Selesai makan, Cindy membawa orang-orang Grup Suhendra dan mengikuti Yogi dan yang lainnya keluar dari Hidup seperti Mimpi.Mata Manajer Departemen Pemasaran itu sangat jeli, dia langsung berkata, "Bu Cindy, kami harus naik busway, jadi kami pergi dulu."Cindy mengangguk, "Oke, hati-hati di jalan. Sampai jumpa di perusahaan besok.""Sampai jumpa besok."Setelah mereka bertiga pergi, Qweneth sudah mengemudikan mobil Yogi ke depan mereka.Saat pengawal hendak membukakan pintu mobil untuk Yogi, Cindy berinisiatif berjalan mendekat, membuka pintu belakang dan memanggil, "Pak Yogi."Saat Cindy masih di Grup Mega, setiap kali dia keluar bersama Yogi, dia akan membukakan pintu mobil untuk Yogi, persis seperti yang dia lakukan sekarang.Yogi menatap Cindy lekat-lekat.Liana teringat perkataan Cindy di kamar mandi sehingga dia menarik kencang pakaian Yogi, tapi Yogi masih memandangi Cindy. Liana menggertakkan gigi, menghampiri dan mendesak Cindy menjauh."Nona Cindy, kenapa kamu nggak pergi ber
Tentu saja tidak.Tapi, Cindy hanya ingin turun dari pangkuan Yogi terlebih dahulu.Tapi, tangannya terulur melingkari pinggang Cindy, menahan Cindy hingga tak bisa bergerak.Cindy mencium bau seperti salju pada pria itu lagi, dia cemberut dan tidak menyerah. Dia menggunakan kekuatan untuk bangun dari pangkuan Yogi. Mereka berdua hanya berjuang dalam diam.Mobil itu sedikit bergoyang di tempat, sekilas terlihat seperti sedang melakukan sesuatu ....Qweneth di barisan depan merasa seharusnya dia berada di bawah mobil sekarang, bukan di dalam mobil ....Mungkin karena mobil mereka terlalu lama diparkir di sana dan ada pergerakan yang tidak normal, penjaga pintu Hidup seperti Mimpi pun dengan ragu-ragu datang untuk memeriksa, mengetuk jendela mobil dan mendekat untuk mengintip."Halo ...."Tidak ada film privasi di mobil. Kalau orang mendekat, maka dapat melihat ke dalam. Seorang wanita sedang duduk di pangkuan seorang pria.Mata dingin Yogi menoleh, penjaga pintu tiba-tiba merasakan teng
"Bip!"Lampu berubah menjadi hijau dan mobil di depan masih diam, Qweneth membunyikan klakson sebagai pengingat, yang juga membuat Yogi tersadar kembali.Cindy masih berkata dengan nada dingin, "Dia secara khusus bilang aku mendapatkan satu laci penuh surat cinta, hanya untuk memberi kesan hubungan cintaku nggak jelas."Mereka tahu persis bagaimana cara menyerang seorang wanita.Tapi, Yogi tiba-tiba bertanya, "Apa kamu benar-benar punya satu laci penuh surat cinta?""Kalau ada terus apa, mereka memasukkannya ke dalam laciku sebelum aku tiba di sekolah. Aku bahkan nggak bisa menolak." Apakah ini juga salah Cindy?"Dibaca nggak?""Nggak."Suara Yogi terdengar dingin, "Dibuang?"Cindy memandangnya dengan heran, bertanya-tanya kenapa dia menanyakan hal ini, "Aku nggak lihat dan nggak buang."Selain Cindy tidak mungkin menerima pengakuan mereka, Cindy juga tidak tertarik dengan apa yang mereka tulis. Bagaimanapun juga, itu adalah isi hati orang lain, tidak sopan kalau dibuang.Cindy ingat b
Cindy mengerutkan kening, dia sudah berutang pada Yogi dari SMA? Omong kosong apa yang dia bicarakan?Mereka memang sekolah di SMA yang sama, tapi Cindy hanya pernah mendengar namanya di SMA, hanya beberapa kali bertemu dengannya, apa lagi mengenalnya, lalu bagaimana Cindy bisa berutang padanya?Mulai lagi 'kan? Dia terus mengatakan bahwa Cindy berutang padanya sebelumnya. Apa sebenarnya utang Cindy padanya?Cindy berpikir begitu dan bertanya sambil menatap pria itu dengan mantap dan menunggu jawabannya.Bibir tipis Yogi seperti daun beringin yang tajam, tapi setelah beberapa saat, dia melepaskan tangan Cindy, melepaskan sabuk pengaman dengan wajah dingin, lalu keluar dari mobil.Dia mengabaikan Cindy dan masuk ke Dapur Pribadi."...." Ada-ada saja.Cindy menghela napas kemudian mengikutinya.Waktu sudah lewat jam sepuluh, sudah lewat dari jam makan malam, sehingga tidak banyak pelanggan di restoran tersebut. Yogi langsung menuju ke meja di pojok, pelayan segera membawakan menu.Yogi b
