Share

Mengemis Maaf Istriku
Mengemis Maaf Istriku
Author: Rifatul Mahmuda

Bab 1

last update Last Updated: 2025-03-02 12:20:47

"Mas, pulang sekarang, ya? Yazeed demam tinggi, temenin aku bawa ke dokter." Suara Livia terdengar panik saat menghubungi Hakam –suaminya.

"Ck, kenapa harus aku, sih? Kamu sendiri tau kalau aku lagi kerja, kan?" Hakam berdecak, hati Livia teriris mendengar ucapan suaminya.

"Kalau bukan sama kamu, pada siapa lagi aku minta tolong, Mas? Kamu itu ayahnya Yazeed!" tekan Livia dengan suara bergetar menahan marah.

"Halah, kamu pergi sendiri aja. Aku lagi banyak kerjaan!" sahut laki-laki itu santai.

"Tapi, Mas–"

Tut! Panggilan diakhiri oleh Hakam tanpa mau menunggu istrinya bicara. Livia menghempaskan napas kasar, untuk kesekian kalinya Hakam lepas tangan terhadap keadaan putra mereka.

Yazeed kembali menangis, Livia tersadar dan langsung menghampiri sang anak yang ia tiduri diatas ranjang. Tubuh bayi berumur 9 bulan itu menggeliat, wajahnya memerah dengan suara tangis melengking.

"Ya Allah, Nak. Tenang, ya, Sayang. Kita berangkat berdua saja, mama siapin keperluan kamu dulu." Livia menggendong bayinya dengan kain jarik, kemudian ia bergegas meraih tas kecil dan mulai memasukkan barang yang sekiranya diperlukan.

Yazeed masih saja menangis ditengah kesibukan sang mama. Livia berusaha menenangkannya, tapi tetap saja tak mempan. Suhu badan anak itu semakin terasa panas.

"Hey! Dasar perempuan bodoh! Mendiamkan anak saja kamu tak becus!"

Livia yang tengah berusaha menenangkan Yazeed dikejutkan dengan kedatangan sang mertua. Darah perempuan itu mendidih, disaat dia yang tengah dipusingkan dengan keadaan sang anak, emosinya kembali dipancing oleh sang mertua yang datang dengan marah-marah.

"Kalau mama niatnya ke sini cuma buat maki-maki aku, mending sekarang mama pulang!" usir Livia tanpa menoleh, dia masih sibuk menenangkan putranya yang masih menangis.

Dania– mertua Livia membelalak mendengar ucapan sang menantu yang terkesan berani. Ada apa dengan menantunya itu? Tak biasanya Livia berani bicara agak kasar padanya.

"Sudah berani menjawab kamu sekarang, ya? Dasar menantu durhaka!" Umpat Dania kesal.

Livia tak lagi menjawab, kali ini dia memilih meraih tas kecil yang sudah ia siapkan, kemudian menentengnya dan berjalan keluar melewati Dania yang terus menatapnya.

Melihat tingkah menantunya, Dania benar-benar dibuat kesal. Dia berjalan cepat kemudian menarik kasar tangan Livia hingga perempuan itu menghentikan langkah.

"Apa-apaan, sih, Ma? Lepas!" sentak Livia tak terima.

"Mau kemana kamu bawa cucuku, hah?! Kamu nggak liat cuaca lagi panas-panasnya?" Nyinyir Dania.

Karena mendengar suara Livia yang agak keras tadi, Hana–kakak iparnya keluar dari rumah yang berada tepat disamping rumah Livia. Wanita single parents itu menghampiri ibu dan adik iparnya.

"Ada apa, nih?" tanya wanita itu melirik Livia kemudian ibunya.

"Si Livia, nih, mau bawa Yazeed panas-panasan. Udah tau anak lagi nggak enak badan." Dania menyahut sembari menatap Livia sinis.

