Share

Bab 11

Penulis: Rifatul Mahmuda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-31 13:39:00

Livia masuk ke kamar, ternyata di sana sudah kosong. Sepertinya Hakam tengah mandi sebab terdengar suara air dari arah dalam kamar mandi.

Tanpa pikir panjang, perempuan itu langsung meraih tas kecil dan memasukkan beberapa bajunya dan Yazeed ke sana. Tak lupa perlengkapan Yazeed juga, seperti pampers dan lainnya.

Setelah itu, dia mengambil dompet Hakam yang tergeletak diatas meja rias. Ia mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribu dan kembali menyimpannya.

Perempuan itu bergegas keluar dari kamar setelah mendengar suara kunci diputar. Dengan langkah tergesa, Livia meninggalkan rumah sambil menggendong Yazeed menggunakan kain jarik.

Livia berniat pulang ke rumah orang tuanya, perlakuan serta perkataan Hakam tadi benar-benar menyakitinya. Laki-laki itu hanya menghargai keluarganya tapi tidak dengannya.

"Eh, mau kemana sore-sore begini Livia?" sapa salah satu tetangga Livia.

"Eum ... mau ke rumah ibu, Bude." Livia menjawab singkat seraya membungkukkan badan.

"Kenapa sore-sore gini
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu kabur ke rumah ortu maka g usah sok2an masih membela suami.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 12

    "Bu, tolonglah. Bisa, nggak, ibu bersikap manis padaku sekali ... saja? Aku pulang karena butuh support dari kalian, Bu! Pada siapa lagi aku mengadu kalau bukan pada keluarga sendiri?" kata Livia sambil menahan sesak di dadanya.Matanya sudah memanas, kali ini Livia sudah tak tahan dengan sikap ibunya. Selama ini dia berusaha cuek saat Marni bersikap sinis padanya, bahkan ia selalu menahan cemburu begitu melihat sikap manis Marni pada Karim dan istrinya."Laki-laki itu pilihanmu! Siapa suruh menikah dengannya?" balas Marni.Wanita itu memang sempat menentang hubungan Livia dengan Hakam, karena ia berniat menjodohkan Livia dengan laki-laki pilihannya, seorang duda 3 anak. Tapi saat itu Livia menolaknya mentah-mentah, dia lebih memilih Hakam karena sikap laki-laki itu yang tampak sangat menyayangi ibunya. Awalnya dia berpikir juga akan diratukan suaminya sama seperti perlakuannya pada sang ibu."Itu memang pilihanku, Bu. Tapi bisakah aku menenangkan diri sebentar di sini?" Livia memilih

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 13

    [Dimana kamu Livia? Kemana kamu membawa Yazeed Maghrib-maghrib begini?]Beberapa kali panggilan Hakam ia abaikan, setelah itu langsung disusul satu pesan masuk dari laki-laki itu. Awalnya Livia tak ingin membukanya, tapi dia tak mau semakin memperkeruh suasana hingga memutuskan membuka dan membalas pesan itu.[Mas, aku izin pulang ke rumah ibu. Aku mau nenangin diri di sini, sekalian melepas rindu pada keluargaku.] Livia mengetikkan balasan itu dan mengirimnya.[Oh, jadi gitu? Kalo ada masalah di rumah main kabur-kaburan?] Livia menghembuskan napas pelan membaca balasan pesan Hakam.[Lagian memangnya keluargamu sudah menerima kehadiranmu dengan baik? Nggak usah sok pengen ngadu ke ibu sama bapak, mereka juga nggak bakal peduli meski kamu mati sekali pun!]Livia terdiam membaca pesan selanjutnya dari Hakam. Dia tersenyum pahit, betul apa yang dikatakan suaminya. Selamanya dia tak akan pernah dapat tempat di rumahnya sendiri.Sedang sibuk berbalas pesan dengan Hakam, tiba-tiba pintu kam

