Ellyas masih tertidur nyenyak saat mendadak ia merasa sakit yang luar biasa di kakinya sampai membuat kepalanya seketika berdenyut hebat. Sontak Ellyas pun membuka matanya dan saat ia melihat siapa yang ada di kamarnya, Ellyas pun membelalak lebar dan jantungnya berdebar begitu kencang. "K-kalian ... kalian ...," lirih Ellyas ketakutan melihat para rentenir yang waktu itu memukulinya sebelum ia ditemukan oleh Bastian. "Kita bertemu lagi, Ellyas ...," sapa seorang pria yang merupakan Bos rentenir itu. Ellyas pun sempat terdiam syok sambil menelan salivanya, sebelum ia bisa kembali bersuara. "T-Tory! Tory!" teriak Ellyas memanggil Tory namun para pria itu malah tertawa melihatnya. "Siapa yang kau panggil, Ellyas? Pria muda yang tadi duduk di depan kamar itu? Tadi dia sudah pergi," seru pria itu santai. "Tidak! Dia tidak mungkin meninggalkan aku. Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Suster! Suster!" teriak Ellyas lagi sambil dengan panik ia mencari tombol untuk memanggil suster.
"Dasar pria sinting! Ck, Bos pasti akan mengomel ini!""Apa perlu kutelepon Bos? Tapi ini sudah malam! Siapa tahu saja dia sedang bermain kuda-kudaan dengan Bu Sierra! Dia pasti akan mengumpatiku kalau aku mengganggunya!""Haiizz, mengapa aku sial sekali! Mobil diam-diam juga bisa ditabrak!" Tory tidak berhenti mengeluh melihat bagian belakang mobilnya yang penyok. Seorang pria bertubuh ceking mengaku tidak sengaja menabrak mobil Tory dan terus meminta maaf. Ia pun mengaku kalau ia hanya sopir yang tidak akan sanggup untuk mengganti rugi. Walaupun Tory kesal, tapi ia pun akhirnya tidak ingin memperpanjang masalah karena takut pria itu juga akan dipecat kalau ketahuan bosnya. Tory pun merelakan tidak mendapat kompensasi sama sekali karena biasanya walau Bastian mengomel dan mengumpat, Bastian tetap tidak keberatan mengeluarkan uang untuk menyervis mobilnya. "Kau benar-benar tidak apa tanpa ganti rugi, Pak? Mobilmu penyok sekali. Servisnya pasti tidak murah," tanya security yang ta
"Ya ampun, Tory! Ini parah sekali. Dan kau masih membawanya ke sini? Mengapa tidak langsung membawanya ke bengkel?" seru Bastian pagi itu yang melihat mobil Tory yang penyok."Aku kan mau menunjukkannya padamu dulu, Bos. Sopir jelek itu menabraknya saat akan memarkir mobilnya, tapi anehnya mobilnya baik-baik saja. Aku membayangkan kalau mobilnya lecet mungkin dia bisa digorok oleh bosnya." "Ck, kau berlebihan sekali, Tory! Tapi ini parah sekali!" Bastian berdecak memandangi bagian belakang mobil Tory yang benar-benar penyok. "Aku tidak berlebihan, Bos. Bosnya itu benar-benar seperti mafia. Mengerikan sekali, Bos!" "Ck, sudahlah, tidak usah mengurusi orang lain! Cepat bawa ke bengkel saja! Dan siapa yang ada di rumah sakit sekarang?" "Saga baru saja datang karena itu, aku ke sini untuk melapor tentang mobil ini. Si Pak El itu kakinya mendadak sakit lagi, aku juga tidak tahu kenapa, tapi kata suster ada memar seperti bekas pukulan atau benturan dengan benda keras." Bastian pun men
Satu minggu berlalu dan keluarga Sierra pun sudah beraktivitas seperti biasa. Ellyas yang masih di rumah sakit tidak bisa melakukan apa-apa sampai rasanya hari-hari kembali tenang. Bahkan, saat akhirnya Ellyas diijinkan keluar dari rumah sakit, Tory dan Saga pun mengantarnya ke sebuah rumah di pedesaan yang cukup jauh dari kota. Kondisi Ellyas sudah jauh lebih baik dan lebih kuat, walaupun ia tetap harus memakai kruk agar bisa berjalan lebih nyaman, tapi tanpa kruk pun ia bisa menyeret kakinya dengan rasa sakit yang sudah tidak terlalu parah lagi. Ellyas pun ngotot tidak punya rumah dan ingin kembali ke keluarganya, tapi Bastian tidak mau mengambil resiko apa pun dan memilih menyediakan rumah untuk Ellyas. Ellyas sempat menganga melihat rumah indah di daerah itu. Tidak besar dan mewah seperti rumah Lidya, tapi rumah itu sangat nyaman dan di dalamnya pun semua perabotnya bagus. Ada dua kamar di dalam rumah sederhana itu dan rumah itu sudah lebih dari cukup untuk Ellyas yang katany
