"Papa ...." Julio langsung menyambut Jonathan begitu pria itu tiba di rumah. "Hai, jagoan! Kau sudah siap?" "Sudah, tapi Mama lama sekali! Katanya Mama lagi pakai make up!" lapor Julio polos. Jonathan yang mendengarnya sampai menahan senyumnya. Lidya sendiri yang mendengarnya ikut mengulum senyumnya. "Astaga, Julio, mengapa kau mengatakannya?" tegur Lidya gemas. "Eh, memangnya tidak boleh ya? Mama lagi pakai merah-merah pipi, terus Mama juga wangi sekali!" imbuh Julio sampai membuat Lidya malu sendiri. Lidya yang sedang menggendong Sania pun hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu mengajak Sania berjalan-jalan lagi ke sekeliling rumah. Jonathan sendiri tidak bisa berhenti tersenyum mendengar Rosella yang sedang berdandan untuknya itu dan ia mulai tidak sabar bertemu dengan wanita itu. "Baiklah, kita tunggu Mama di sini saja!""Coba Julio panggil Mama lagi ya biar Mama cepat!" "Tidak usah, Julio! Biarkan saja Mama bersiap pelan-pelan!" "Tapi nanti kita terlambat, Ric kan su
Jantung Rosella sudah memacu tidak terkendali karena kedekatannya dengan Jonathan, apalagi saat mendadak Jonathan menyatukan bibirnya dengan bibir Rosella. Bibir mereka menempel dan keduanya memejamkan mata. Baru seperti ini saja, tapi Jonathan sudah melambung. Rosella bisa merasakan hembusan napas Jonathan di wajahnya, begitu pula sebaliknya, dan tepat saat Jonathan mulai memagut bibir itu mendadak hal yang tidak ia inginkan terjadi. Ting!Pintu lift pun terbuka dan mereka sama-sama tersentak dengan suara itu. Apalagi karena di depan lift sudah ada beberapa orang yang salah tingkah melihat pemandangan itu. "Oh, astaga, Jonathan!" Rosella buru-buru menunduk malu dan menyembunyikan wajahnya di dada Jonathan. Jonathan sendiri hanya tersenyum kecut sambil mengangguk singkat pada beberapa orang seolah meminta maaf atas pemandangan itu. Jonathan pun langsung menggandeng Rosella dan membawa wanita itu melangkah ke parkiran dan Rosella hanya mengikutinya dengan patuh. "Sudah tidak ada
Kau selalu punya aku ....Kata-kata Jonathan terdengar begitu indah untuk Rosella sampai Rosella pun kembali menitikkan air matanya. Jonathan begitu tulus padanya dan Jonathan pun baru saja memberi semangat bagi Rosella yang sebelumnya semangat itu belum pernah Rosella rasakan. Rosella hanya merasa bahwa hidupnya tidak akan sama lagi, dari wanita yang dulunya percaya diri dengan apa yang dimilikinya, mendadak Rosella sekarang menjadi minder akan banyak hal, terutama karena ia bukan wanita suci dan ia sudah punya anak di luar nikah. Tapi kehadiran Jonathan membuat Rosella kembali merasa diinginkan dan membuat Rosella merasa berharga. "Jonathan, terima kasih! Terima kasih! Ucapanmu benar-benar berarti untukku." Jonathan pun tersenyum dan memijat lembut lengan terbuka Rosella. "Kau juga berarti untukku, Rosella. Sangat berarti. Bahkan aku yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah mengijinkan aku merasakan banyak sekali perasaan sejak bersamamu." "Dan aku serius, Rosella.
Rosella tidak berhenti tersenyum malam itu. Sambil terus membelai kepala Julio yang sudah tertidur pulas, Rosella pun mengingat kencannya dengan Jonathan tadi dan semakin diingat, senyuman pun makin merekah di bibir Rosella. "Mama yakin Jonathan bisa menjadi Papa yang baik untukmu, Julio. Bahkan sekarang saja dia tidak keberatan dipanggil Papa kan?""Apa itu berarti dia memang ingin menjadi Papamu? Apakah Mama terlalu bodoh kalau masih tidak menyadarinya?""Tadi dia juga menciumku dan tanpa sengaja memanggilku sayang ... hanya saja, belum ada status yang jelas di antara kami ...."Senyuman Rosella pun makin lebar dan ia pun mulai menciumi wajah Julio yang sedang tidur itu. Namun, Rosella masih tidak bisa tidur. Sebagian dari dirinya masih memikirkan adegan romantis antara dirinya dan Jonathan, namun sebagian lagi memikirkan tentang ucapan Jonathan bahwa Rosella harus mengejar impiannya. Seketika senyuman Rosella pun memudar saat ia memikirkan tentang impiannya. "Apa itu mungkin?
"Selamat pagi, Mama Sayang!" Sierra membuka matanya pagi itu karena mendengar suara Bastian yang dibuat mirip seperti anak kecil itu dengan wangi semerbak bau khas bayi yang begitu dekat dengannya. "Hmm, siapa ini?" gumam Sierra saat melihat salah satu bayinya yang sudah didekatkan padanya. Bayi itu membuka matanya dengan mulut yang terus terbuka dan kepala yang miring ke samping. "Ini Santos, Mama. Santos sudah sangat kehausan ...," sahut Bastian lagi. Dan Sierra pun tersenyum melihat tingkah bayinya yang lucu. Mata itu, mata yang mirip dengan Bastian saat ini sedang menatapnya penuh harap. "Hmm, kau mau susu ya?" "Tentu saja, Mama ... aku sudah sangat haus," sahut Bastian lagi dan Sierra pun tergelak. Perlahan ia mendekatkan dadanya ke arah Santos dan karena ada bau susu di sana, Santos pun makin membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya maksimal mencari pabrik susunya. Sierra yang melihatnya pun kembali tergelak sambil terus menggoda bayinya, namun Sierra belum juga mau
"Apa kau tidak merasa itu terlalu kebetulan, Jonathan? WHA membuka lowongan arsitek." "Kau hanya tidak melihat bagaimana ekspresi Rosella saat menonton berita itu tadi pagi." Bastian langsung menelepon Jonathan saat ia menyetir ke kantor pagi itu dan menceritakan semuanya pada Jonathan. Jonathan sendiri yang masih ada di rumahnya pun terdiam mendengarnya. Sejak kemarin, ia sudah mendengar dari Jordan kalau WHA membuka lowongan arsitek namun ia tidak menyangka pagi ini malah Rosella mendengarnya dari berita. Ini adalah kebetulan yang sangat gila menurut Jonathan, karena seolah semesta juga mengarahkan Rosella pada WHA, yang secara tidak langsung berarti tetap berhubungan dengan Jonathan. Namun, entah mengapa Jonathan masih enggan mengakui kebetulan itu. "Ck, kau terlalu halu, Bastian! Semua hal bisa saja terjadi dan yang namanya kebetulan ya terkadang memang terjadi begitu saja." "Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, Jonathan. Semuanya pasti sudah diatur!" tegas Basti
"Astaga, Jonathan, kembalikan!" Rosella berusaha mengambil lagi kertas gambarnya dari Jonathan dan Jonathan yang masih mematung pun akhirnya pasrah saja saat Rosella kembali mengambilnya. Dengan cepat, Rosella pun meremat kertasnya dan langsung membuangnya ke tempat sampah sampai Jonathan kaget melihatnya. "Mengapa dibuang, Rosella? Gambar itu ....""Ah, itu hanya iseng! Aku malu sekali! Tidak penting sama sekali! Eh, sudah jam berapa ini? Astaga, sudah siang! Ayo kita makan siang saja! Julio ada di toko bersama Ibu!" seru Rosella dengan tetap gugup dan Rosella pun langsung melangkah keluar duluan dari kamar itu. Jonathan pun terdiam sambil menatap pintu kamar itu cukup lama, sebelum Jonathan akhirnya turun ke ruang makan dan makan bersama dengan Sierra dan Rosella. Sepanjang makan siang, Jonathan tidak berhenti melirik Rosella yang berusaha nampak biasa saja sambil mengobrol dengan Sierra itu. Jonathan pun makan siang sambil berpikir keras hingga akhirnya setelah makan siang, i
"Bagaimana menurut Ibu?" Sierra begitu antusias menceritakan tentang Rosella yang akan kembali menekuni arsitektur saat makan malam itu. Semua orang berkumpul di sana termasuk Jonathan yang ikut makan malam bersama karena ia memang seharian berada di rumah bersama Rosella. Lidya yang mendengar cerita itu pun nampak menatap Rosella lebih lama. Ada tatapan penuh harap di sana namun Lidya juga melihat ada keraguan. Mungkin rasanya hampir sama seperti saat Sierra akan membukakan toko roti untuk Lidya, keraguannya sama seperti itu walaupun Lidya juga menginginkannya. "Ibu akan selalu mendukung apa pun yang anak Ibu inginkan. Selama kalian melakukan hal yang benar, apa pun itu tidak masalah. Tidak perlu memikirkan soal Julio karena Julio sudah biasa bersama Ibu. Benar kan, Julio sayang?"Julio yang ditanyai pun menoleh ke arah Lidya dan mengangguk saja sambil mengunyah makanannya. Bastian yang ikut makan malam pun hanya melirik semua orang sambil menyeletuk saja dengan santai. "Hei,
"Sayang, sebentar aku menerima telepon dulu, sinyalnya tidak bagus di dalam sini." Jonathan membelai singkat punggung Rosella lalu beranjak bangkit dari kursinya. Jonathan pun masih berkutat dengan ponselnya sambil melangkah ke pintu keluar. Namun, ia melihat punggung Jordan yang berdiri di dekat pintu keluar dan ia langsung menyapanya tanpa melirik ke meja di dekat Jordan sama sekali. "Jordan?" panggil Jonathan yang langsung membuat Jordan menegang. Julio sendiri yang mendengar suara Jonathan pun menoleh duluan dan langsung berseru senang. "Papa!" Jonathan tersenyum menatap Julio dan melangkah mendekatinya. Namun, langkahnya mendadak terhenti menatap beberapa orang yang duduk di meja di dekat arah pintu keluar itu. Adipura dan Imelda sendiri pun sontak menoleh saat mendengar Julio memanggil Papa dan mereka pun membelalak bersamaan melihat siapa pria yang dipanggil Papa oleh anak itu.Untuk sesaat, suasana begitu hening sekalipun di sekeliling mereka begitu ramai. Mereka han
"Hai, Julio, aku Jordan!" Jordan mengacak rambut Julio saat mereka sudah ada di apartemen Jonathan sore itu. Karena ini akhir pekan, Jordan pun mengunjungi apartemen Jonathan untuk mengakrabkan diri dengan calon kakak iparnya dan juga calon keponakannya. Jonathan dan Rosella sendiri sudah menghabiskan pagi sampai siang bersama keluarga Jacob dan di sore harinya ia membawa mereka ke apartemennya. "Hai, Uncle Jordan, aku Julio." "Wah, wah, cara bicaramu dewasa sekali ya." Jordan terus tertawa menatap anak Rosella yang begitu tampan. Tentu saja Jordan sudah tahu asal usul Julio dan bagaimana Jonathan menyayangi anak itu seperti anak kandungnya sendiri. Jordan pun sudah mendengar bagaimana pintarnya Julio merawat Rosella selama ini. Dan Jordan pun cukup kagum dengan anak itu. "Uncle itu adiknya Papa ya?" tanya Julio pada Jordan. Jordan pun terkikik dan mengangguk. Tentu saja ia juga tahu kalau Julio sudah memanggil Jonathan dengan sebutan Papa. "Benar, Uncle adalah adiknya Papa