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 14

    Malam kian merangkak naik, tapi Livia masih belum bisa memejamkan mata sebab disampingnya Keysha tengah telponan dengan kekasihnya. Perempuan itu tak berhenti cekikikan dan bermanja-manja, suaranya yang mendayu-dayu tak hanya mengganggu pendengaran Livia, tapi juga membuat Livia merasa jijik."Key, ini udah malem. Jujur aku terganggu dan nggak bisa tidur gara-gara kamu nggak berhenti telponan dari tadi. Bisa dilanjut besok, nggak?" sewot Livia."Sorry, Mbak." Keysha hanya menjawab singkat, Livia menghela napas dan memilih berbalik membelakangi Keysha.Perempuan itu masih berusaha memejamkan mata, setelah ditegur tadi suara Keysha jadi lebih kecil cenderung berbisik."Nggak bisa sekarang, Sayang. Besok aja, ya, kita ketemu. Aku janji bakal ngasih apa yang mas minta." Samar-samar Livia mendengar pembicaraan Keysha dan pacar virtualnya."Iya, janji. Besok aku bakal puasin kamu, mau berapa ronde juga bakal aku layanin." Keysha kembali cekikikan setelah mengatakan hal itu, sedang Livia han

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 15

    "Kamu ini kenapa, sih, udah kayak setan aja? Muncul ... terus dimana-mana." Karim menggerutu melihat Livia.Pasalnya, jantung laki-laki itu seakan-akan melompat dari tempatnya. Ia tak menduga akan berpapasan dengan Livia di dapur, demi menutupi gugupnya ia malah memarahi sang adik."Lah, aku dari dapur. Yang aneh itu kamu, Bang, ngapain coba jalan ngendap kayak maling takut ketahuan gitu? Emang abang mau kemana?" balas Livia. Ia merasa sedikit aneh dengan sikap Karim saat ini, laki-laki itu selalu marah saat Livia tak sengaja menyapanya."Eng ... aku mau ke ... kamar mandi. Udah, sana minggir!" Karim mendorong bahu Livia hingga perempuan itu terhuyung, setelahnya dia berjalan ke dapur menuju kamar mandi.Tak ambil pusing karena memang sudah terbiasa dengan sikap ketus abangnya, Livia kembali berjalan menuju kamar.Sedang Karim terkejut saat melihat adik iparnya tengah mencuci piring, laki-laki itu mendekati Keysha dan memintanya berhenti."Terus ini gimana, Bang?" tanya Keysha saat Ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 16

    "Ayo! Ngapain masih berdiri disitu?" Hakam menegur Livia yang masih mematung ditempatnya."Ahm ... tapi–""Nggak ada tapi-tapian! Emang apa yang kamu cari di sini? Ketenangan? Kenyamanan? Dapat?" cemooh Hakam penuh sindiran.Livia terdiam. Dadanya berdenyut nyeri, Hakam benar. Untuk mencari ketenangan saja ia tak mampu, pulang ke rumah orang tuanya bukannya mendapat ketenangan malah semakin menambah bebannya."Kenapa diam? Nggak bisa jawab, kan? Makanya nggak usah belagu, udah bener tinggal di rumah malah sok-sokan pengen kabur segala!" oceh Hakam."Hakam! Begitu caramu memperlakukan putriku?" Sofian keluar dari dalam karena mendengar suara Hakam yang cukup keras saat berbicara dengan Livia.Hakam dan Livia sama-sama menoleh, tak sedikit pun Hakam merasa segan terhadap mertuanya. Laki-laki itu malah terkekeh sinis, seolah mencemooh pria itu."Aku mengikuti caramu dan keluargamu dalam memperlakukan Livia, Pak. Memangnya perlakuan kalian terhadap dia sudah lebih baik?" sindir Hakam.Nap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 17

    Sofian masuk sebelum Marni sempat menjawab pertanyaan menantunya, netranya dengan sang istri bertemu tapi cepat wanita itu membuang muka. Setelahnya Marni memilih pergi meninggalkan Hanum dengan rasa penasarannya."Kayak ada yang disembunyiin, deh." Hanum bergumam."Mbak, aku berangkat dulu, ya?" Suara Keysha muncul dari dalam, gadis itu keluar serentak dengan Karim."Iya, kalian hati-hati, ya?" kata Hanum."Mas berangkat, Yank. Kamu jangan capek-capek banget, ya?" Karim mengecup kening istrinya, melihat kemesraan kakak dan Abang iparnya, Keysha membuang muka."Iya, Mas. Aku titip Keysha, ya? Nanti pulangnya jangan lupa tungguin," kata Hanum lagi. Karim hanya mengangguk setelahnya berpamitan.Setelah mengecup tangan kakaknya, Keysha menyusul Karim yang sudah lebih dulu berjalan ke mobil.Hanum memperhatikan langkah sang adik dari belakang, kadang ia merasa risih dan segan pada suami dan mertuanya jika melihat cara berpakaian Keysha yang super ketat itu. Bukan tak pernah ia menegur, ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 18