"Yazeed demam tinggi. Kalau aku nggak bawa dia keluar buat berobat sekarang, memangnya kalian mau membantu?" balas Livia tak kalah sinis.

Dania dan Hana saling pandang. Keduanya terdiam membuat Livia terkekeh sinis.

"Enggak, kan? Jangankan kalian, ayah kandungnya saja tidak peduli. Dia lebih mementingkan pekerjaannya dibanding kesehatan anaknya sendiri. Benar-benar manusia tak punya hati!" sindir Livia.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Livia langsung melangkahkan kaki dengan cepat. Dia berjalan keluar dari gang rumahnya menuju persimpangan. Sesampainya di sana nanti dia akan menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke puskesmas.

Sementara itu, Dania dan Hana sama-sama meledak mendengar ucapan Livia tadi. Mereka kesal sebab merasa jika Livia sedang merendahkan mereka dan juga Hakam.

"Lihat saja perempuan itu, akan kubuat Hakam marah besar padanya," tekad Hana penuh dendam.

*

Hampir setengah jam Livia berdiri dipinggir jalan sambil menggendong Yazeed yang sudah tertidur. Teriknya matahari tak mengurungkan niat perempuan itu untuk membawa putranya berobat seorang diri. Livia berteduh dibawah pohon mangga yang lumayan besar, matanya tak henti melihat kearah jalan berharap angkutan yang ia tunggu segera datang.

Tin! Tin!

Livia yang tengah fokus menyeka keringat yang mengucur di pelipisnya tersentak saat mendengar klakson mobil didepannya. Perempuan itu menyipitkan mata begitu kaca mobil diturunkan.

Mata Livia membeliak sempurna begitu menyadari siapa yang duduk dibalik kemudi mobil mewah itu. Dadanya berdentum, terlebih saat seseorang itu turun dan berjalan menghampirinya.

"Masuk."

Suara datar itu menyentak Livia, perempuan itu mengucek mata seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 2

    "Terimakasih banyak, Gheza." Livia membungkukkan badan, laki-laki bernama Gheza itu tak menjawab. Dia hanya mengangguk sekilas kemudian segera masuk kedalam mobil.Perlahan, roda empat yang tadi Livia tumpangi meninggalkan pelataran parkir rumah sakit. Livia masih mematung di sana, ia masih tak menyangka jika akan kembali bertemu dengan Gheza dengan keadaan yang terbilang buruk.Rengekan Yazeed menyentak Livia, perempuan itu bergegas membawa anaknya agar segera mendapat penanganan."Sus, tolong anak saya. Badannya panas banget," ujar Livia panik. Dia membawa Yazeed ke IGD puskesmas agar tak perlu menunggu untuk mendapatkan penanganan."Baringkan anaknya di sini, ya, Bu. Biar kami periksa dulu," kata dokter menghampiri Livia. Perempuan itu mengangguk dan segera membaringkan Yazeed diatas ranjang.Tangis bayi itu kembali melengking. Livia semakin cemas dibuatnya, dia takut terjadi sesuatu pada Yazeed yang akan membuatnya menyesal seumur hidup.Selagi Yazeed ditangani, Livia memilih dudu

    Last Updated : 2025-03-02
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 3

    Hakam tengah duduk dengan Dania dan juga Hana, disudut lain si kembar Hanin dan Hanan tengah sibuk menikmati ayam KFC yang tadi dibelikan Hakam."Kenapa kalian nggak cerita dari awal kalau Livia bicara kasar seperti tadi?" tanya Hakam menatap Dania dan Hana gantian."Awalnya kita juga mau cerita, tapi ... mama takut kamu bakal marah sama Livia." Dania menunduk, berpura-pura baik pada Livia didepan Hakam "Ya, pasti aku bakal marah, Ma! Kalau dia memperlakukan kalian kasar seperti itu masa aku cuma diem?" berang Hakam.Dania dan Hana saling pandang dengan senyum terkulum, rencana mereka berhasil. Livia harus tau, jika dia ditakdirkan untuk hidup menjadi bulan-bulanan mereka."Aku bakal kasih pelajaran padanya. Mama sama mbak tenang aja, aku nggak akan biarin dia berani kurang ajar sama kalian," tekad Hakam penuh dendam.Sementara itu, Livia menatap langit yang sudah mulai gelap, tapi Hakam tak juga datang. Berulang kali sudah ia coba hubungi tak satu pun panggilan Livia ia angkat."Kem