Lidya terbangun pagi itu dan menatap wajah Rosella yang masih terlelap di sampingnya. "Selamat pagi, Sayang ...," sapa Lidya sambil membelai kepala Rosella dengan sayang walaupun Lidya tidak membangunkan Rosella sama sekali. Lidya baru akan membangunkan Rosella saat jam sarapan, itu pun kalau Rosella belum bangun, tapi keseringan Rosella sudah bangun sebelum jam sarapan dimulai. Lidya pun bangkit dari ranjangnya dan melirik ponselnya yang menunjukkan tanggal hari ini dan ia pun terdiam sejenak. "Apa hari ini adalah hari ulang tahunku? Oh, mengapa aku harus selalu mengingatnya setiap tahun? Umurku bertambah satu tahun lagi ....""Tapi syukurlah bukan penderitaan yang bertambah." Lidya mengembuskan napas panjangnya sambil berlalu begitu saja ke kamar mandi. Baik Lidya maupun Sierra sudah hampir tidak pernah merayakan yang namanya ulang tahun, kecuali ulang tahun Julio karena anak kecil selalu menyukai momen ulang tahun. Namun, bagi Lidya maupun Sierra, tidak ada gunanya berulang
"Makanannya sudah siap.""Wah, ini enak sekali, Aunty! Julio boleh makan pudingnya dulu ya!" "Boleh, Sayang."Julio pun memekik senang dan langsung mengambil pudingnya lalu makan bersama Bik Ita. Meja makan di rumah begitu penuh malam itu dengan banyak makanan ditambah meja lain yang sengaja disusun seperti makanan prasmanan di sana dan aneka buah-buahan serta kue pun ada di sana. Walaupun Sierra tidak mengundang banyak orang, tapi tiga orang karyawan Lidya ditambah Pak sopir dan orang rumah sendiri sudah begitu banyak karena itu, ia juga menyiapkan banyak makanan. Sierra pun masih begitu asik menyusun dan merapikan makanan di meja itu, sedangkan Bastian dan Tory pun mengobrol di teras sambil menunggu mobil Lidya datang. Sampai akhirnya mobil yang mereka tunggu pun tiba. "Eh, itu mobilnya, Bos! Itu mobil Bu Lidya sudah datang!" pekik Tory yang melihat mobil Lidya. "Kau benar, Tory. Sierra, mobil Ibu sudah datang!" teriak Bastian yang langsung masuk ke rumah. "Astaga, sudah dat
Suara lantang Ellyas membuat semua orang menahan napasnya kaget. Namun, Bastian refleks maju ke depan Lidya, melindungi mertuanya itu. "Apa yang kau lakukan di sini, Pak El?" geram Bastian sambil menatap tajam pada Ellyas. Bastian kira semua yang ia berikan sudah cukup bagi Ellyas untuk memulai hidup baru dan tidak mengusik keluarga Sierra lagi, tapi melihat Ellyas yang muncul tiba-tiba membuatnya geram. Lidya sendiri langsung membelalak lebar dan Sierra buru-buru memeluknya. "Ibu ...." "Mau apa dia kemari? Mau apa dia kemari?" lirih Lidya yang masih berdiri di belakang Bastian. Jonathan sendiri refleks memeluk Rosella, mencoba mengalihkan perhatian Rosella agar tidak trauma lagi. Jonathan pun memerintahkan Bik Ita membawa Rosella dan Julio masuk bersama para karyawan Lidya. "Itu Grandpa yang waktu itu, Uncle! Julio mau melawan dia! Wajahnya sama, tapi sekarang dia terlihat lebih keren!" bisik Julio yang mendadak begitu heboh. "Tidak perlu, Julio! Bik Ita, cepat bawa mereka!"
"Ibu baik-baik saja. Jangan mencemaskan Ibu!" Lidya terus menenangkan semua orang dan mengatakan kalau ia baik-baik saja namun semua orang nampak menatapnya cemas. Lidya pun terus duduk diam tanpa bicara sepatah kata pun sampai akhirnya ia memaksakan senyumnya pada semua orang. "Eh, bukankah makanannya sudah dingin nanti? Kita makan dulu saja, ayo!" Lidya bangkit dari kursinya dan menuju ke meja makan yang begitu penuh makanan itu. "Wah, terima kasih ya, makanannya banyak sekali dan Ibu jadi sangat lapar sekarang. Di sana juga banyak kue dan puding. Ini enak sekali! Ayo semuanya mari makan!" Lidya terus berbicara dan tersenyum sambil langsung mengambil piring, sedangkan semua orang hanya saling melirik, sebelum akhirnya Sierra memberi kode untuk makan saja. Sontak semua orang mengangguk dan mencoba tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa. "Ah, baiklah, mari makan semuanya! Ini beberapa makanan kesukaanmu, Ibu.""Ah, benar. Ini enak sekali! Terima kasih, Sayang!" Lidya dan Sie
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok