Cindy terhuyung oleh aksi pihak lain dan ketika dia melihat lebih dekat, itu adalah Stevanie.Mata Stevanie memerah dan dia terisak-isak, "Bu Cindy, aku tahu aku salah. Mohon maafkan aku dan izinkan aku kembali ke Grup Suhendra."Setelah Cindy tertegun sebentar, lalu bersikap normal.Dia memegang tangan Stevanie yang memegang lengannya, membukanya dengan paksa dan berbicara dengan logis, "Bu Stevanie terlalu menyanjungku. Pak Hery yang memecatmu, itu nggak ada hubungannya denganku."Cindy tidak banyak bicara pada Stevanie dan langsung pergi.Stevanie frustrasi, dia menangis dengan pilu dan mengumpat di belakang Cindy."Cindy! Dasar jalang! Bukankah kamu hanya mengandalkan laki-laki! Apa yang kamu banggakan? Jangan kira kami nggak tahu kalau kamu masuk Grup Suhendra berkat adik Pak Hery! Sekarang kamu mengandalkan Pak Laskar untuk memamerkan kekuasaanmu! Tunggu saja! Kamu nggak akan bisa terus bangga, aku akan menunggu hari sesuatu terjadi padamu!"Tempat ini dekat sekali dengan Grup Su
"...."Cindy menelan ludah, lalu berbicara, suaranya tidak hanya parau, tapi juga sangat lemah, "Karena Pak Yogi menginginkan meja ini, kuberikan."Yogi mengernyit, "Ada apa dengan tenggorokanmu?"Cindy hanya meronta, Yogi memerintahkan, "Duduk dan makan di sini, nanti kuantar ke rumah sakit.""Aku nggak berani merepotkan Pak Yogi." Cindy bersikeras ingin pergi, tapi Yogi tidak mau dibangkang.Mereka berdua tarik menarik dan bubur iga di nampan terjatuh dan sebagian terciprat dan melukai punggung tangan Cindy, Cindy langsung marah.Dia melempar nampan ke atas meja dengan keras, semua orang di restoran pun menoleh.Wajah Yogi tiba-tiba menjadi muram, "Siapa yang mendidikmu untuk membanting piring dan mangkuk?"Cahyadi menggebrak meja di depan Yogi dan Yogi pergi dengan wajah dingin, apalagi orang lain.Cindy sungguh lancang!....Cindy merasa sedikit menyesal setelah melemparnya.Tapi, begitu Cindy melihat Yogi, dia teringat bahwa dia menggunakan Cindy sebagai ban serep, ditambah dengan
Cindy menundukkan kepala dan terus memakan bubur. Kurma merah dan kacang tanah ditambahkan ke dalam bubur, rasanya menjadi lebih manis. Tapi, tenggorokan Cindy sakit sekarang sehingga makan sesuatu yang manis membuatnya lebih tidak sakit lagi.Cindy menyesal, seharusnya dia memasak semangkuk mie kuah bening tadi, tapi Cindy tidak punya kebiasaan membuang-buang makanan sehingga terpaksa terus makan.Yogi menatap bagian atas kepala Cindy dan berkata dengan suara kecil, "Kalimat acak yang diutarakan ketika masih di bawah umur juga dihitung?"Cindy mendongak.Yogi yang baru saja tidak kehilangan kesabaran ketika Cindy melempar mangkuk dan bahkan ketika Cindy memintanya untuk memutuskan hubungan dengan semua wanita dengan berani, kini menatap Cindy dengan tatapan dingin."Kamu dan Samuel serius, tapi jangan mengira orang lain seperti kalian. Kamu jatuh cinta pada dia dan mengejarnya di usia muda. Kami nggak dewasa sebelum waktunya seperti kalian. Itu hanya untuk bersenang-senang, bukan cint
Cindy benar-benar tertegun sejenak, Stevanie merangkul lengan Hendra dengan mesra.Pikiran Cindy dengan cepat memikirkan informasi yang diberikan Laskar kepada Cindy. Hendra sudah menikah dan memiliki dua anak, tapi dia sering keluar untuk berhubungan dengan wanita di belakang istrinya.Jadi setelah Stevanie keluar dari Grup Suhendra, dia pergi mencari Hendra?Reaksi pertama Cindy adalah sayang sekali.Kemampuan kerja Stevanie sebenarnya cukup bagus.Tapi, setiap orang memiliki pilihannya masing-masing. Tentu saja, Cindy tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Dia mengabaikan tatapan provokatif Stevanie dan berjalan ke depan sambil tersenyum."Pak Hendra, aku sekretaris Grup Suhendra, Cindy."Mata Hendra berbinar ketika dia melihat Cindy, matanya menyapu tubuh Cindy tanpa malu-malu dan dia tersenyum begitu lebar, "Lebih baik melihat sekali daripada mendengar seratus kali."Dia berjabat tangan dengan Cindy, tapi tidak langsung melepaskannya, "Bu Cindy, aku sudah mendengar namamu saat kamu m
