Share

24. Tukang Intip

Penulis: Sita Ayodya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 12:00:21

Maura dan Dave sama-sama membisu selama perjalanan pulang. Sesekali Maura melihat ke luar jendela mobil. Sementara Dave melajukan mobil dengan kencang. Jalanan yang cukup lengang membuat Dave tidak akan dihujani suara klakson oleh pengendara lain.

“Maura….”

“Hmm….” Maura menoleh ke arah Dave. 

“Ada apa?” lanjutnya.

“Lapar?” Dave mengatakan apa pun yang terlintas dalam pikirannya.

“Tidak.” Jawab Maura singkat.

“Mungkin segelas jus di café?”

“Tidak, Dave. Aku hanya ingin segera istirahat.” Maura menyandarkan kepalanya ke sandaran

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menggapai Cinta Sang CEO   25. Serius

    Maura merasa telah mengambil keputusan tepat, yaitu dengan meninggalkan Dave tanpa menjawab pertanyaannya. Masih jelas diingatnya pertanyaan yang dilontarkan Dave padanya. Terdengar seperti Dave sedang mengemis cinta pada Maura. Untuk sesaat Maura merasa melambung karena dugaannya. Namun, akhirnya ia kembali tersadar. Kecurigaan mulai menghampirinya lagi. Sungguh itu bertolak belakang dengan sikap dingin dan arogan yang sering Dave tunjukkan.Jangan-jangan itu hanya gurauan Dave. Maura menerbitkan keraguan dalam hatinya.Bisa juga Dave ingin mengetesku. Imbuh Maura lagi. Maura berusaha untuk tidak spekulatif tentang perasaannya pada Dave, maupun perasaan Dave padanya. Dave adalah sosok yang tidak bisa ditebak. Dav

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Menggapai Cinta Sang CEO   26. Pertengkaran Kecil

    Dave memenuhi janjinya menjemput Maura pulang. Langit sudah gelap ketika Dave menghentikan mobilnya di depan lobi kampus. Diliriknya jam di pergelangan kirinya. Jarum panjang berada di antara angka sebelas dan dua belas. Sementara jarum pendek hampir bergeser ke angka delapan. Dave tidak perlu menunggu lama karena Maura sudah menunggunya.Senyum Maura terkembang begitu dilihatnya mobil Dave berhenti. Maura bergegas naik ke mobil. Dave menunggu sampai Maura memasang seat belt-nya.“Katamu perpustakaan tutup pukul delapan. Ini masih ada beberapa menit.” Dave bersiap menekan pedal gas.“Aku tidak ingin membuatmu menunggu.”“Benarkah?” Goda Dave. M

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Menggapai Cinta Sang CEO   27. Tidur Bersama

    Maura mengendap-endap menuju sofa di depan televisi setelah memastikan Dave tidak melihatnya dari lantai dua. Diletakkannya bantal dan selimut ke atas sofa penuh kehati-hatian seolah takut kedua benda itu akan menghasilkan suara seperti dentuman keras ketika menyentuh permukaan sofa. Maura kemudian ke kamar mandi di dekat dapur untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur dan menggosok gigi. Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan di kamar mandi, Maura bergegas membenamkan tubuhnya ke dalam selimut tebal yang dibawanya.Entah sudah berapa lama Maura berusaha memejamkan mata, namun belum berhasil. Ia merasa sangat mengantuk dan lelah, tapi kedua matanya sulit terpejam. Maura menyibak selimutnya kemudian mencoba untuk duduk dengan menekuk lutut. Disandarakannya kedua lengan pada lutut. Sekejap kemudian ia mengubah posisinya dengan menegakkan satu tangan ke arah dagu. Telapak tangannya tampak rapuh me

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • Menggapai Cinta Sang CEO   28. Kamera Pengawas

    Suara dari arah dapur membangunkan Dave. Pasti Bibi Tilda, duga Dave. Dilihatnya Maura masih terlelap di sampingnya dengan tangan kanan menempel pada dada. Rasa hangat menjalari tubuh Dave karena merasa nyaman dan bahagia secara bersamaan. Diciumnya perlahan kening Maura. Ingin rasanya Dave membelai pipi Maura dan mendaratkan sebuah kecupan ringan di bibir gadis itu. Namun Dave segera tersadar, akan sangat berbahaya jika Maura sampai tahu ia telah menyelinap dan tidur bersamanya. Dave pun urung melakukan apa yang hatinya inginkan. Dengan sangat perlahan, dipindahkannya tangan Maura yang menempel di dadanya. Tak lupa dikecupnya punggung tangan itu sebelum meletakkannya pada posisi yang nyaman.“Selamat pagi.” Bisik Dave setelah membetulkan letak selimut yang menutup

