Share

Part 67

Penulis: Shafira Prameswari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zea mulai tak tenang. Pandu pamit setengah jam yang lalu, tetapi pria itu belum juga kembali. Mata Zea yang mulai berat tak henti menatap pintu yang tertutup. Ia berharap, pintu itu segera terbuka menampakkan wajah teduh pria yang sangat ia rindukan. “Ma, nanti Papa balik lagi enggak, Ma?”

“Iya, Papa pergi salat ke masjid, jadi agak lama.”

“Kalau Papa pergi dan enggak kembali, bagaimana Ma? Zea takut, Papa menghilang seperti kita dulu.”

Alina menenangkan hati putrinya. “Papa enggak akan meninggalkan Zea. Sekarang istirahat, ya.”

Zea memejamkan mata. Efek obat membuatnya terserang kantuk, hingga tak butuh waktu lama membawa gadis itu berlalu ke alam mimpi.

Alina duduk bersandar di sofa. Matanya menatap layar datar yang menyala di dinding. Sejak dulu, Alina tak suka menonton televisi, apalagi enam tahun lalu mereka tak memiliki perangkat elektronik tersebut. Perlahan pintu terbuka, sosok Pandu masuk membawa beberapa bungkus makanan, kemudian meletakkannya di atas meja. Ia mendekati Z
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 68

    Rosa menangis. Ia tak tahu harus bagaimana. Namanya sudah tercemar. Tubuh yang ia tutupi dengan busana syar’i, kini menjadi tontonan gratis semua orang. Bahkan, nasihat agama yang pernah ia sampaikan di media sosial menjadi bahan ocehan orang. “Saya harus bagaimana, Pak Miftah?” Miftah berdiskusi dengan timnya. Mereka menimbang setiap langkah yang akan diambil dan dampak yang terjadi terhadap kliennya. “Menurut saya, Ibu harus jujur dan meminta maaf pada masyarakat. Jika Ibu terus menampik, pihak yang merasa tertuduh akan makin gencar menyerang Ibu. Dilihat dari bukti yang mereka punya, posisi mereka sangat kuat, dan prediksi saya kita akan kalah.”Rosa memijit kepala. Uang yang ia keluarkan begitu banyak untuk membayar pengacara hebat ini, tetapi tetap saja tak bisa memperbaiki apa yang telah terjadi. “Saya enggak sanggup. Saya mohon, Bapak yang mengklarifikasi hal ini ke publik,” pinta Rosa seraya bangkit. Dengan langkah gontai, wanita itu berjalan menuju kamar.Tiba di kamar, wani

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 69

    Pandu duduk di kursi dan mendekatkan diri pada putrinya yang terbaring. Diraihnya jari lentik Zea, kemudian menciumnya dengan penuh cinta. Perlakuan manis Pandu membuat Zea nyaman. Ia menyandarkan kepalanya ke lengan Pandu. Zea sangat bahagia bisa sedekat ini dengan papanya. Dulu, Alina dan Pandu akan memeluknya bersamaan jika Zea sakit. Sekarang, hal itu tak bisa terjadi lagi. Salah satu dari mereka harus menjaga jarak, karena hukum agama melarang untuk berdekatan.“Pa, Papa tinggal di mana?” tanya Zea penasaran.“Kenapa?”“Jika Zea sudah sembuh, Zea ingin berkunjung ke rumah Papa dan menginap di sana. Boleh, kan, Ma?” tanya Zea menatap Alina.Alina mengangguk.Pandu terdiam. Ia masih menempati rumah sederhana yang tentu tak sehat untuk putrinya. Jika Zea berkunjung atau menghabiskan malam di rumah itu, sudah pasti ia tak tega. Pandu harus segera mencari tempat tinggal baru yang lebih sehat dan nyaman. “Nanti Papa akan ajak Zea ke tempat tinggal Papa. Yang penting, sekarang Zea sembu

