Adipura dan Imelda sendiri pun sontak menoleh saat mendengar Julio memanggil Papa dan mereka pun membelalak bersamaan melihat siapa pria yang dipanggil Papa oleh anak itu.Untuk sesaat, suasana begitu hening sekalipun di sekeliling mereka begitu ramai. Mereka han
"Hai, Julio, aku Jordan!" Jordan mengacak rambut Julio saat mereka sudah ada di apartemen Jonathan sore itu. Karena ini akhir pekan, Jordan pun mengunjungi apartemen Jonathan untuk mengakrabkan diri dengan calon kakak iparnya dan juga calon keponakannya. Jonathan dan Rosella sendiri sudah menghabiskan pagi sampai siang bersama keluarga Jacob dan di sore harinya ia membawa mereka ke apartemennya. "Hai, Uncle Jordan, aku Julio." "Wah, wah, cara bicaramu dewasa sekali ya." Jordan terus tertawa menatap anak Rosella yang begitu tampan. Tentu saja Jordan sudah tahu asal usul Julio dan bagaimana Jonathan menyayangi anak itu seperti anak kandungnya sendiri. Jordan pun sudah mendengar bagaimana pintarnya Julio merawat Rosella selama ini. Dan Jordan pun cukup kagum dengan anak itu. "Uncle itu adiknya Papa ya?" tanya Julio pada Jordan. Jordan pun terkikik dan mengangguk. Tentu saja ia juga tahu kalau Julio sudah memanggil Jonathan dengan sebutan Papa. "Benar, Uncle adalah adiknya Papa
Kejujuran memang terasa begitu melegakan. Setelah Rosella mengetahui semuanya dan Jonathan tidak punya rahasia lagi, perasaan Jonathan malah makin baik. Bahkan Jonathan pun sekarang tidak khawatir lagi saat mengantar jemput Rosella. Kalaupun ada yang melihatnya dan mengenalnya, berarti itu adalah saatnya membongkar semuanya.Lagipula Jonathan sendiri juga sudah tidak tahan, semakin ia jujur dan dekat dengan Rosella, rasa ingin memiliki wanita itu juga makin besar. Dan kalau Jonathan ingin memiliki Rosella berarti ia harus terbuka pada keluarganya. "Aku akan menjemputmu nanti, Sayang," kata Jonathan saat mengantar Rosella pagi itu. Rosella yang sudah keluar dari mobil pun mengangguk, namun secara mengejutkan, Jonathan keluar dari mobilnya dan melangkah ke arah Rosella lalu menciumnya mesra di dahi Rosella. Rosella sempat kaget. "Jonathan, apa yang kau lakukan? Mengapa kau keluar? Bagaimana kalau ada yang melihatmu?" "Biarkan saja, Sayang! Lagipula kau juga sudah tahu semuanya kan
Rosella masih mematung dengan syok mendengar kenyataan bahwa Jordan adalah anak dari Imelda. Bahkan jantungnya sudah berdebar begitu kencang sekarang. Namun, ia berusaha untuk bersikap biasa dan tidak berlebihan.Rosella pun tetap memaksakan senyumnya pada Imelda dan Jessica. "Haha, akhirnya kau tahu ya kalau Jordan adalah anakku, tapi baiklah, status itu tidak penting, Rosella. Mari bekerja lagi!" Imelda mengedikkan kepalanya ke arah berkas proyek dan Rosella pun kembali mengangguk sambil tersenyum. Dan sepanjang sisa hari itu, Rosella dan Livy pun bekerja di bawah pengawasan Imelda dan Jessica. Tentu saja Rosella tidak merasa nyaman sampai rasanya ia bekerja dengan begitu kaku. Namun di mata Imelda, apa yang Rosella kerjakan sangat bagus. Malam pun menjelang begitu cepat dan Rosella sudah memutuskan untuk memastikan semuanya pada Jonathan. Awalnya Rosella berpikir untuk bertanya pada Jordan, namun yang lebih tepat tentu saja bertanya langsung pada Jonathan agar tidak perlu m