    Hakam tercengang mendengar permintaan Livia. Cerai? Laki-laki itu menggeleng cepat, bagaimana bisa dia menceraikan istrinya sedang untuk mendapatkannya ia harus bersusah payah."Nggak! Kamu jangan main-main dengan kata cerai, Livia!" sanggah Hakam tak terima."Aku nggak main-main, Mas. Aku serius! Ceraikan saja aku, supaya kamu bisa bebas dengan pilihan hidupmu." Livia menatap Hakam serius."Nggak akan! Sampai kapan pun, aku tak akan pernah menceraikan kamu. Camkan itu!" tegas Hakam menatap Livia nyalang."Kalau begitu, jadi seperti apa yang aku mau, Mas! Atau ... aku yang akan meninggalkanmu." Hakam menoleh mendengar permintaan Livia."Katakan, kau mau aku seperti apa?" tanya Hakam serius."Bersikap adil. Berhenti hanya peduli pada anak-anak kakakmu. Utamakan aku dan Yazeed, bisa?" tantang Livia.Hakam terdiam, dia tampak berpikir sejenak. Namun, tak lama laki-laki itu menganggukkan kepala. Dia setuju dengan permintaan Livia. Menurutnya itu hal sepele, tak cukup berat persyaratan yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 19

    Hanum mencoba menghubungi Karim dan Keysha bergantian, pasalnya mereka belum juga pulang padahal Magrib sudah berlalu sejak tadi."Hanum, kita makan duluan aja. Mungkin Karim lagi banyak kerjaan," ujar Marni menyusul Hanum.Perempuan itu menggeleng cepat. Dia masih saja mondar mandir sambil terus menghubungi sang adik."Ibu sama bapak aja yang makan duluan. Aku biar nungguin mereka dulu," sahut Keysha membuat Marni menghembuskan napas pasrah.Menantunya itu memang sangat setia, Hanum tak akan pernah mau makan makan duluan jika Karim belum pulang. Dia akan makan bersama suaminya, kecuali sudah diberitahu akan pulang terlambat."Key, kalian dimana? Mbak khawatir banget." Hanum langsung melayangkan pertanyaan begitu panggilannya diterima Keysha."Udah deket, Mbak. Bentar lagi nyampe, kok!" sahut Keysha diseberang sana."Hhh ... syukurlah kalau begitu. Mbak benar-benar khawatir, apalagi kalian nggak bisa dihubungi sejak tadi." Hanum menghembuskan napas lega."Yaudah, mbak matikan, ya. Kal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07

Bab terbaru

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 36

    "Bapak?! Ya Allah ... bapak kenapa?" jerit Livia panik begitu melihat keadaan Muis yang cukup memprihatinkan.Pria itu tampak lemas dan pucat. Beruntung ada 2 temannya sesama pengemudi ojek online yang membawa pulang. Masitah dan Alia yang tengah menyantap makan malam pun terkejut begitu mendengar suara Livia. Keduanya sontak melompat dari tempat duduk dan meninggalkan nasi yang belum sepenuhnya habis. Masitah dan Alia berlari menyusul Livia diruang depan dan ikut terkejut saat melihat Muis yang tengah dipapah oleh kedua temannya."Ada apa ini? Bapak kenapa?" cecar Masitah mendekati suaminya yang sudah dibaringkan di ruang depan, Alia bergegas ke kamar dan kembali keluar dengan membawa bantal."Pak Muis tiba-tiba mengeluh pusing tadi, Mbok. Hampir saja beliau jatuh pingsan tadi, beruntung ada teman yang duduk didekatnya," terang salah satu teman yang mengantar Muis, usianya jauh sangat muda."Ya Allah, apa bapak sudah makan?" tanya Masitah yang langsung dijawab dengan gelengan kepala

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 35

    "Yank, kamu ... udah nggak marah lagi sama, Mas, kan?" tanya Karim duduk disamping istrinya yang tengah membaca sebuah novel.Hanum menjauh dengan menggeser sedikit tubuhnya, perempuan itu merasa risih setiap kali sang suami mendekat. Bayangan saat Karim mencumbu sang adik setiap kali ingin memadu kasih selalu saja melintas dibenak Hanum. Terlebih saat ia melihat Karim dan juga Keysha, maka perlahan kebencian dan dendam semakin membara di hati Hanum."Memangnya kamu pikir aku ini manusia tak punya rasa marah? Setelah apa yang kalian lakukan selama ini, masih sempat kamu menanyakan itu padaku?" sinis Hanum melirik suaminya tajam."Selama menikah, kamu adalah manusia paling sabar yang pernah mas temukan, Yank. Bahkan kamu nggak pernah mendiamkan mas lebih dari 1 jam, meski saat itu kamu sedang marah sekali pun. Tapi kenapa sekarang berbeda? Kemana istri mas yang dulu?" Dengan tak tau dirinya, Karim menuntut Hanum untuk tetap memperlakukannya sebaik mungkin setelah kebusukannya terbongka