    Last Updated : 2025-03-02
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 4

    Tak ingin menghabiskan waktu menghadapi mertua serta suaminya, Livia memilih keluar dari sana dan menuju rumahnya yang berada tepat disamping rumah sang mertua.Teriakan Hakam yang memanggilnya tak ia hiraukan. Livia terus berjalan. Yang ia pikirkan hanya ingin segera menyiapkan segala keperluan Yazeed dan kembali ke rumah sakit."Kenapa kamu berubah begini, Livia?" Ternyata Hakam menyusul Livia pulang, dia berjalan menghampiri sang istri yang tengah fokus memasukkan beberapa lembar bajunya dan Yazeed kedalam sebuah tas.Livia tak menjawab bahkan menoleh pun tidak. Perempuan itu tampak cuek, seakan tak menganggap keberadaan Hakam di sana."Livia, jawab aku!" Kesal tak mendapat jawaban dari istrinya, Hakam menarik tangan perempuan itu hingga berhadapan dengannya.Livia menatap Hakam datar, muak dan benci menyatu dalam diri perempuan itu. Kebencian terpancar jelas di matanya, melihat tatapan istrinya yang terlampau datar membuat Hakam menelan ludah. Tak pernah sebelumnya Livia menantang

    Last Updated : 2025-03-02
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 5

    "Kamu sudah selesai makannya?" Hakam yang menyadari kedatangan Livia mendekat."Eum ... sudah." Livia menyahut singkat. Dia berjalan kearah ranjang Yazeed, Livia tersenyum melihat wajah anaknya yang tampak lebih segar dibanding tadi siang."Anak mama nggak rewel, kan?" Demi menghindari Hakam, Livia mengajak bayinya bicara. Perempuan itu mengusap lembut pipi Yazeed sembari tersenyum."Mas akan temani kalian malam ini." Hakam mendekati Livia dan bicara tepat disamping telinga perempuan itu hingga membuat Livia bergidik terkena hembusan napasnya."Nggak usah. Kamu temani saja Hanan dan Hanin, bukannya mereka lebih butuh kamu?" Livia mengelak menjauh. Selain sungkan dengan posisi mereka karena banyak orang di sana, Livia juga masih enggan memaafkan Hakam."Ck, kamu masih merajuk ternyata?" decak Hakam. Lelaki itu mengecup kepala istrinya hingga membuat Livia kesal."Kamu apaan, sih, Mas? Nggak liat banyak orang di sini?" kesal Livia, meski begitu tak bisa dipungkiri wajahnya ikut bersemu.

    Last Updated : 2025-03-12
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 6

    Sudah hampir setengah jam Hakam menunggu di rumah, tapi tak ada tanda-tanda kepulangan anak dan istrinya.Laki-laki itu berjalan mondar-mandir menunggu di teras. Ia gelisah memikirkan kenapa istrinya tak kunjung pulang."Nggak usah dijemput, istrimu itu jangan terlalu dimanja. Nanti jadi besar kepala, kamu juga yang repot." Ucapan sang mama kembali terngiang saat Hakam berniat akan menjemput Livia.Ia menyugar rambut dengan kasar. Dia kasihan pada anak istrinya, tapi dia lebih memilih mendengar ucapan mamanya. Karena baginya, apa pun yang dikatakan wanita itu pasti benar adanya.Sementara itu Livia baru saja turun dari angkot, dia berjalan sedikit kepayahan karena harus menggendong Yazeed dan menenteng tas. Diperjalanan menuju rumahnya, perempuan itu bertemu dengan tetangga dekat rumahnya."Livia, kamu dari mana bawa-bawa tas gitu?" sapa wanita yang akrab disapa Bu Dewi itu."Eh, Bu Dewi. Saya baru saja pulang dari rumah sakit, Bu. Beberapa hari ini Yazeed dirawat karena demam tinggi.