Kejujuran memang terasa begitu melegakan. Setelah Rosella mengetahui semuanya dan Jonathan tidak punya rahasia lagi, perasaan Jonathan malah makin baik. Bahkan Jonathan pun sekarang tidak khawatir lagi saat mengantar jemput Rosella. Kalaupun ada yang melihatnya dan mengenalnya, berarti itu adalah saatnya membongkar semuanya.Lagipula Jonathan sendiri juga sudah tidak tahan, semakin ia jujur dan dekat dengan Rosella, rasa ingin memiliki wanita itu juga makin besar. Dan kalau Jonathan ingin memiliki Rosella berarti ia harus terbuka pada keluarganya. "Aku akan menjemputmu nanti, Sayang," kata Jonathan saat mengantar Rosella pagi itu. Rosella yang sudah keluar dari mobil pun mengangguk, namun secara mengejutkan, Jonathan keluar dari mobilnya dan melangkah ke arah Rosella lalu menciumnya mesra di dahi Rosella. Rosella sempat kaget. "Jonathan, apa yang kau lakukan? Mengapa kau keluar? Bagaimana kalau ada yang melihatmu?" "Biarkan saja, Sayang! Lagipula kau juga sudah tahu semuanya kan
Rosella masih mematung dengan syok mendengar kenyataan bahwa Jordan adalah anak dari Imelda. Bahkan jantungnya sudah berdebar begitu kencang sekarang. Namun, ia berusaha untuk bersikap biasa dan tidak berlebihan.Rosella pun tetap memaksakan senyumnya pada Imelda dan Jessica. "Haha, akhirnya kau tahu ya kalau Jordan adalah anakku, tapi baiklah, status itu tidak penting, Rosella. Mari bekerja lagi!" Imelda mengedikkan kepalanya ke arah berkas proyek dan Rosella pun kembali mengangguk sambil tersenyum. Dan sepanjang sisa hari itu, Rosella dan Livy pun bekerja di bawah pengawasan Imelda dan Jessica. Tentu saja Rosella tidak merasa nyaman sampai rasanya ia bekerja dengan begitu kaku. Namun di mata Imelda, apa yang Rosella kerjakan sangat bagus. Malam pun menjelang begitu cepat dan Rosella sudah memutuskan untuk memastikan semuanya pada Jonathan. Awalnya Rosella berpikir untuk bertanya pada Jordan, namun yang lebih tepat tentu saja bertanya langsung pada Jonathan agar tidak perlu m
"Benarkah, Rosella? Kau langsung masuk ke tim?" Jonathan memekik senang mendengarnya. "Benar, Jonathan. Kau pasti tidak akan percaya karena aku juga tidak percaya. Tadi aku tanpa sengaja menolong Bu Imelda yang hampir jatuh, lalu Pak Adipura mengetahuinya dan mengucapkan terima kasih dengan memberiku kesempatan ini." "Apa?" Jonathan langsung terdiam mendengarnya. "Kau menyelamatkan Bu Imelda bagaimana?" tanya Jonathan lagi yang belum mengerti sekaligus cemas. Rosella pun menceritakan bagaimana ia menyelamatkan Imelda tadi, termasuk akhirnya Rosella mengenal Livy. "Bu Livy itu sangat cantik dan baik. Kata Tami, dia juga adalah arsitek hebat." Jonathan hanya mengangguk mendengarnya. Tentu saja ia tahu semua tentang Livy, wanita yang dijodohkan dengannya itu. Namun, Jonathan tidak mau mengatakan apa pun dan hanya mengangguk senang karena Rosella akhirnya mengenal semua keluarganya. "Syukurlah, Sayang! Apa pun itu yang terjadi, itu adalah keberuntungan untukmu, aku ikut senang, Saya
"Benarkah, Ibu hampir jatuh? Tapi Ibu baik-baik saja kan?" Jordan memekik kaget saat mendengar cerita Imelda sore itu. Mereka sedang berkumpul di ruang kerja Adipura dan Imelda pun menceritakan kejadian yang ia alami. Jessica yang mendengarnya juga menggelengkan kepalanya, sedangkan Livy sudah tidak bersama Imelda karena pergi berkeliling sendirian. "Haha, jantung Ibu mau lepas. Tapi untung saja ada arsitek baru yang bernama Rosella itu, dia memegangi Ibu sampai ponselnya sendiri terlempar. Untung saja ponselnya juga tidak apa-apa." "Eh, siapa?" tanya Jordan kaget. "Arsitek baru yang bernama Rosella, dia temannya Tami." "Oh ...." Jordan langsung tersenyum kecil mendengarnya.Ternyata ibunya sudah bertemu dengan Rosella dan mendapatkan kesan baik di pertemuan pertama mereka. Jordan pun ikut senang mendengarnya. Namun, Jessica yang mendengarnya malah mengernyit. "Rosella? Bukankah dia arsitek yang kau training itu, Jordan?" "Eh, iya namanya Kak Rosella," sahut Jordan akhirnya.