Hendra kaget, "Bu Cindy juga bisa menari?"Stevanie tersenyum genit, "Iya, dia bahkan bisa menari tarian klasik. Setelah menari di ulang tahun sekolah, dia menjadi kekasih idaman sebagian besar siswa laki-laki di sekolah. Surat pengakuan cinta memenuhi lacinya. Bu Cindy sejak kecil nggak kekurangan pria, dia bisa melakukan apa pun yang disukai pria, kalau nggak, karier dia nggak akan semulus ini."Stevanie melirik meja di depannya yang hanya ada sebotol anggur, "Kebetulan pelayan belum menyajikan makanan, Bu Cindy anggap saja meja ini sebagai panggung, menarilah di atas meja."Para asisten dan Manajer Departemen Pemasaran terlihat agak muram.Ini bukan hanya mengerjai orang, tapi sebuah penghinaan!Menari di meja makan? Bukankah berarti Cindy juga merupakan hidangan yang bisa dicicipi siapa saja?Sungguh tidak masuk akal!Bukannya mereka belum pernah bertemu mitra yang memanfaatkan kesempatan saat menegosiasikan kerja sama, tapi mereka mendapat dukungan dari Grup Suhendra, sehingga pih
Yogi yang mengenakan setelan jas hitam berjalan masuk dengan diapit oleh Liana dan Qweneth, di belakangnya ada pengawal. Terlihat ramai dan berwibawa!Semua orang secara naluriah berdiri, tidak ada yang tidak mengenal Yogi.Setelah Hendra tertegun beberapa detik, tanpa sadar dia tersenyum, "Pak Yogi ... Pak Yogi! Kenapa datang kemari?"Mata Yogi menyapu tubuh Cindy, napas Cindy sedikit tersendat, Cindy terkejut dengan kedatangannya.Cuaca di Barat Kota sangat dingin saat musim hujan, sehingga Yogi mengenakan sarung tangan kulit hitam. Dia melepasnya dan berkata lirih, "Aku dengar ada pertunjukan tarian di sini, jadi aku datang untuk menonton. Hendra, nggak keberatan aku menjadi tamu tak diundang 'kan?""Tentu saja aku nggak keberatan! Apa Pak Yogi juga mau menonton tarian?"Otak Hendra berputar cepat. Yogi telah melarang Cindy, semua orang di lingkaran mereka tahu. Yogi masih mendendam terhadap Cindy sehingga datang khusus untuk mentertawakan?Makna Yogi tidak jelas, "Menari di meja ma
Ada Yogi di tempat, kerja sama antara Cindy dan Hendra berjalan lancar dan penandatanganan kontrak selesai dalam waktu kurang dari setengah jam.Cindy mengambil gelas anggur, "Aku bersulang untuk Pak Yogi dan Pak Hendra. Aku berharap kita bertiga memiliki kesempatan untuk bekerja sama di masa depan."Yogi mengambil gelas anggur dan mengetuknya di atas meja, itu dianggap sudah bersulang.Selanjutnya tidak ada urusan Cindy lagi, Hendra takut Yogi marah karena kejadian barusan, sehingga dia menyanjungnya dengan berbagai cara.Yogi selalu bersikap acuh tak acuh.Melihat tidak perlu berbicara untuk saat ini, Cindy pun memberi tahu asistennya lalu bangun untuk pergi ke kamar mandi.Cindy keluar dari toilet dan melihat Liana berdiri di depan cermin merapikan dandanannya.Cindy menyipitkan mata dan berjalan mendekat untuk mencuci tangan, lalu mengambil selembar tisu untuk menyeka tangan dan hendak kembali ke tempat jamuan makan.Liana menutup kotak riasan, "Cindy, sepertinya kamu belum menguca
Selesai makan, Cindy membawa orang-orang Grup Suhendra dan mengikuti Yogi dan yang lainnya keluar dari Hidup seperti Mimpi.Mata Manajer Departemen Pemasaran itu sangat jeli, dia langsung berkata, "Bu Cindy, kami harus naik busway, jadi kami pergi dulu."Cindy mengangguk, "Oke, hati-hati di jalan. Sampai jumpa di perusahaan besok.""Sampai jumpa besok."Setelah mereka bertiga pergi, Qweneth sudah mengemudikan mobil Yogi ke depan mereka.Saat pengawal hendak membukakan pintu mobil untuk Yogi, Cindy berinisiatif berjalan mendekat, membuka pintu belakang dan memanggil, "Pak Yogi."Saat Cindy masih di Grup Mega, setiap kali dia keluar bersama Yogi, dia akan membukakan pintu mobil untuk Yogi, persis seperti yang dia lakukan sekarang.Yogi menatap Cindy lekat-lekat.Liana teringat perkataan Cindy di kamar mandi sehingga dia menarik kencang pakaian Yogi, tapi Yogi masih memandangi Cindy. Liana menggertakkan gigi, menghampiri dan mendesak Cindy menjauh."Nona Cindy, kenapa kamu nggak pergi ber