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 70

    “Maaf, Mas. Aku saat bahagia dengan kehadiranmu, hingga lupa akan status kita.”Pandu tak menanggapi. Ia beristigfar dalam hati, dan memohon pada Allah agar dilindungi dari rayuan wanita itu. Jangan sampai ia terjerat jebakan Rosa untuk kedua kalinya. Pria itu pun berjalan menuju ruang keluarga. “Aku senang kamu datang, Mas,” ucap Rosa memecah lamunan Pandu. Kini penampilannya telah berubah. Gamis syar’i berwarna hitam seperti memberi tahu bahwa wanita itu sedang berduka.Keduanya duduk di ruang keluarga yang terhubung dengan dapur. Pandu menatap Rosa lekat, ia melihat ada bekas luka di wajah Rosa, kantong mata yang menebal, dan tubuh yang tampak kurus. Pria itu menghela napas lemah, ia mencoba tak peduli, dan tak akan bertanya tentang keadaan Rosa.“Bantu aku, Mas. Masalah yang aku hadapi sangat berat,” lirih Rosa. Wanita itu menangis menceritakan masalah yang ia hadapi. Pandu hanya diam dan tak tersentuh dengan tangis Rosa tentang nama baik yang tercoreng, keuangan yang menipis, d

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 71

    “Sini, main sama Tante, yuk,” ajak perawat wanita itu membawa Shanum ke dalam gendongan, kemudian memberikan sebuah boneka beruang untuk mengalihkan perhatian.Dokter Rahmat bersiap. Ia mengambil posisi di belakang Shanum, agar gadis itu tak melihat jarum yang ia pegang. “Om Dokter pinjam tangannya satu, ya,” bujuk dokter kepala empat itu. Shanum menurut. Ia memberikan tangan kanannya, sedangkan Pandu dan dua perawat mengalihkan perhatian Shanum.“Aw!” Shanum berteriak, ketika jarum menerobos pembuluh darahnya.“Halo, Shanum. Kamu digigit semut?” tanya seorang perawat dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar lucu.Gadis kecil itu terkekeh mendengar aksi perawat yang berhasil membuatnya tak fokus pada rasa nyeri di tangan. Dengan sigap, dokter menyelesaikan tugasnya. Ia tampak tenang dan ikut bermain sebentar agar Shanum melupakan apa yang terjadi. Shanum tampak tak nyaman. Ia menggerak-gerakkan tangannya yang terasa nyeri. “Sakit, Pa.”“Seperti apa sakitnya?” tanya dokter itu.“

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 72

    Himawan tak bisa lari dari kenyataan. Indra Megantara tak gentar melawan, hingga pria itu tak mampu berkutik. Apalagi netizen dan masyarakat mendukung Indra mengungkap kebenaran ini. Masalah yang dihadapi Himawan membawa keberuntungan tersendiri pada Indra. Dirinya tak perlu susah payah meraih simpati publik untuk merekrut suara di pilkada nanti.Dengan sangat menyesal, Himawan harus mengakui perbuatannya dan mundur dari pencalonan pemilihan kepala daerah. Tak hanya itu, ia juga dipecat dari partai politik yang membesarkan namanya. “Saya Himawan Kartadinata, dengan ini menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, keluarga, sahabat, partai politik, dan semua pendukung saya atas kekhilafan yang saya lakukan.” “Kejadian itu terjadi enam tahun lalu, dan saya enggak mengira jika dosa lama akan datang memberi ganjaran di waktu yang enggak terduga. Pihak berwajib telah menghapus video tersebut di internet. Saya harap pada masyarakat yang masih menyimpan video itu untuk

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 73

    Hari ujian masuk perguruan tinggi pun tiba. Pandu menepati janjinya. Ia mempersiapkan diri sejak pagi agar putrinya tak terlambat. Zea keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Kartu ujian dan alat tulis telah dipersiapkan tadi malam. Bahkan, beberapa hari belakangan ia belajar dengan giat untuk mengejar ketertinggalan. Keinginan Zea untuk bisa masuk fakultas kedokteran makin kuat, setelah menyadari begitu dibutuhkannya seorang dokter oleh pasien.Sebelum berangkat, Zea berpamitan pada Alina. “Doain, ya, Ma. Semoga ujiannya lancar,” pinta Zea seraya mencium punggung tangan wanita itu.“Iya, Sayang. Semoga hasilnya memuaskan dan Zea lulus.”Pandu tersenyum melihat interaksi dua bidadari yang sangat ia sayangi. Bak seorang putri, Pandu membuka pintu mobil dan mempersilakan Zea masuk. “Aku berangkat dulu, Lin,” pamitnya yang dibalas Alina dengan anggukan.Mobil melaju meninggalkan rumah mewah itu. Hari ini Zea berada dalam kondisi hati yang sangat baik. Walaupun orang tuanya berpisah, te

