Dada pria itu naik turun menahan kemarahan. Telunjuknya mengarah pada wajah Rosa. “Jangan bohong, dulu kamu mengancamku akan menyebarkan video itu, jika aku enggak memberimu sejumlah uang. Aku sudah turuti keinginanmu, Ros, bahkan kamu sudah berjanji untuk menghapusnya, tetapi kamu ingkar!”Rosa menangis bersamaan rasa takut menghadapi kemarahan Himawan. Ia kembali mengingat video lama itu. Perasaannya mengatakan, bahwa video itu telah ia hapus karena takut ketahuan oleh Pandu. Namun, kenapa video itu muncul kembali?“Sudah kubilang, bukan aku!”Plak! Sebuah tamparan kembali melayang di pipi Rosa. Wanita itu meringis, cairan merah mengalir di sudut bibir. Himawan tak percaya dengan pengakuan Rosa. Ia hafal betul bagaimana sifat licik wanita itu. Bahkan, Himawan merasa dibodohi. Dulu, Rosa menjajakan tubuhnya pada Himawan. Rosa pula yang merekam video mereka dengan alasan sebagai kenang-kenangan dan koleksi pribadi. Namun, ternyata wanita itu menjebaknya dan memeras Himawan berkali-ka
Pandu beristigfar di dalam hati. Tubuhnya gemetar melihat aksi liar Rosa dari benda pipih di tangannya. Walaupun Rosa belum memberikan klarifikasi, Pandu yakin, pemeran wanita dalam video yang berdurasi enam belas menit itu adalah Rosa. “Ya, Allah, wanita macam apa yang aku nikahi dulu? Ternyata aku dibutakan oleh nafsu, hingga membuang jodoh terbaik yang engkau berikan. Ampuni aku, ya Allah.”Tetesan air mata kembali jatuh di pipi. Ia pikir, hanya kepada Daniel, Rosa memberikan kehormatannya. Namun ternyata Pandu salah, wanita itu berkencan dengan banyak pria dan sengaja membangkitkan hasrat mereka dengan pose dan permainan liarnya yang menjijikkan. Pandu mengela napas lemah. Di satu sisi ia bersyukur karena kelakuan Rosa terkuak ketika mereka telah berpisah, tetapi di sisi lain ia merasa kasihan pada wanita itu. Rosa memiliki keluarga yang tak harmonis. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih remaja. Masing-masing sudah menikah dan tak ada yang peduli dengan Rosa, hingga wanita
“Sini, aku traktir.” Bryan menarik tangan Zea menuju kasir. Setelah menyelesaikan pembayaran, pria itu mengajak Zea memasuki restoran yang menyajikan masakah khas daerah. Mereka memilih duduk di lesehan yang berada di pojok restoran. Bryan mendekati pelayan dan mulai memesan, sedangkan Zea fokus pada buku yang ia beli. “Rajin belajar, ya, biar lulus menjadi mahasiswi kedokteran.”“Zea akan berusaha, semoga Allah berkehendak.”“Aamiin. aku dukung kamu Zee.”“Kalau kamu bagaimana?”“Aku bercita-cita jadi pengusaha, Zee. Karena itu, aku akan memilih jurusan Manajemen Bisnis atau Teknologi Informasi, supaya bisa menciptakan lapangan pekerjaan, banyak duit, biar bisa sedekah, kemudian nikahi kamu.”Zea terkekeh dan memukul lengan Bryan dengan buku yang dipegangnya. Bryan tersenyum melihat gadis itu kembali ceria. Beberapa kali ia mengeluarkan gombalan, supaya Zea kembali bahagia. Percakapan mereka terhenti, ketika menu pesanan tiba. Zea menatap heran dengan makanan yang dihidangkan. “Ini?