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 34

    Livia sudah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumah yang sekiranya bisa ia bantu. Kebetulan sekali Yazeed sangat anteng, jadi dia bisa mengerjakan semuanya dengan tenang.Tak lama, terdengar suara motor diluar, setelah itu Alia mengucap salam dan langsung masuk. Gadis itu tercengang melihat keadaan rumah yang sudah rapi dari sebelum ia mengantar sang nenek bekerja. Alia berjalan menuju kamarnya, hanya ada Yazeed yang tengah tertidur pulas. Dimana Livia? Batin gadis itu bertanya."Mbak? Ngapain dicuciin segala? Biar aku aja," cegah Alia begitu melihat Livia yang tengah sibuk menjemur pakaian dihalaman samping rumahnya."Nggak apa, Dek. Mbak nggak enak kalau cuma numpang tinggal. Minimal adalah nyumbang tenaga walau dikit," sahut Livia tanpa menoleh, dia terus melanjutkan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.Livia memang mencucikan pakaian kotor yang sudah Alia kumpulkan didalam keranjang yang ia taruh di dapur. Mungkin terkesan lancang, tapi dia berani saja karena memang kain itu

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 33

    Taksi online yang membawa Hanum berhenti didepan rumah mertuanya. Sebelum benar-benar turun, perempuan itu menghirup udara sepanjang mungkin. Dia berusaha menguatkan hati saat kembali bertemu dengan 2 pengkhianat yang sudah menghancurkan mental serta hatinya.Selesai membayar ongkosnya, Hanum turun dari sana. Ia melangkah berat menuju rumah yang selama 3 tahun lebih ini ditinggalinya. Ia pikir selamanya akan menjadi tempat pulang ternyamannya selain rumah orang tuanya, nyatanya ia salah. Rumah tangga yang selama ini ia pikir harmonis diuji lewat adiknya sendiri."Assalamu'alaikum ...." Hanum mengucap salam, tak ada sahutan seperti biasa.Perempuan itu menghembuskan napas, kemudian membuka pintu yang tak dikunci. Saat ia berjalan masuk, keadaan rumah tampak sepi. Perempuan itu mengerutkan kening, kemana orang-orang?Karena tak ada satu orang pun yang ia jumpai, Hanum memilih mengetuk pintu kamar yang Keysha tempati. Tak lama gadis yang sudah tak lagi gadis itu keluar, melihat penampila

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 32

    "Yuk, Neng kita sarapan dulu," ajak Masitah– istri pengemudi ojek online yang membantu Livia semalam.Pria itu benar-benar membawa Livia ke rumahnya, saat ia datang Masitah dan Alia– cucunya menatap heran. Namun, saat pria bernama Muis itu menceritakan kronologi awalnya, Masitah dan Alia menerimanya dengan senang hati.Di sana, Livia diterima dengan sangat baik. Ia diperlakukan bak keluarga sendiri, perlakuan yang belum pernah ia dapat dari keluarganya sendiri maupun dari keluarga suaminya. Livia merasa terharu, ia bersyukur malam itu dipertemukan dengan Muis yang berhati malaikat.Di dapur rumah sederhana milik Muis, mereka sarapan dengan suasana penuh kehangatan. Meja makan yang biasa hanya diisi 3 orang itu semakin terasa penuh dengan kedatangan Livia. Ternyata kedatangan Livia dan Yazeed menambah keceriaan di rumah itu. Alia sendiri langsung merasa suka pada bayi kecil yang Livia gendong malam itu."Bapak langsung berangkat, ya, Buk." Setelah menghabiskan sarapan dan kopi yang dih