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 74

    Setelah hampir dua minggu menunggu, panggilan Dokter Rahmat menggema di ponsel Pandu. Pria itu menyampaikan bahwa hasil tes DNA dirinya dan Shanum telah keluar. Dengan langkah cepat dan dada berdebar, Pandu berjalan memasuki ruangan Dokter Rahmat. Sebuah surat berlogo rumah sakit tempat pemeriksaan dilakukan ia berikan pada Pandu. Dengan saksama, Pandu membaca tiap kata yang ada di sana. Matanya berembun dan hatinya hancur setelah membaca kesimpulan terakhir yang mengungkap sebuah fakta. 'Probabilitas Pandu Dirgantara sebagai ayah biologis dari Shanum Roselia Dirgantara adalah 0%. Oleh karena itu, Pandu Dirgantara sebagai ayah dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai ayah biologis dari Shanum Roselia Dirgantara.'Tangan Pandu bergetar membaca hasil tes yang menunjukkan ketidakcocokan DNA Shanum dengan dirinya. Pandu sakit, kecewa, dan marah. Ia telah dibohongi Rosa. Karena iman yang lemah dan akal yang mudah dikendalikan nafsu, Pandu terperangkap jebakan Rosa. Ia seperti pria bodo

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 75

    Pandu menghela napas berat, setelah keluar dari mobil. Ia mengayunkan langkah menuju rumah dua lantai yang ia hadiahi untuk Rosa. Kehadiran pria itu disambut ramah oleh Meri. Wanita itu bergegas menuju kamar majikannya yang beberapa hari lalu mengurung diri semenjak pulang dari kantor polisi.“Mas,” lirih Rosa. Wanita itu berlari menuruni anak tangga menemui, Pandu yang memandangnya datar “Aku bersyukur kamu datang, Mas. Aku butuh bantuanmu.”“Aku ingin bicara,” ucap Pandu tanpa terusik dengan air mata Rosa. Pria itu berjalan menuju lantai dua diikuti Rosa. Mereka duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. Keduanya saling berhadapan dihalangi sebuah meja kaca.Meri datang menyuguhkan dua cangkir teh dan beberapa makanan ringan. Wanita itu beringsut mundur, setelah meletakkan minuman di atas meja.“Aku juga ingin bicara denganmu, Mas,” lirih Rosa.Pandu menatap wanita yang tampak lusuh dan lemah itu. “Silakan kamu bicara duluan.”Rosa menghela napas lemah, ia bingung harus mulai dari ma

Bab terbaru

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 119

    “Maaf, saya datang terlambat,” ucap Alina dengan seulas senyum di bibir. Tak ada makian, sumpah serapah atau tatapan sinis padanya.Rosa tak menjawab, ia beralih memandang Daniel yang berdiri dari duduknya kemudian menghampiri mereka. Melihat penampilan Alina yang mewah dan berkelas, Rosa menjadi minder. “Silakan masuk, Bu,” ucap Daniel seraya membuka pintu lebar. Melihat sikap Daniel, Rosa yakin jika lelaki inilah yang mengundang Alina. “Sama siapa?” tanya Daniel seraya melirik ke arah jalan. Belum sempat Alina menjawab, lelaki itu telah berlalu mendekati mobil yang terparkir, kemudian berbicara dengan si pengemudi. Tak lama, pintu mobil pun terbuka menampakkan sosok tampan dan tinggi mirip Pandu Dirgantara keluar dari mobil mewah itu. Rosa terpana dan sedikit kecewa. Padahal, ia merindukan mantan suaminya.Mereka duduk di lantai yang beralaskan karpet. Ruang tamu Rosa masih kosong karena saat prosesi pernikahan terjadi, kursi tamu dipindahkan ke carport agar ruangan menjadi luas

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 118

    Laki-laki tiga puluh tahunan itu mulai berperan menjadi seorang ayah. Ia tak bisa meninggalkan gadis itu bergitu lama. Bahkan, Daniel terus melakukan pendekatan dan mempelajari apa yang disukai putrinya. Apalagi sikap Shanum yang mulai terbuka dan menyanyangi Daniel, membuat mereka cepat akrab. “Nanti papa jemput Shanum, ya!” ucap gadis itu setelah turun dari mobil. Ia mencium tangan Daniel kemudan memeluk lelaki itu. Shanum sangat bangga ketika satu persatu teman-temannya melihat sosok Daniel. Walaupun tak berorasi, tapi sikap Shanum seolah-olah memberitahukan pada mereka bahwa ‘Ini adalah papanya.’Daniel mengusap kepala putrinya kemudian melayangkan ciuman sebelum gadis itu beranjak menuju kelas. Sesekali, kepala mungil itu menoleh dan melambaikan tangan pada Daniel yang menatapnya tanpa kedip. “Dada, papa!” teriaknya dari kejauhan. Daniel membalas. Dada lelaki itu bergetar dan terasa sesak. Setelah sekian lama hidup tak tentu arah, kini, Daniel merasa menjadi seorang yang sa