Video panas Rosa dan Himawan begitu cepat beredar di tengah masyarakat. Banyak netizen yang penasaran dengan aksi keduanya, mengingat mereka adalah tokoh publik yang sering muncul di layar kaca. Walaupun keduanya menampik video tersebut, tetapi tak sedikit masyarakat yang percaya bahwa pemerannya adalah Rosa dan Himawan.Beredarnya video syur berdurasi enam belas menit itu tak hanya membuat geger masyarakat, tetapi juga lembaga pemerintah. Bagaimana tidak, orang yang terlibat dalam video tak senonoh itu adalah pejabat tinggi pemerintahan. Banyak pihak dan lembaga yang namanya ikut terseret dan tercemar. Partai politik pengusung Himawan pun menjadi murka. Kepercayaan publik akan partai bersih menjadi sirna, meskipun belum jelas bahwa Himawan pelaku utama.Keresahan masyarakat ini membuat pihak kepolisian bertindak. Pemanggilan pelaku utama untuk pemeriksaan telah dilayangkan kepada Rosa dan Himawan. Pihak pertama yang diundang adalah Himawan, selisih satu hari dengan Rosa. Keduanya se
Rosa terbangun, ketika suara ribut dari ruang tamu terdengar. Wanita itu memakai piama, kemudian melangkah keluar. Dahinya mengernyit, ketika Meri—asisten rumah tangganya—berdebat dengan seorang wanita yang tak ia kenal. “Ada apa?” tanya Rosa yang berdiri di ujung tangga lantai dua. Seorang wanita dewasa tersenyum sinis menatap Rosa. Ia berjalan menaiki anak tangga mendekati wanita itu. “Kamu Rosalina?” tanyanya menatap Rosa dari atas sampai bawah.“Anda siapa, ada perlu apa malam-malam datang ke sini?” tanya Rosa tanpa menjawab pertanyaan wanita cantik yang tubuh dan wajahnya tampak terawat.Dengan gerak cepat, wanita itu mendekati Rosa. “Aku Sekar, istri dari Himawan.”Seketika Rosa kaget, tetapi ia mencoba mengatasi diri untuk tak menampakkan rasa takut pada wanita itu. “Apa tujuan Anda ke sini?” Dada Sekar naik turun menahan kemarahan. “Apa kamu berselingkuh dengan suamiku?” Rosa tersenyum sinis. “Sudah aku katakan di media, bahwa aku dan suamimu enggak saling kenal. Itu hanya
“Putri Bapak sakit.”Seketika tubuh Pandu mendadak tegang mendengar berita yang disampaikan Istaz Fahri. Sibuk menata hatinya yang rapuh, hingga Pandu lalai akan tugasnya sebagai seorang ayah yang harus memberikan kasih sayang pada putrinya. Pandu takut sesuatu yang buruk terjadi pada Zea. “Pulanglah, putri Bapak butuh Bapak,” ungkap Ustaz Fahri. Pandu bergegas mengemasi barang-barangnya. Ia tak bisa menunggu lama, bahkan pria itu segera memesan tiket pesawat agar bisa cepat sampai ke rumah. Ustaz Fahri mengantar Pandu ke bandara dengan menggunakan minibus pondok. Sepanjang jalan, Pandu tak tenang. Tangisan Zea ketika mereka berpisah kembali menyentuh hatinya.“Astagfirullah.” Pandu beristigfar. “Saya terlalu egois memikirkan hati yang lemah, hingga saya lupa jika ada hati yang harus saya jaga,” ungkap Pandu dengan mata berkaca-kaca.Ustaz Fahri menepuk pundak Pandu. “Insyaallah, tobat Bapak diterima Allah. Air mata yang jatuh saat memohon ampunan Allah akan mampu memadamkan api ner
Zea mulai tak tenang. Pandu pamit setengah jam yang lalu, tetapi pria itu belum juga kembali. Mata Zea yang mulai berat tak henti menatap pintu yang tertutup. Ia berharap, pintu itu segera terbuka menampakkan wajah teduh pria yang sangat ia rindukan. “Ma, nanti Papa balik lagi enggak, Ma?” “Iya, Papa pergi salat ke masjid, jadi agak lama.” “Kalau Papa pergi dan enggak kembali, bagaimana Ma? Zea takut, Papa menghilang seperti kita dulu.”Alina menenangkan hati putrinya. “Papa enggak akan meninggalkan Zea. Sekarang istirahat, ya.”Zea memejamkan mata. Efek obat membuatnya terserang kantuk, hingga tak butuh waktu lama membawa gadis itu berlalu ke alam mimpi.Alina duduk bersandar di sofa. Matanya menatap layar datar yang menyala di dinding. Sejak dulu, Alina tak suka menonton televisi, apalagi enam tahun lalu mereka tak memiliki perangkat elektronik tersebut. Perlahan pintu terbuka, sosok Pandu masuk membawa beberapa bungkus makanan, kemudian meletakkannya di atas meja. Ia mendekati Z