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 7

    Dengan emosi yang menggunung, Livia meninggalkan Hakam di teras. Perempuan itu memilih masuk ke rumah dan membersihkan tubuhnya serta sang bayi agar bisa segera beristirahat.Sementara itu Hakam menghempaskan tubuhnya diatas kursi teras, ia jadi kewalahan sendiri dengan perubahan sikap Livia. Perempuan itu jauh lebih keras kepala sekarang. Dia juga mulai banyak menuntut, tak seperti biasa yang selalu pasrah meski diperlakukan seperti apa pun.Selesai membersihkan badannya dan Yazeed, Livia keluar menuju dapur. Perutnya sudah keroncongan sejak di rumah sakit tadi, sekarang sudah hampir jam 3 dan dia belum makan siang.Namun, dadanya berdenyut saat melihat penanak nasi kosong melompong. Perempuan itu menghempaskan napas pelan, kemudian membuka tempat beras dan mulai memasak nasi."Kamu belum makan?" Hakam mendekati Livia yang tengah mencuci beras dengan satu tangannya menggendong Yazeed.Livia tak menjawab, dia tetap melanjutkan pekerjaannya hingga Hakam mengambil alih Yazeed. Livia tak

    Last Updated : 2025-03-16
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 8

    "Di rumah mama juga nggak ada stok sayur sama ikan. Kamu makan ini dulu, ya?" Hakam menghampiri Livia yang tengah duduk di kursi dapur.Perempuan itu menoleh kearah piring yang suaminya bawa. Kening Livia berkerut, tumben mereka mau membagi lauk padanya? Apalagi dengan menu ayam, meski hanya sepotong.Tanpa curiga, Livia menerima piring yang diulurkan Hakam. Dia bermaksud menyimpannya dulu dan akan memakannya nanti, sambil menunggu nasi yang baru ia masak matang.Tapi Livia merasa sedikit aneh dengan bentuk paha ayam itu, seperti ... ada bekas gigitan. Saat ia mencoba membaliknya, mata perempuan itu membelalak sempurna. Napasnya memburu dengan mata yang sudah memanas, ia tak menyangka jika suaminya tega memberikan makanan sisa untuknya."Bekas siapa yang kamu kasih ke aku ini, Mas?!" hardik Livia.Melihat reaksi istrinya, Hakam sedikit terkejut dan salah tingkah. Namun, bukan Hakam namanya kalau langsung merasa bersalah."Itu bekas Hanin. Kenapa? Kamu jijik?" tanya Hakam santai. Padah

    Last Updated : 2025-03-28
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 9

    "Apa-apaan kamu ini Livia?" berang Hakam."Kalian yang apa-apaan, Mas! Kenapa kalian menghabiskan semuanya tanpa menyisakan untukku? Aku bahkan belum menyicipinya sedikit pun!" jerit Livia."Ka–kamu belum sarapan? Maaf, mas kira ... kamu sudah sarapan duluan tadi." Hakam mendekati Livia dengan penuh rasa bersalah. Kalau saja ia tau, pasti akan meminta mama dan kakaknya menyisakan untuk sang istri.Livia menepis tangan Hakam yang hendak menyentuhnya. Kesal rasanya disentuh oleh laki-laki itu, berulang kali mengucap kata maaf tapi berulang kali juga ia mengulangi kesalahan yang sama. Tak pernah menghargai sang istri."Masa cuma gara-gara nasi goreng aja kamu segitu marahnya sama kita? Tau gini kita nggak bakal kesini juga tadi." Hana bangkit dan menatap Livia sinis."Aku juga nggak bakal marah kalo kalian masih pake perasaan makannya. Ini? Udah numpang, nggak tau diri lagi!" balas Livia ketus.Hana dan Dania menahan geram mendengar ucapan Livia."Liat kelakuan istrimu itu, Kam! Padahal