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 117

    “Rasanya seperti digigit semut.”Seketika ucapan Shanum kembali terngiang kala Pandu mengajaknya pergi. Gadis itu juga bercerita ia digigit semut di rumah sakit. Rosa tersenyum masam mengingat bagaimana usaha Pandu mencari kebenaran tanpa melibatkan dirinya.Hidup begitu cepat berubah, harta, kedudukan dan nama baik dalam sekejap lenyap. Rosa yang dulu begitu angkuh dan sombong, kini tak berdaya. Daniel berbeda dengan Pandua, ia bukanlah laki-laki yang paham agama, sekeras apapun Rosa menjelaskan nasab anak yang lahir di luar pernikahan, Daniel tetap pada pendiriannya bahwa, ia adalah seorang ayah meski dengan cara yang salah. Rosa mengusap kepala Shanum. Ia memejamkan mata seraya berdoa agar nasib baik berpihak kepadanya. Apapapun hasilnya nanti, ia akan lakukan segala cara untuk mempertahankan Shanum dalam hidupnya. ***SPW***Rosa mengusap wajahnya setelah bermunajat kepada Allah. Semenjak kedatangan Daniel, hati wanita itu tak tenang. Ingin rasanya ia lari, tapi tak tau kemana a

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 116

    Pandu terdiam sejenak, ia menatap sorot mata Daniel. “Kenapa kamu ingin mengetahuinya? Apa kamu ingin menghancurkannya melalui anak itu?” Tatapan Pandu berubah tak bersahabat. “Aku tau, kamulah yang menyebarkan video tak senonoh Rosa. Sudah cukup kamu menghancurkan hidupnya. Jangan lakukan perbuatan itu lagi. Apalagi melibatkan Shanum-anak yang tak berdosa itu.”Daniel menghela napas lemah. Ia tau, kesalahan yang telah ia lakukan begitu besar. “Saya minta maaf, saya akui, memang saya yang melakukannya. Tapi, setelah melihatnya hancur, bukan kepuasan yang saya dapatkan melainkan rasa bersalah yang menghantui setiap hari.”Pandangan Daniel menerawang mengingat bagaimana kejahatannya hingga membuat Rosa hancur. Bahkan, wanita itu hanya pasrah dan tak pernah menuntutnya meski Rosa tau bahwa Daniellah yang telah mengungkap aib itu ke publik. “Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan mereka. Melihat gadis kecil itu, entah kenapa saya seperti melihat diri saya dalam dirinya. Saya yakin

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 115

    Wanita itu menggeleng. Rosa yang kehilangan putrinya mendadak takut dan cemas. Beberapa karyawan dan petugas keamanan mall mulai mencari Shanum melalui pengeras suara dan menyusuri area mall. Rosa berlari menuju satu persatu tempat yang kemungkinan dikunjungi putrinya hingga berakhir di salah satu toko mainan.Shanum tampak tersenyum pada seorang pria yang berjongkok mensejajarkan tinggi dengannya seraya memegang sebuah boneka Panda. Hati Rosa menjadi lega karena telah menemukan Shanum meski ada rasa khawatir dengan sosok lelaki itu.“Shanum!” panggil Rosa hingga membuat keduanya menoleh dan berdiri menghadap pada Rosa. “Mama, om itu beliin aku boneka ini, lucu kan?” tanya Shanum sambil menyodorkan boneka panda ke wajah Rosa.Rosa mengangguk dan tersenyum paksa. “Sudah bilang terima kasih?” Gadis kecil itu menoleh pada sosok lelaki yang dari tadi menatap Rosa lekat.“Makasih, Om,” ujar Shanum polos.Daniel tersenyum seraya mengusap kepala Shanum. Rosa menarik tangan putrinya menj