Rosa menangis. Ia tak tahu harus bagaimana. Namanya sudah tercemar. Tubuh yang ia tutupi dengan busana syar’i, kini menjadi tontonan gratis semua orang. Bahkan, nasihat agama yang pernah ia sampaikan di media sosial menjadi bahan ocehan orang. “Saya harus bagaimana, Pak Miftah?” Miftah berdiskusi dengan timnya. Mereka menimbang setiap langkah yang akan diambil dan dampak yang terjadi terhadap kliennya. “Menurut saya, Ibu harus jujur dan meminta maaf pada masyarakat. Jika Ibu terus menampik, pihak yang merasa tertuduh akan makin gencar menyerang Ibu. Dilihat dari bukti yang mereka punya, posisi mereka sangat kuat, dan prediksi saya kita akan kalah.”Rosa memijit kepala. Uang yang ia keluarkan begitu banyak untuk membayar pengacara hebat ini, tetapi tetap saja tak bisa memperbaiki apa yang telah terjadi. “Saya enggak sanggup. Saya mohon, Bapak yang mengklarifikasi hal ini ke publik,” pinta Rosa seraya bangkit. Dengan langkah gontai, wanita itu berjalan menuju kamar.Tiba di kamar, wani
“Maaf, saya datang terlambat,” ucap Alina dengan seulas senyum di bibir. Tak ada makian, sumpah serapah atau tatapan sinis padanya.Rosa tak menjawab, ia beralih memandang Daniel yang berdiri dari duduknya kemudian menghampiri mereka. Melihat penampilan Alina yang mewah dan berkelas, Rosa menjadi minder. “Silakan masuk, Bu,” ucap Daniel seraya membuka pintu lebar. Melihat sikap Daniel, Rosa yakin jika lelaki inilah yang mengundang Alina. “Sama siapa?” tanya Daniel seraya melirik ke arah jalan. Belum sempat Alina menjawab, lelaki itu telah berlalu mendekati mobil yang terparkir, kemudian berbicara dengan si pengemudi. Tak lama, pintu mobil pun terbuka menampakkan sosok tampan dan tinggi mirip Pandu Dirgantara keluar dari mobil mewah itu. Rosa terpana dan sedikit kecewa. Padahal, ia merindukan mantan suaminya.Mereka duduk di lantai yang beralaskan karpet. Ruang tamu Rosa masih kosong karena saat prosesi pernikahan terjadi, kursi tamu dipindahkan ke carport agar ruangan menjadi luas
Laki-laki tiga puluh tahunan itu mulai berperan menjadi seorang ayah. Ia tak bisa meninggalkan gadis itu bergitu lama. Bahkan, Daniel terus melakukan pendekatan dan mempelajari apa yang disukai putrinya. Apalagi sikap Shanum yang mulai terbuka dan menyanyangi Daniel, membuat mereka cepat akrab. “Nanti papa jemput Shanum, ya!” ucap gadis itu setelah turun dari mobil. Ia mencium tangan Daniel kemudan memeluk lelaki itu. Shanum sangat bangga ketika satu persatu teman-temannya melihat sosok Daniel. Walaupun tak berorasi, tapi sikap Shanum seolah-olah memberitahukan pada mereka bahwa ‘Ini adalah papanya.’Daniel mengusap kepala putrinya kemudian melayangkan ciuman sebelum gadis itu beranjak menuju kelas. Sesekali, kepala mungil itu menoleh dan melambaikan tangan pada Daniel yang menatapnya tanpa kedip. “Dada, papa!” teriaknya dari kejauhan. Daniel membalas. Dada lelaki itu bergetar dan terasa sesak. Setelah sekian lama hidup tak tentu arah, kini, Daniel merasa menjadi seorang yang sa