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Menggapai Cinta Sang CEO   29. Kabur

    Dave mendadak gelisah tatkala menyadari tabletnya tertinggal di rumah. Ia merasa sangat kesal dengan dirinya sendiri. Sebal dengan kecerobohannya. Karena kecerobohannya, ia tidak bisa mengamati aktivitas Maura di kamarnya. Beberapa menit yang lalu Dave menelepon Bibi Tilda, menanyakan apakah Maura pergi ke perpustakaan hari ini. Jawaban Bibi Tilda membuat Dave kecewa. Menurut Bibi Tilda, Maura memutuskan untuk mengerjakan tesis di rumah. Maura juga berencana untuk melanjutkan tugas membaca surel dari Dave.Entah sudah berapa kali Dave meninju tepian meja kerjanya. Rasa sakit menjalari buku-buku jarinya. Dave meraih ponselnya, melihat agenda apa saja yang harus dijalaninya hari ini. Dave memang terbiasa untuk mencatat sendiri agenda penting yang tidak bisa ia wakilkan. Meskipun Matt juga tidak pernah alpa untuk mengingatkannya, namun Dave lebih suka untuk mengurus sendiri hal penting seperti ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Menggapai Cinta Sang CEO   30. Sembunyi

    Kau memang berengsek, Dave. Maki Maura sambil terus berjalan melintasi halaman. Langit yang telah gelap pekat serta cahaya temaram membuat Maura dengan mudah tidak diketahui pergerakannya. Begitu sampai di luar pagar rumah aDave, Maura segera menuju halte. Ia berharap masih ada bus ke arah kampus.Dirogohnya saku celana sebelah kanan untuk mencari ponsel. Ternyata end aitu tidak ada di dalam saku celana Maura. Maura pun segera membuka ranselnya dan lagi-lagi ponselnya tidak ia temukan. Maura kemudian mencoba mengingat-ingat di mana ia terakhir kali meletakkan ponsel.Ahh… pasti tertinggal di atas tempat tidur. Maura benar-benar kesal dengan dirinya sendiri. Tepat pada saat Maura menutup ranselnya, bus yang ditunggunya datang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Menggapai Cinta Sang CEO   31. Kembali Pulang

    Dave sedang menikmati sarapan ketika ponselnya berdering nyaring. Nama Matt muncul pada layar yang berkedap-kedip. Dave segera meraih ponselnya dan menggeser ikon telepon berwarna hijau.“Boss.” Panggil Matt dari ujung telepon. Dave berharap Matt membawa berita bagus.“Bagaimana, Matt?”“Maura tidak terlihat di perpustakaan, Boss.” Matt berkata dengan suara bergetar. Sungguh ia sangat gugup saat ini. Matt harus berbohong pada Dave dan di saat yang sama Maura tengah menatapnya dengan sorot memelas. Meminta penuh harap padanya agar berbohong.“Tetap di kampus s

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Menggapai Cinta Sang CEO   32. Penolakan

    Dave sangat kesal karena Maura tak kunjung kembali dari berpamitan dengan Mev Inge. Sesekali diliriknya jam di pergelangan tangan kirinya. Tengah malam sudah berlalu hampir enam puluh menit. Dari arah dapur, terdengar suara Mev Inge dan Maura saling bersahutan. Tak jarang derai tawa Mev Inge terdengar.Dave yang kesal kemudian beranjak dari duduknya dan menuju dapur. Dilongokkan kepalanya, mencari keberadaan Maura. Mev Inge yang pertama kali menyadari kehadiran Dave memberi kode Maura dengan mengangkat sepasang alis diiringi dagunya. Maura mengikuti arah yang ditunjuk Mev Inge. Dave telah berdiri dengan senyum canggung, menatap penuh tanda tanya pada dua perempuan beda usia itu.“Maura, ayo kita pulang.” Dave mengajak Maura.“Mev, saya pamit ya. Terima kasih untuk semuanya.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11