"Wah, kau bekerja dengan sangat baik, Rosella!" puji Tami siang itu. "Kau terlalu memuji, Tami. Aku masih harus banyak belajar." "Tapi kau menangkap semua yang kuajarkan dengan sangat cepat. Aku senang sekali mendapat teman baru sepertimu. Kebanyakan orang yang merasa sudah mempunyai kemampuan itu sulit diarahkan. Mereka terlalu sombong dan tidak mau belajar hal baru." Rosella hanya tersenyum mendengarnya. "Aku belum punya kepintaran apa pun jadi kalau aku tidak belajar, aku yang rugi sendiri." "Haha, tenanglah, aku akan mengajarimu sampai pintar. Sebelum di sini aku sempat bekerja di tempat lain dan dari sana aku juga banyak belajar." Tami menceritakan pengalamannya bekerja di banyak tempat, sedangkan Rosella pun akhirnya dengan malu menceritakan kisahnya sendiri. Tentu saja Rosella tidak menceritakan tentang pemerkosaan, Rosella hanya bercerita ia sempat kuliah dan mengalami sebuah insiden yang membuatnya depresi cukup lama sampai ia terlambat mengejar mimpinya. Untung ia dike
"Apa semua berjalan baik, Kak? Maaf aku tidak bisa mampir ke sini karena aku ada rapat tadi." Jordan menyapa Rosella sore itu saat jam kerja akhirnya selesai. Banyak arsitek yang terlihat sudah pulang, namun ada juga yang masih merapikan barangnya. Bahkan, Jordan sengaja datang ke ruangan arsitek hanya untuk menyapa Rosella sampai duo racun yang belum pulang pun melirik kesal. "Eh, semua baik-baik saja, Jordan. Tidak ada masalah, apalagi ada Tami." Rosella menoleh ke arah Tami yang terlihat sedang sibuk membereskan barangnya itu. "Ah, syukurlah kalau begitu! Kak Tami, tolong bantu Kak Rosella ya!" seru Jordan sambil tersenyum menatap arsitek senior itu. Tami yang dipanggil pun menoleh tanpa sungkan karena memang ia sangat dekat dengan Jordan, bahkan Jordan memanggilnya Kak. "Hmm, tentu saja! Tapi lebih baik kau jangan sering-sering ke sini, Pak Jordan! Itu tidak baik untuk Rosella kalau dilihat oleh karyawan lain, apalagi para wanita sirik di sana!" Jordan yang mendengarnya la
"Selamat datang, Julio!" Keluarga Jacob menyambut Julio dengan antusias, terutama Lalita. "Yeay, Julio datang! Yeay!" pekik Lalita senang. Dengan cepat, kedua anak itu pun bermain bersama dan membuat rumah ribut sampai Rosella sungkan sendiri. "Astaga, Stephanie, Om, maaf ya!" "Haha, tidak apa, Rosella. Namanya juga anak-anak. Aku malah senang sekali melihat Lalita punya teman main." Rosella hanya bisa tersenyum mendengarnya. Jonathan sendiri membantu membawakan semua barangnya masuk ke dalam rumah dan menyusunnya. Jonathan pun memastikan kalau Julio betah di sana bahkan Jonathan ikut mengantar Julio ke sekolah barunya beberapa hari kemudian. "Wah, sekolahnya bagus sekali, Papa!" "Iya, Sayang. Sekolah yang baik ya!" "Julio satu kelas sama Lalita ya?" "Tidak, Sayang. Lalita sudah SD sedangkan Julio masih TK, tapi sekolah kalian sama hanya beda gedung." Jonathan berjongkok di depan Julio dan terus berpesan banyak hal pada Julio. Rosella dan Stephanie yang ikut berdiri di sa