"Benarkah, Rosella? Kau langsung masuk ke tim?" Jonathan memekik senang mendengarnya. "Benar, Jonathan. Kau pasti tidak akan percaya karena aku juga tidak percaya. Tadi aku tanpa sengaja menolong Bu Imelda yang hampir jatuh, lalu Pak Adipura mengetahuinya dan mengucapkan terima kasih dengan memberiku kesempatan ini." "Apa?" Jonathan langsung terdiam mendengarnya. "Kau menyelamatkan Bu Imelda bagaimana?" tanya Jonathan lagi yang belum mengerti sekaligus cemas. Rosella pun menceritakan bagaimana ia menyelamatkan Imelda tadi, termasuk akhirnya Rosella mengenal Livy. "Bu Livy itu sangat cantik dan baik. Kata Tami, dia juga adalah arsitek hebat." Jonathan hanya mengangguk mendengarnya. Tentu saja ia tahu semua tentang Livy, wanita yang dijodohkan dengannya itu. Namun, Jonathan tidak mau mengatakan apa pun dan hanya mengangguk senang karena Rosella akhirnya mengenal semua keluarganya. "Syukurlah, Sayang! Apa pun itu yang terjadi, itu adalah keberuntungan untukmu, aku ikut senang, Saya
"Benarkah, Ibu hampir jatuh? Tapi Ibu baik-baik saja kan?" Jordan memekik kaget saat mendengar cerita Imelda sore itu. Mereka sedang berkumpul di ruang kerja Adipura dan Imelda pun menceritakan kejadian yang ia alami. Jessica yang mendengarnya juga menggelengkan kepalanya, sedangkan Livy sudah tidak bersama Imelda karena pergi berkeliling sendirian. "Haha, jantung Ibu mau lepas. Tapi untung saja ada arsitek baru yang bernama Rosella itu, dia memegangi Ibu sampai ponselnya sendiri terlempar. Untung saja ponselnya juga tidak apa-apa." "Eh, siapa?" tanya Jordan kaget. "Arsitek baru yang bernama Rosella, dia temannya Tami." "Oh ...." Jordan langsung tersenyum kecil mendengarnya.Ternyata ibunya sudah bertemu dengan Rosella dan mendapatkan kesan baik di pertemuan pertama mereka. Jordan pun ikut senang mendengarnya. Namun, Jessica yang mendengarnya malah mengernyit. "Rosella? Bukankah dia arsitek yang kau training itu, Jordan?" "Eh, iya namanya Kak Rosella," sahut Jordan akhirnya.
"Wah, kau bekerja dengan sangat baik, Rosella!" puji Tami siang itu. "Kau terlalu memuji, Tami. Aku masih harus banyak belajar." "Tapi kau menangkap semua yang kuajarkan dengan sangat cepat. Aku senang sekali mendapat teman baru sepertimu. Kebanyakan orang yang merasa sudah mempunyai kemampuan itu sulit diarahkan. Mereka terlalu sombong dan tidak mau belajar hal baru." Rosella hanya tersenyum mendengarnya. "Aku belum punya kepintaran apa pun jadi kalau aku tidak belajar, aku yang rugi sendiri." "Haha, tenanglah, aku akan mengajarimu sampai pintar. Sebelum di sini aku sempat bekerja di tempat lain dan dari sana aku juga banyak belajar." Tami menceritakan pengalamannya bekerja di banyak tempat, sedangkan Rosella pun akhirnya dengan malu menceritakan kisahnya sendiri. Tentu saja Rosella tidak menceritakan tentang pemerkosaan, Rosella hanya bercerita ia sempat kuliah dan mengalami sebuah insiden yang membuatnya depresi cukup lama sampai ia terlambat mengejar mimpinya. Untung ia dike
"Apa semua berjalan baik, Kak? Maaf aku tidak bisa mampir ke sini karena aku ada rapat tadi." Jordan menyapa Rosella sore itu saat jam kerja akhirnya selesai. Banyak arsitek yang terlihat sudah pulang, namun ada juga yang masih merapikan barangnya. Bahkan, Jordan sengaja datang ke ruangan arsitek hanya untuk menyapa Rosella sampai duo racun yang belum pulang pun melirik kesal. "Eh, semua baik-baik saja, Jordan. Tidak ada masalah, apalagi ada Tami." Rosella menoleh ke arah Tami yang terlihat sedang sibuk membereskan barangnya itu. "Ah, syukurlah kalau begitu! Kak Tami, tolong bantu Kak Rosella ya!" seru Jordan sambil tersenyum menatap arsitek senior itu. Tami yang dipanggil pun menoleh tanpa sungkan karena memang ia sangat dekat dengan Jordan, bahkan Jordan memanggilnya Kak. "Hmm, tentu saja! Tapi lebih baik kau jangan sering-sering ke sini, Pak Jordan! Itu tidak baik untuk Rosella kalau dilihat oleh karyawan lain, apalagi para wanita sirik di sana!" Jordan yang mendengarnya la