Bab terbaru

  • Menggapai Cinta Sang CEO   EPILOG

    “Kau tampak menyedihkan, Dave.” Ujar Maura sambil menyunggingkan senyum. Ia sengaja menghentikan langkahnya demi mengamati sosok lelaki yang dicintainya. Dave yang menunggunya di depan pintu kedatangan bandara memang terlihat sangat memprihatinkan. Cambang yang tumbuh tidak terawat, lingkaran hitam di bawah mata, dan keseluruhan penampilan Dave yang kusut masai, meskipun lelaki itu tengah memakai setelan jas mahal. Dave terkekeh menanggapi komentar Maura akan dirinya. Dalam hati, ia tidak menyangkal penilaian perempuan yang sangat dipujanya itu. Beberapa peristiwa yang telah berlalu memang sangat menyita waktu, tenaga, dan pikiran Dave. Kini, setelah ia berhasil melalui semuanya, meskipun dengan susah payah, Dave hanya menginginkan satu hal, yakni Maura. “Dan kau tampak semakin menggairahkan, Maura.” Ujar Dave sambil melangkah mendekati Maura. Maura memalingkan wajahnya guna menyembunyikan senyum le

  • Menggapai Cinta Sang CEO   67. (Un)Perfect

    Maura masih memandangi pantulan dirinya di cermin. Perasaannya campur aduk, susah untuk dijelaskan. Maura masih sulit untuk percaya bahwa hari ia akan menikah. Melepas masa lajang kalau kata orang. Ia akan menikah dengan laki-laki yang belum dikenalnya. Maura memang pernah bertemu satu kali dengan lelaki itu, tapi tentu saja pertemuan yang hanya sebentar itu tidak serta merta membuatnya langsung mengenal kepribadian lelaki itu. Jangankan mengenal kepribadiannya, namanya saja Maura tidak tahu. Seingat Maura, laki-laki itu tidak pernah menyebut apa pun tentang dirinya termasuk nama.Ditengah kecamuk pikiran dan kegalauan yang melanda hatinya, Maura dikejutkan oleh suara adiknya, Naura. Adik Maura itu tengah sibuk mengecek sekali lagi buket bunga yang akan dibawa oleh kakaknya."Ayo, Kak." Kata Naura sambil mengangsurkan buket bunga berwarna putih. Maura men

  • Menggapai Cinta Sang CEO   66. Skenario

    “Lepaskan!” Suara laki-laki dengan nada tinggi karena amarah sukses menghentikan kegiatan membaca Dave. Sambil terus menatap layar laptop yang menampilkan seorang lelaki muda bersama orang bayarannya, Dave meletakkan pembatas buku untuk menandai halaman terakhir yang dibacanya. Suara khas benturan lembaran buku yang tertutup sempat mengisi keheningan ruang kerja Dave. “Apa yang kamu lakukan?” Dave menanyai orang bayarannya. Lelaki yang ditanya itu pun menghadapkan tubuhnya ke layar yang menampilkan sosok Dave. “Dia menolak ketika saya ajak bertemu Bos.” Lelaki itu menjawab dengan suara yang menunjukkan ketegasan. “Siapa kamu?” Lelaki yang telah duduk pada sebuah kursi kayu sederhana itu pun memotong pembicaraan Dave dan orang bayarannya. Dave tidak segera menyahut. Sebagai gantinya, ia melempar senyuman tipis. Senyuman yang terlihat manis, namun berbahaya karena tidak bisa dengan mudah diartikan maknanya. Lelaki itu pun terlihat kesal karena Dave tida

  • Menggapai Cinta Sang CEO   65. Rencana Rahasia

    “Silakan, Maura.” Rektor mengangkat satu tangannya guna menyilakan Maura duduk di kursi yang ada di seberang meja kerjanya. Maura duduk dengan terlebih dahulu melepas ranselnya. Tas berwarna abu-abu muda itu kemudian diletakkan Maura di sisi kaki kirinya dengan alas tas menempel permukaan karpet tebal yang melapisi lantai ruangan rektor.“Terima kasih, Pak.” Jawab Maura sambil menyilangkan kedua tangannya di atas pangkuan.“Saya tidak ingin berlama-lama karena masih ada yang harus saya kerjakan.”“Baik, Pak.” Tidak tahu harus merespons apa, Maura lebih memilih mengiyakan kalimat rektor. Tentu saja ia tidak akan menyangkal jika rektor memiliki banyak pekerjaan.“Saya mohon maaf, tapi dengan berat hati saya katakan bahw