“Rasanya seperti digigit semut.”Seketika ucapan Shanum kembali terngiang kala Pandu mengajaknya pergi. Gadis itu juga bercerita ia digigit semut di rumah sakit. Rosa tersenyum masam mengingat bagaimana usaha Pandu mencari kebenaran tanpa melibatkan dirinya.Hidup begitu cepat berubah, harta, kedudukan dan nama baik dalam sekejap lenyap. Rosa yang dulu begitu angkuh dan sombong, kini tak berdaya. Daniel berbeda dengan Pandua, ia bukanlah laki-laki yang paham agama, sekeras apapun Rosa menjelaskan nasab anak yang lahir di luar pernikahan, Daniel tetap pada pendiriannya bahwa, ia adalah seorang ayah meski dengan cara yang salah. Rosa mengusap kepala Shanum. Ia memejamkan mata seraya berdoa agar nasib baik berpihak kepadanya. Apapapun hasilnya nanti, ia akan lakukan segala cara untuk mempertahankan Shanum dalam hidupnya. ***SPW***Rosa mengusap wajahnya setelah bermunajat kepada Allah. Semenjak kedatangan Daniel, hati wanita itu tak tenang. Ingin rasanya ia lari, tapi tak tau kemana a
Pandu terdiam sejenak, ia menatap sorot mata Daniel. “Kenapa kamu ingin mengetahuinya? Apa kamu ingin menghancurkannya melalui anak itu?” Tatapan Pandu berubah tak bersahabat. “Aku tau, kamulah yang menyebarkan video tak senonoh Rosa. Sudah cukup kamu menghancurkan hidupnya. Jangan lakukan perbuatan itu lagi. Apalagi melibatkan Shanum-anak yang tak berdosa itu.”Daniel menghela napas lemah. Ia tau, kesalahan yang telah ia lakukan begitu besar. “Saya minta maaf, saya akui, memang saya yang melakukannya. Tapi, setelah melihatnya hancur, bukan kepuasan yang saya dapatkan melainkan rasa bersalah yang menghantui setiap hari.”Pandangan Daniel menerawang mengingat bagaimana kejahatannya hingga membuat Rosa hancur. Bahkan, wanita itu hanya pasrah dan tak pernah menuntutnya meski Rosa tau bahwa Daniellah yang telah mengungkap aib itu ke publik. “Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan mereka. Melihat gadis kecil itu, entah kenapa saya seperti melihat diri saya dalam dirinya. Saya yakin
Wanita itu menggeleng. Rosa yang kehilangan putrinya mendadak takut dan cemas. Beberapa karyawan dan petugas keamanan mall mulai mencari Shanum melalui pengeras suara dan menyusuri area mall. Rosa berlari menuju satu persatu tempat yang kemungkinan dikunjungi putrinya hingga berakhir di salah satu toko mainan.Shanum tampak tersenyum pada seorang pria yang berjongkok mensejajarkan tinggi dengannya seraya memegang sebuah boneka Panda. Hati Rosa menjadi lega karena telah menemukan Shanum meski ada rasa khawatir dengan sosok lelaki itu.“Shanum!” panggil Rosa hingga membuat keduanya menoleh dan berdiri menghadap pada Rosa. “Mama, om itu beliin aku boneka ini, lucu kan?” tanya Shanum sambil menyodorkan boneka panda ke wajah Rosa.Rosa mengangguk dan tersenyum paksa. “Sudah bilang terima kasih?” Gadis kecil itu menoleh pada sosok lelaki yang dari tadi menatap Rosa lekat.“Makasih, Om,” ujar Shanum polos.Daniel tersenyum seraya mengusap kepala Shanum. Rosa menarik tangan putrinya menj
Suara jeritan dan rintih kesakitan terdengar di sebuah ruang bersalin rumah sakit swasta. Alina berjalan mondar mandir dan tak tenang membayangkan putrinya yang sedang berjuang di dalam sana. Sebagai ibu, ia bisa merasakan apa yang putrinya rasakan. Dua kali Alina bertarung melawan maut untuk menghadirkan dua buah cintanya melalui persalinan normal.Genggaman tangan Zea begitu kuat mencengkram jemari Bryan. Berkali-kali wanita itu mengikuti petunjuk dokter kandungan agar bisa melahirkan buah cintanya. Peluh Zea berjatuhan membasahi tubuhnya bersamaan titik air mata Bryan yang jatuh karena tak sanggup melihat sang istri kesakitan. “Ayo, Zee, kamu pasti bisa,” ucap dengan suara bergetar. Ia tak peduli dengan tangannya yang terasa sakit karena cengkraman Zea yang begitu kuat. Bryan mencium pucuk kepala Zea seraya melafazkan doa. Nafas Zea mulai memburu bersamaan dorongan bayi yang ikut berjuang menatap dunia. Seketika senyumnya tercipta mendengar suara tangis menggema di ruangan itu.