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 12

    "Bu, tolonglah. Bisa, nggak, ibu bersikap manis padaku sekali ... saja? Aku pulang karena butuh support dari kalian, Bu! Pada siapa lagi aku mengadu kalau bukan pada keluarga sendiri?" kata Livia sambil menahan sesak di dadanya.Matanya sudah memanas, kali ini Livia sudah tak tahan dengan sikap ibunya. Selama ini dia berusaha cuek saat Marni bersikap sinis padanya, bahkan ia selalu menahan cemburu begitu melihat sikap manis Marni pada Karim dan istrinya."Laki-laki itu pilihanmu! Siapa suruh menikah dengannya?" balas Marni.Wanita itu memang sempat menentang hubungan Livia dengan Hakam, karena ia berniat menjodohkan Livia dengan laki-laki pilihannya, seorang duda 3 anak. Tapi saat itu Livia menolaknya mentah-mentah, dia lebih memilih Hakam karena sikap laki-laki itu yang tampak sangat menyayangi ibunya. Awalnya dia berpikir juga akan diratukan suaminya sama seperti perlakuannya pada sang ibu."Itu memang pilihanku, Bu. Tapi bisakah aku menenangkan diri sebentar di sini?" Livia memilih

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 11

    Livia masuk ke kamar, ternyata di sana sudah kosong. Sepertinya Hakam tengah mandi sebab terdengar suara air dari arah dalam kamar mandi.Tanpa pikir panjang, perempuan itu langsung meraih tas kecil dan memasukkan beberapa bajunya dan Yazeed ke sana. Tak lupa perlengkapan Yazeed juga, seperti pampers dan lainnya.Setelah itu, dia mengambil dompet Hakam yang tergeletak diatas meja rias. Ia mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribu dan kembali menyimpannya.Perempuan itu bergegas keluar dari kamar setelah mendengar suara kunci diputar. Dengan langkah tergesa, Livia meninggalkan rumah sambil menggendong Yazeed menggunakan kain jarik.Livia berniat pulang ke rumah orang tuanya, perlakuan serta perkataan Hakam tadi benar-benar menyakitinya. Laki-laki itu hanya menghargai keluarganya tapi tidak dengannya."Eh, mau kemana sore-sore begini Livia?" sapa salah satu tetangga Livia."Eum ... mau ke rumah ibu, Bude." Livia menjawab singkat seraya membungkukkan badan."Kenapa sore-sore gini

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 10

    Setelah setengah jam Livia membawa Yazeed bermain, perempuan itu akhirnya membawa sang anak pulang. Jam juga sudah menunjukkan pukul setengah 5, Hakam pasti sudah pulang, pikir Livia.Dan ternyata benar saja, sesampainya di rumah ia melihat mobil suaminya sudah terparkir rapi di halaman seperti biasa. Pintu juga terbuka lebar, begitu melihat sandal yang tergeletak di sana Livia jadi tau jika Hana dan Dania tengah berada didalam.Begitu Livia sampai didepan pintu, Hakam dan keluarganya yang tengah duduk diruang tamu serentak menoleh. Dari tatapan mereka bisa Livia tebak, pasti anak-anak itu sudah mengadu yang tidak-tidak pasal tadi.Tapi dia tak peduli, tanpa menghiraukan Hakam dan yang lain, dia melenggang santai hendak melewati ruang tamu. Namun, suara datar Hakam menghentikan langkahnya."Tunggu, Livia. Ada yang ingin aku tanyakan," kata Hakam membuat Livia berhenti. Laki-laki itu bangkit dan mendekati sang istri yang masih berdiri di sana."Kamu apakan Hanan dan Hanin?" Pertanyaan