  • Menggapai Cinta Sang CEO   64. Menjadi Tidak Terlihat

    “Aku pergi dulu, Bi.” Kata Maura sembari meraih tas ranselnya di salah satu kursi meja makan. Dengan langkah gontai Maura menuju pintu utama tanpa mengatakan sepatah kata pun. Maura merasa semangatnya hilang. Tercerabut bersama kenyataan yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri. Sesampainya di ruang tamu, Maura sempat berhenti beberapa waktu. Rasanya ia ingin menoleh ke samping kanannya, meskipun itu artinya dia akan kembali melihat foto pengantin Dave dan Rosaline. Hati Maura memintanya untuk jangan melihat, tapi sepasang matanya seolah dipaksa untuk melakukan sebaliknya. Dan akhirnya, Maura menyerah. Ia kembali melihat foto itu. Dengan senyum yang jelas sangat dipaksakan, Maura bergumam sambil matanya menatap lurus ke arah foto Dave. “Semoga kau bahagia, Dave.” Setelahnya, Maura mempercepat langkah dengan sedikit berlari. Ia harus segera meninggalkan ruma

  • Menggapai Cinta Sang CEO   63. Foto Pengantin

    Vania mengetuk dua kali pintu kayu dengan ukiran khas wilayah Pesisir Utara Jawa Timur di hadapannya. Terdengar sahutan dari dalam ruangan yang mengizinkannya masuk. Perlahan, Vania membuka pintu besar berwarna coklat terang itu kemudian melongokkan wajahnya.“Permisi, Pak Rektor.” Sapa Vania disertai senyuman yang mengembang di wajahnya. Pak Rektor melihat Vania sekilas kemudian mempersilakan gadis itu masuk. Setelah diizinkan duduk, Vania belum juga mengatakan maksud kedatangannya.“Ada apa, Vania?” Tanya Pak Rektor tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang tengah dibacanya.“Ini…tentang Maura lagi, Pak.” Vania terlihat sangat berhati-hati ketika menyebut nama Maura. Vania tahu saat ini masih terlalu pagi untuk membuat laporan tentang Maura lagi. Terlebih, ia sudah perna

  • Menggapai Cinta Sang CEO   62. Gotcha!

    “David, kuharap kamu tidak keberatan menunda kepulanganmu ke Belanda.” Ujar rektor setelah acara peresmian gedung pertunjukan berakhir. Dave yang ditepuk bahu belakangnya pun serta merta mengiyakan permintaan rektor.“Ada masalah apa, Pak Rektor?”Rektor tersenyum sambil kembali menepuk bahu Dave.“Senin kau akan tahu. Tolong temui saya di kantor sebelum jam makan siang.”Dave mengangguk sambil mengatakan iya untuk permintaan rektor. Setelah rektor pergi meninggalkan Dave, Vania segera mendekati Dave. sambil melingkarkan tangannya ke lengan Dave, Vania menanyai lelaki itu. Mencoba mengorek informasi, meskipun secuil.“Ada apa dengan Pak Rektor?” Tanya Vania dengan su

  • Menggapai Cinta Sang CEO   61. Cemburu?

    Entah Maura harus merasa senang atau sedih ketika ia dan Dave ternyata tidak punya waktu untuk bersama, meskipun mereka berada di kota dan negara yang sama. Baik Maura maupun Dave sama-sama disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Short course yang sudah berjalan selama dua pekan memaksa Maura untuk memusatkan perhatian hanya pada kegiatan tersebut. Walaupun tidak bisa dipungkiri, segala hal yang berhubungan dengan Vania termasuk mimpi buruk yang dialaminya sebelum berangkat ke Belanda masih terus mengganggu pikirannya.Rutinitas harian Maura yang didominasi oleh kursus memang terasa sangat menjemukan. Bisa dikatakan, Maura tidak punya kegiatan lain selain mengikuti kursus. Maura mengawali hari dengan persiapan yang ala kadarnya karena ia selalu terlambat bangun. Terlambat bangun, tapi tidak boleh terlambat hadir

  • Menggapai Cinta Sang CEO   60. Senang Melihatmu Kembali

    "Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Vania?" Maura berusaha menekan suaranya agar tidak berteriak. Dadanya terasa mau meledak karena kesal bercampur marah. Bukannya menjawab, Vania justru tertawa terbahak. Suaranya yang nyaring begitu memekakkan telinga, membuat Maura semakin terpancing amarahnya.Maura tahu dan sepenuhnya sadar bahwa dirinya tengah dipermainkan oleh Vania. Dan Maura yang ingin menyudahi semuanya terlihat begitu bernafsu meladeni permainan Vania. Maura benar-benar tidak ingin membuang waktu. Ia ingin semua yang mengganjal dan membuatnya tidak nyaman ini segera berakhir dan jelas.Maura sudah tidak tahan dengan perlakuan orang-orang di tempat kerjanya akibat terpengaruh hasutan Vania."Aku ulangi lagi. Apa maumu, Vania?" Maura berkata sambil memekik tertahan. Napasnya yang sedikit tersenga

DMCA.com Protection Status