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 31

    Jantung perempuan itu bertalu-talu, keringat dingin mengucur di pelipisnya. Apalagi dia melihat sendiri kakak iparnya mengayunkan langkah menuju tempat persembunyiannya sembari menatap awas sekelilingnya. Livia menahan napas begitu langkah Hana makin mendekat, tanpa ia sangka ... seekor kucing melompat hingga membuat Hana berteriak karena kaget."Dasar kucing sialan! Kirain ada siapa di sana." Terdengar Hana mengumpat. Karena hanya seekor kucing, Hana memutuskan segera masuk kedalam rumah. Dia membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia simpan, perempuan itu pergi dengan kekasihnya secara diam-diam tanpa sepengetahuan anak-anak dan Dania.Setelah yakin Hana masuk dan sudah mengunci pintu, barulah Livia bisa menghembuskan napas lega. Dia kembali bangkit dan berjalan perlahan untuk membuka pintu pagar. Beruntung ia sudah mengantongi kunci cadangan untuk membuka pintu pagar.Krieeett ... Livia kembali menahan napas begitu pintu pagar ia dorong. Pasalnya, pagar itu meninggalkan derit yan

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 30

    Dengan perasaan yang campur aduk, Livia keluar dari kamar dengan tangan menggenggam slip bukti transfer yang ia dapat dari saku celana Hakam.Sesampainya diluar, ternyata suaminya tengah bermain bersama sang anak di ruang tengah. Yazeed terlihat tertawa kecil saat Hakam mengajaknya bercanda. Pemandangan yang baru saja ia temui, belum sebulan ia dan Yazeed menikmati momen kebersamaan yang benar-benar dengan Hakam, laki-laki itu kembali berulah."Ini apa, Mas?" Livia menyodorkan slip bukti transfer tadi pada Hakam.Laki-laki yang tengah bermain dengan anaknya itu menoleh, detik kemudian Hakam tampak terkejut. Livia tersenyum sinis melihatnya, kelihatan sekali jika Hakam berniat menyembunyikan itu darinya."I–itu ... kamu dapat dari mana, Livia?" Hakam terkejut."Jawab saja pertanyaanku. Apa maksudnya ini?" ulang Livia tegas.Beberapa detik menunggu, Livia tak kunjung mendapat jawaban. Laki-laki itu sibuk menyusun kata yang pas untuk diberikan pada sang istri. Hakam merutuki dirinya send

  • Mengemis Maaf Istriku    bab 29

    Keysha yang ditinggal Hanum pulang kampung terpaksa mengurung diri di kamar. Ia hanya akan keluar jika ada hal mendesak. Seperti kali ini, Keysha tiba-tiba merasa haus jadi dia memutuskan ke dapur untuk mengisi botol minumnya."Kamu itu harus mikir, Karim! Memangnya kamu nggak mau punya anak?" Samar-samar Keysha mendengar perbincangan dari arah dapur yang sepertinya adalah Marni dan Karim.Saat Keysha mencoba bersembunyi dan mengintip ke dapur, ternyata dugaannya benar. Di sana, di meja makan Karim dan Marni tengah berbincang dengan mimik wajah yang serius. Entah apa yang tengah ibu dan anak itu bahas, karena penasaran Keysha memutuskan menguping dari balik tembok pembatas dapur dan ruang tengah."Siapa, sih, yang nggak mau punya anak, Bu? Tapi aku maunya dari Hanum, bukan Keysha!" Keysha meremas dadanya yang terasa nyeri akibat mendengar ucapan Karim."Terus dari Hanum dapat? Enggak, kan?" tampik Marni, Karim tak menjawab."Pernikahan kalian sudah mau jalan 4 tahun, loh, Karim. Dan s

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 28

    Beberapa hari sudah berlalu. Sejak malam dimana Hanum dan keluarga Karim berunding, ia masih belum memberi jawaban pasti atas permintaan Marni yang ingin menutupi hubungan Keysha dan Karim dari orang tuanya.Hanum masih abu-abu, dia memikirkan banyak hal. Jika ia memberitahu ibu dan bapaknya, apa mereka tak akan berpikiran? Tapi bagaimana pula jika dia tak memberitahu? Ia yakin, serapat apa pun ia menyembunyikan rahasia itu, pasti akan terbongkar juga lambat laun."Nak, kamu kenapa? Baru datang malah ngelamun." Suara lembut sang ibu membuyarkan lamunan Hanum yang tengah duduk disamping rumahnya.Perempuan itu langsung menoleh dan menyunggingkan senyum semanis mungkin. Ia memang baru saja sampai di kampung, perempuan itu berangkat sendiri dari rumah."Gimana adikmu di sana? Nggak ngerepotin Karim dan keluarganya, kan?" Wanita bernama Atun itu duduk disamping sang putri.Hanum menghela napas pelan, kemudian meneguk sedikit susu hangat buatan ibunya. Dadanya sesak jika harus mengingat ma

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status