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 9

    "Apa-apaan kamu ini Livia?" berang Hakam."Kalian yang apa-apaan, Mas! Kenapa kalian menghabiskan semuanya tanpa menyisakan untukku? Aku bahkan belum menyicipinya sedikit pun!" jerit Livia."Ka–kamu belum sarapan? Maaf, mas kira ... kamu sudah sarapan duluan tadi." Hakam mendekati Livia dengan penuh rasa bersalah. Kalau saja ia tau, pasti akan meminta mama dan kakaknya menyisakan untuk sang istri.Livia menepis tangan Hakam yang hendak menyentuhnya. Kesal rasanya disentuh oleh laki-laki itu, berulang kali mengucap kata maaf tapi berulang kali juga ia mengulangi kesalahan yang sama. Tak pernah menghargai sang istri."Masa cuma gara-gara nasi goreng aja kamu segitu marahnya sama kita? Tau gini kita nggak bakal kesini juga tadi." Hana bangkit dan menatap Livia sinis."Aku juga nggak bakal marah kalo kalian masih pake perasaan makannya. Ini? Udah numpang, nggak tau diri lagi!" balas Livia ketus.Hana dan Dania menahan geram mendengar ucapan Livia."Liat kelakuan istrimu itu, Kam! Padahal

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 8

    "Di rumah mama juga nggak ada stok sayur sama ikan. Kamu makan ini dulu, ya?" Hakam menghampiri Livia yang tengah duduk di kursi dapur.Perempuan itu menoleh kearah piring yang suaminya bawa. Kening Livia berkerut, tumben mereka mau membagi lauk padanya? Apalagi dengan menu ayam, meski hanya sepotong.Tanpa curiga, Livia menerima piring yang diulurkan Hakam. Dia bermaksud menyimpannya dulu dan akan memakannya nanti, sambil menunggu nasi yang baru ia masak matang.Tapi Livia merasa sedikit aneh dengan bentuk paha ayam itu, seperti ... ada bekas gigitan. Saat ia mencoba membaliknya, mata perempuan itu membelalak sempurna. Napasnya memburu dengan mata yang sudah memanas, ia tak menyangka jika suaminya tega memberikan makanan sisa untuknya."Bekas siapa yang kamu kasih ke aku ini, Mas?!" hardik Livia.Melihat reaksi istrinya, Hakam sedikit terkejut dan salah tingkah. Namun, bukan Hakam namanya kalau langsung merasa bersalah."Itu bekas Hanin. Kenapa? Kamu jijik?" tanya Hakam santai. Padah

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 7

    Dengan emosi yang menggunung, Livia meninggalkan Hakam di teras. Perempuan itu memilih masuk ke rumah dan membersihkan tubuhnya serta sang bayi agar bisa segera beristirahat.Sementara itu Hakam menghempaskan tubuhnya diatas kursi teras, ia jadi kewalahan sendiri dengan perubahan sikap Livia. Perempuan itu jauh lebih keras kepala sekarang. Dia juga mulai banyak menuntut, tak seperti biasa yang selalu pasrah meski diperlakukan seperti apa pun.Selesai membersihkan badannya dan Yazeed, Livia keluar menuju dapur. Perutnya sudah keroncongan sejak di rumah sakit tadi, sekarang sudah hampir jam 3 dan dia belum makan siang.Namun, dadanya berdenyut saat melihat penanak nasi kosong melompong. Perempuan itu menghempaskan napas pelan, kemudian membuka tempat beras dan mulai memasak nasi."Kamu belum makan?" Hakam mendekati Livia yang tengah mencuci beras dengan satu tangannya menggendong Yazeed.Livia tak menjawab, dia tetap melanjutkan pekerjaannya hingga Hakam mengambil alih Yazeed. Livia tak