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 114

    Suara jeritan dan rintih kesakitan terdengar di sebuah ruang bersalin rumah sakit swasta. Alina berjalan mondar mandir dan tak tenang membayangkan putrinya yang sedang berjuang di dalam sana. Sebagai ibu, ia bisa merasakan apa yang putrinya rasakan. Dua kali Alina bertarung melawan maut untuk menghadirkan dua buah cintanya melalui persalinan normal.Genggaman tangan Zea begitu kuat mencengkram jemari Bryan. Berkali-kali wanita itu mengikuti petunjuk dokter kandungan agar bisa melahirkan buah cintanya. Peluh Zea berjatuhan membasahi tubuhnya bersamaan titik air mata Bryan yang jatuh karena tak sanggup melihat sang istri kesakitan. “Ayo, Zee, kamu pasti bisa,” ucap dengan suara bergetar. Ia tak peduli dengan tangannya yang terasa sakit karena cengkraman Zea yang begitu kuat. Bryan mencium pucuk kepala Zea seraya melafazkan doa. Nafas Zea mulai memburu bersamaan dorongan bayi yang ikut berjuang menatap dunia. Seketika senyumnya tercipta mendengar suara tangis menggema di ruangan itu.

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 113

    Beberapa Bulan kemudian ....Bertempat di halaman rumahnya yang luas, Zidan yang kini berusia satu tahun mulai melangkahkan kaki kecilnya di atas rumput hijau yang sangat terawat. Pandu merentangkan kedua tangan seraya memanggil nama putranya. Kaki kecil Zidan melangkah menuju sang papa yang disambut dengan gembira oleh Pandu.Alina yang melihat interaksi keduanya sangat bahagia. Tawa Zidan menggema. Ia merentangkan kedua tangan, ketika Pandu mengayunkan tubuh kecilnya seperti akan terbang. Pria itu tampak makin sehat dan muda, meski usianya hampir setengah abad. Senyumnya begitu merekah dan kebahagiaan begitu terlihat dari bibirnya yang tak henti tertawa. Bahkan, sorot matanya mengisyaratkan begitu banyak cinta untuk wanita yang berdiri di sampingnya.Sementara itu, tak jauh dari sana, seorang wanita memakai gamis dan sebagian wajahnya tertutup cadar. Ia berdiri, terpaku menatap keluarga bahagia itu. Hampir setiap hari ia berdiri di balik pagar rumah hanya untuk melihat pria yang hi

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 112

    Kehadiran anggota baru keluarga membuat rumah mewah Pandu menjadi ceria. Suara tangis, tawa, dan celoteh kecil terdengar bak mantra yang mampu menghipnotis para penghuninya. Zea dan Bryan lebih banyak bermalam di rumah itu, supaya bisa dekat dengan adik kecilnya. Sedangkan Zyan menghabiskan waktu luangnya setelah pulang bekerja untuk mengasuh Zidan. Laki-laki kecil itu menjadi pusat perhatian. Kehadirannya seperti magnet yang menarik semua anggota keluarga untuk berkumpul. Kebahagiaan Pandu makin bertambah, perusahaan mereka makin maju. Zyan mewarisi bakat Pandu dalam berbisnis. Ia begitu pintar mengelola perusahaan dan jeli dalam membaca peluang. Pandu sangat bangga, ketika menghadiri rapat petinggi perusahaan untuk mendengar perkembangan perusahaan sekaligus kerja sama baru yang sedang mereka kerjakan. Zyan dan Bryan bekerja sama dalam menggarap sebuah proyek pemerintah yang sangat menantang dalam skala besar. Pandu dan Bagas tersenyum dan saling melirik, ketika kedua pria muda itu

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 111

    Rosa hanya bisa menunduk dengan air mata berlinang saat mendatangi Ustazah Ana. Ia malu dan merasa hina, setelah semua aibnya terbongkar. Walaupun wanita itu tak pernah mengusik masa lalunya, tetapi Rosa yakin, Ustazah Ana mengetahui semuanya. Apalagi ia pernah sombong dan menolak nasihat wanita itu hingga memblokir kontak Ustazah Ana. Kini, ia terpaksa menjilat ludah sendiri. “Maafkan saya, Ustazah, saya salah. Saya menyesal, karena enggak mengikuti nasihat Ustazah,” lirih Rosa penuh penyesalan.Ustazah Ana menatap Rosa yang bersimbah air mata. Dengan terbata-bata, Rosa menceritakan perjalanan hidupnya yang kelam dan tak bahagia. Tak hanya itu, dosa-dosa yang telah ia perbuat ikut terucap dari bibirnya hingga menjelaskan bagaimana buruknya seorang Rosalina di masa lalu.“Hijrah itu harus dari hati yang terdalam. Benar-benar ingin berubah dan siap menjalani kehidupan sesuai tuntunan agama. Hijrah akan terasa sangat berat bagi hamba yang mengagungkan dunia. Perbaiki diri, niatkan dal

DMCA.com Protection Status