Cindy mengambil sendok dan menyerahkannya, Yogi mendengus dan mengambil sendok itu.Cindy melihat Qweneth datang dan menyapa, "Bu Qweneth, ayo makan bersama."Qweneth tersenyum dan mengiakan, lalu duduk.Ada orang lain di meja makan, sulit bagi Yogi untuk berbicara dengan Cindy tentang masalah pribadi, jadi dia diam sepanjang waktu.Restoran pribadi dibuka di tepi sungai. Ketika mereka keluar setelah makan, waktu sudah lewat jam 11 dan tidak ada seorang pun di sana.Cindy ingin masuk ke dalam mobil, tapi Yogi meraih lengannya, "Jalan santai untuk melancarkan pencernaan."Cindy berkata dengan sopan, "Pak Yogi, ini sudah larut, aku harus berangkat kerja besok."Yogi menggunakan sedikit tenaga dan menyeret Cindy pergi, "Tidur setelah makan. Apa kamu nggak takut gastroptosis?""Pak Yogi tahu banyak sekarang." Cindy berusaha keras untuk menarik tangannya, tapi tetap saja dipaksa berjalan menyusuri sungai bersamanya.Yogi mengenakan jaket panjang. Angin malam mengibarkan jaketnya. Dia menole
SMA tempat Cindy bersekolah adalah salah satu yang terbaik di kota mereka. Banyak anak-anak dari keluarga kaya yang bersekolah di sana. Itu adalah "sekolah bangsawan" yang legendaris. Cindy bisa masuk ke sana karena nilainya tinggi.Karena banyak anak-anak keluarga kaya sekolah di sana, sekolah secara alami menjadi lebih mewah. Hari ini, anak orang kaya ini mensponsori sejumlah peralatan olahraga, besoknya anak orang kaya itu meningkatkan kualitas piano di ruang kelas piano.Dalam kurun waktu tertentu, ada orang yang traktir semua guru dan siswa sekolah untuk minum teh sore setiap hari. Setiap hari mereka menyajikan teh susu dan kue dari merek terkenal. Cindy bertambah berat badannya beberapa kilogram karena memakannya.Dibandingkan dengan hal-hal mewah, Cindy berpikir dengan serius bahwa makan adalah hal yang paling praktis, mereka makan siang lebih awal dan pulang sekolah sore hari, jam empat atau lima mereka sangat lapar.Tapi, Cindy lupa siapa yang mensponsori."Apa yang kamu lihat
Benar juga, Liana mengatakan bahwa dia tidak bisa tidur nyenyak di hotel ini selama dua malam, jadi dia seharusnya tidur di tempat lain.Putra semata wayang Keluarga Walker Kota Shigo sekaligus Direktur Grup Mega ini memang tak seharusnya memaksakan diri.Cindy naik ke atas dan masuk ke kamar, tanpa duduk untuk istirahat, dia langsung mengambil pakaian dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.Air hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah, mengusir rasa lelah hari itu. Cindy mengingat kembali semua yang terjadi hari ini, terutama memikirkan sikap Yogi yang aneh.Dia tampaknya sedikit berbeda ....Begitu gagasan ini muncul di benaknya, Cindy menuangkan segenggam air untuk dirinya sendiri.Di alam liar, banyak hewan yang menyamar saat berburu guna membingungkan mangsanya dan agar berhasil menyergap dengan sekali menyerang, seperti buaya di sungai, harimau di hutan dan tokek di pepohonan.Termasuk Yogi yang berpura-pura menjadi orang baik.Cindy merasa Yogi hanya mencoba
Cindy membuat janji dengan Hendra untuk menandatangani kontrak keesokan paginya.Cindy tiba di perusahaan pagi-pagi sekali dan mengadakan pertemuan singkat dengan staf Departemen Hukum dan Departemen Pemasaran. Tepat pukul sepuluh, sekelompok orang turun untuk menyambut orang.Biarpun Hendra tak berani lagi menyombongkan diri, mereka tetap ingin memberi muka. Begitu melihat mobil Pak Hendra, terdengar teriakan, "Cindy!"Cindy tanpa sadar menoleh dan sedikit mengernyit saat melihat Liana berjalan mendekat.Liana menatap Cindy dengan mantap, "Ada yang ingin kukatakan padamu. Ayo cari tempat untuk ngobrol."Cindy berkata dengan sopan, "Maaf Nona Liana, kami sedang menjemput klien, sekarang aku nggak punya waktu."Liana berkata dengan sungguh-sungguh, "Maksudmu, kamu nggak ingin bahas denganku secara pribadi, kamu ingin bahas denganku di depan umum?"Hendra sudah turun dari mobil, Cindy tak punya pilihan selain melirik ke arah staf Departemen Pemasaran. Staf Departemen Pemasaran mengangguk