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 6

    Sudah hampir setengah jam Hakam menunggu di rumah, tapi tak ada tanda-tanda kepulangan anak dan istrinya.Laki-laki itu berjalan mondar-mandir menunggu di teras. Ia gelisah memikirkan kenapa istrinya tak kunjung pulang."Nggak usah dijemput, istrimu itu jangan terlalu dimanja. Nanti jadi besar kepala, kamu juga yang repot." Ucapan sang mama kembali terngiang saat Hakam berniat akan menjemput Livia.Ia menyugar rambut dengan kasar. Dia kasihan pada anak istrinya, tapi dia lebih memilih mendengar ucapan mamanya. Karena baginya, apa pun yang dikatakan wanita itu pasti benar adanya.Sementara itu Livia baru saja turun dari angkot, dia berjalan sedikit kepayahan karena harus menggendong Yazeed dan menenteng tas. Diperjalanan menuju rumahnya, perempuan itu bertemu dengan tetangga dekat rumahnya."Livia, kamu dari mana bawa-bawa tas gitu?" sapa wanita yang akrab disapa Bu Dewi itu."Eh, Bu Dewi. Saya baru saja pulang dari rumah sakit, Bu. Beberapa hari ini Yazeed dirawat karena demam tinggi.

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 5

    "Kamu sudah selesai makannya?" Hakam yang menyadari kedatangan Livia mendekat."Eum ... sudah." Livia menyahut singkat. Dia berjalan kearah ranjang Yazeed, Livia tersenyum melihat wajah anaknya yang tampak lebih segar dibanding tadi siang."Anak mama nggak rewel, kan?" Demi menghindari Hakam, Livia mengajak bayinya bicara. Perempuan itu mengusap lembut pipi Yazeed sembari tersenyum."Mas akan temani kalian malam ini." Hakam mendekati Livia dan bicara tepat disamping telinga perempuan itu hingga membuat Livia bergidik terkena hembusan napasnya."Nggak usah. Kamu temani saja Hanan dan Hanin, bukannya mereka lebih butuh kamu?" Livia mengelak menjauh. Selain sungkan dengan posisi mereka karena banyak orang di sana, Livia juga masih enggan memaafkan Hakam."Ck, kamu masih merajuk ternyata?" decak Hakam. Lelaki itu mengecup kepala istrinya hingga membuat Livia kesal."Kamu apaan, sih, Mas? Nggak liat banyak orang di sini?" kesal Livia, meski begitu tak bisa dipungkiri wajahnya ikut bersemu.

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 4

    Tak ingin menghabiskan waktu menghadapi mertua serta suaminya, Livia memilih keluar dari sana dan menuju rumahnya yang berada tepat disamping rumah sang mertua.Teriakan Hakam yang memanggilnya tak ia hiraukan. Livia terus berjalan. Yang ia pikirkan hanya ingin segera menyiapkan segala keperluan Yazeed dan kembali ke rumah sakit."Kenapa kamu berubah begini, Livia?" Ternyata Hakam menyusul Livia pulang, dia berjalan menghampiri sang istri yang tengah fokus memasukkan beberapa lembar bajunya dan Yazeed kedalam sebuah tas.Livia tak menjawab bahkan menoleh pun tidak. Perempuan itu tampak cuek, seakan tak menganggap keberadaan Hakam di sana."Livia, jawab aku!" Kesal tak mendapat jawaban dari istrinya, Hakam menarik tangan perempuan itu hingga berhadapan dengannya.Livia menatap Hakam datar, muak dan benci menyatu dalam diri perempuan itu. Kebencian terpancar jelas di matanya, melihat tatapan istrinya yang terlampau datar membuat Hakam menelan ludah. Tak pernah sebelumnya Livia menantang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status