Beberapa Bulan kemudian ....Bertempat di halaman rumahnya yang luas, Zidan yang kini berusia satu tahun mulai melangkahkan kaki kecilnya di atas rumput hijau yang sangat terawat. Pandu merentangkan kedua tangan seraya memanggil nama putranya. Kaki kecil Zidan melangkah menuju sang papa yang disambut dengan gembira oleh Pandu.Alina yang melihat interaksi keduanya sangat bahagia. Tawa Zidan menggema. Ia merentangkan kedua tangan, ketika Pandu mengayunkan tubuh kecilnya seperti akan terbang. Pria itu tampak makin sehat dan muda, meski usianya hampir setengah abad. Senyumnya begitu merekah dan kebahagiaan begitu terlihat dari bibirnya yang tak henti tertawa. Bahkan, sorot matanya mengisyaratkan begitu banyak cinta untuk wanita yang berdiri di sampingnya.Sementara itu, tak jauh dari sana, seorang wanita memakai gamis dan sebagian wajahnya tertutup cadar. Ia berdiri, terpaku menatap keluarga bahagia itu. Hampir setiap hari ia berdiri di balik pagar rumah hanya untuk melihat pria yang hi
Kehadiran anggota baru keluarga membuat rumah mewah Pandu menjadi ceria. Suara tangis, tawa, dan celoteh kecil terdengar bak mantra yang mampu menghipnotis para penghuninya. Zea dan Bryan lebih banyak bermalam di rumah itu, supaya bisa dekat dengan adik kecilnya. Sedangkan Zyan menghabiskan waktu luangnya setelah pulang bekerja untuk mengasuh Zidan. Laki-laki kecil itu menjadi pusat perhatian. Kehadirannya seperti magnet yang menarik semua anggota keluarga untuk berkumpul. Kebahagiaan Pandu makin bertambah, perusahaan mereka makin maju. Zyan mewarisi bakat Pandu dalam berbisnis. Ia begitu pintar mengelola perusahaan dan jeli dalam membaca peluang. Pandu sangat bangga, ketika menghadiri rapat petinggi perusahaan untuk mendengar perkembangan perusahaan sekaligus kerja sama baru yang sedang mereka kerjakan. Zyan dan Bryan bekerja sama dalam menggarap sebuah proyek pemerintah yang sangat menantang dalam skala besar. Pandu dan Bagas tersenyum dan saling melirik, ketika kedua pria muda itu
Rosa hanya bisa menunduk dengan air mata berlinang saat mendatangi Ustazah Ana. Ia malu dan merasa hina, setelah semua aibnya terbongkar. Walaupun wanita itu tak pernah mengusik masa lalunya, tetapi Rosa yakin, Ustazah Ana mengetahui semuanya. Apalagi ia pernah sombong dan menolak nasihat wanita itu hingga memblokir kontak Ustazah Ana. Kini, ia terpaksa menjilat ludah sendiri. “Maafkan saya, Ustazah, saya salah. Saya menyesal, karena enggak mengikuti nasihat Ustazah,” lirih Rosa penuh penyesalan.Ustazah Ana menatap Rosa yang bersimbah air mata. Dengan terbata-bata, Rosa menceritakan perjalanan hidupnya yang kelam dan tak bahagia. Tak hanya itu, dosa-dosa yang telah ia perbuat ikut terucap dari bibirnya hingga menjelaskan bagaimana buruknya seorang Rosalina di masa lalu.“Hijrah itu harus dari hati yang terdalam. Benar-benar ingin berubah dan siap menjalani kehidupan sesuai tuntunan agama. Hijrah akan terasa sangat berat bagi hamba yang mengagungkan dunia. Perbaiki diri, niatkan dal