Cindy mengambil sendok dan menyerahkannya, Yogi mendengus dan mengambil sendok itu.Cindy melihat Qweneth datang dan menyapa, "Bu Qweneth, ayo makan bersama."Qweneth tersenyum dan mengiakan, lalu duduk.Ada orang lain di meja makan, sulit bagi Yogi untuk berbicara dengan Cindy tentang masalah pribadi, jadi dia diam sepanjang waktu.Restoran pribadi dibuka di tepi sungai. Ketika mereka keluar setelah makan, waktu sudah lewat jam 11 dan tidak ada seorang pun di sana.Cindy ingin masuk ke dalam mobil, tapi Yogi meraih lengannya, "Jalan santai untuk melancarkan pencernaan."Cindy berkata dengan sopan, "Pak Yogi, ini sudah larut, aku harus berangkat kerja besok."Yogi menggunakan sedikit tenaga dan menyeret Cindy pergi, "Tidur setelah makan. Apa kamu nggak takut gastroptosis?""Pak Yogi tahu banyak sekarang." Cindy berusaha keras untuk menarik tangannya, tapi tetap saja dipaksa berjalan menyusuri sungai bersamanya.Yogi mengenakan jaket panjang. Angin malam mengibarkan jaketnya. Dia menole
SMA tempat Cindy bersekolah adalah salah satu yang terbaik di kota mereka. Banyak anak-anak dari keluarga kaya yang bersekolah di sana. Itu adalah "sekolah bangsawan" yang legendaris. Cindy bisa masuk ke sana karena nilainya tinggi.Karena banyak anak-anak keluarga kaya sekolah di sana, sekolah secara alami menjadi lebih mewah. Hari ini, anak orang kaya ini mensponsori sejumlah peralatan olahraga, besoknya anak orang kaya itu meningkatkan kualitas piano di ruang kelas piano.Dalam kurun waktu tertentu, ada orang yang traktir semua guru dan siswa sekolah untuk minum teh sore setiap hari. Setiap hari mereka menyajikan teh susu dan kue dari merek terkenal. Cindy bertambah berat badannya beberapa kilogram karena memakannya.Dibandingkan dengan hal-hal mewah, Cindy berpikir dengan serius bahwa makan adalah hal yang paling praktis, mereka makan siang lebih awal dan pulang sekolah sore hari, jam empat atau lima mereka sangat lapar.Tapi, Cindy lupa siapa yang mensponsori."Apa yang kamu lihat
Benar juga, Liana mengatakan bahwa dia tidak bisa tidur nyenyak di hotel ini selama dua malam, jadi dia seharusnya tidur di tempat lain.Putra semata wayang Keluarga Walker Kota Shigo sekaligus Direktur Grup Mega ini memang tak seharusnya memaksakan diri.Cindy naik ke atas dan masuk ke kamar, tanpa duduk untuk istirahat, dia langsung mengambil pakaian dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.Air hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah, mengusir rasa lelah hari itu. Cindy mengingat kembali semua yang terjadi hari ini, terutama memikirkan sikap Yogi yang aneh.Dia tampaknya sedikit berbeda ....Begitu gagasan ini muncul di benaknya, Cindy menuangkan segenggam air untuk dirinya sendiri.Di alam liar, banyak hewan yang menyamar saat berburu guna membingungkan mangsanya dan agar berhasil menyergap dengan sekali menyerang, seperti buaya di sungai, harimau di hutan dan tokek di pepohonan.Termasuk Yogi yang berpura-pura menjadi orang baik.Cindy merasa Yogi hanya mencoba
Cindy membuat janji dengan Hendra untuk menandatangani kontrak keesokan paginya.Cindy tiba di perusahaan pagi-pagi sekali dan mengadakan pertemuan singkat dengan staf Departemen Hukum dan Departemen Pemasaran. Tepat pukul sepuluh, sekelompok orang turun untuk menyambut orang.Biarpun Hendra tak berani lagi menyombongkan diri, mereka tetap ingin memberi muka. Begitu melihat mobil Pak Hendra, terdengar teriakan, "Cindy!"Cindy tanpa sadar menoleh dan sedikit mengernyit saat melihat Liana berjalan mendekat.Liana menatap Cindy dengan mantap, "Ada yang ingin kukatakan padamu. Ayo cari tempat untuk ngobrol."Cindy berkata dengan sopan, "Maaf Nona Liana, kami sedang menjemput klien, sekarang aku nggak punya waktu."Liana berkata dengan sungguh-sungguh, "Maksudmu, kamu nggak ingin bahas denganku secara pribadi, kamu ingin bahas denganku di depan umum?"Hendra sudah turun dari mobil, Cindy tak punya pilihan selain melirik ke arah staf Departemen Pemasaran. Staf Departemen Pemasaran mengangguk
"Aku akan terus menghubungi dia dan menandatangani kontrak secepatnya." Saat ini, Cindy hanya bisa menjanjikan ini.Hery memandang Cindy sejenak dan mengangguk, "Sesegera mungkin.""Ya." Cindy berbalik dan keluar, Hery berkata lagi, "Bonusmu bulan ini dipotong.""...."Sulit bagi Cindy untuk tidak memaki Liana gila di dalam hatinya!Cindy meninggalkan kantor direktur dan kembali ke tempat kerjanya, dia merasa seolah ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya.Cindy sudah bekerja selama beberapa tahun dan bonusnya tidak pernah dipotong. Apalagi ini bulan pertama Cindy di Grup Suhendra. Dia tidak hanya tidak memenangkan kontrak dan gagal mendapatkan pijakan, bahkan menjadi bahan perbincangan seluruh perusahaan. Jalan Cindy akan semakin sulit!Cindy menenangkan diri sejenak sebelum dia menstabilkan suasana hatinya. Dia ingin minum air, tapi termosnya kosong, jadi dia terpaksa bangun dan pergi ke ruang teh.Sejak zaman dahulu, ruang teh dan kamar mandi telah menjadi tempat bagus untuk b
Laskar mengernyit dan berkata tanpa ragu, "Tentu saja, kamu adalah adikku.""Ingat apa yang kamu katakan hari ini." Liana menutup panggilan telepon. Laskar menatap ponsel dengan marah dan geli. Siapa yang mampu menindas Liana?Bibi dan pamannya hanya memiliki satu anak perempuan, mereka sangat menyayangi Liana. Siapa pun yang berani menindas Liana harus membayar harga yang mahal.....Sepulang kerja sore harinya, Cindy berjalan menuju stasiun busway sambil melihat ponsel.Sisca sedang ngobrol dengan Cindy dan bertanya pada Cindy bagaimana pekerjaan barunya?Suasana hati Cindy sedang tidak baik, jadi dia mengeluh kepada Sisca tentang apa yang terjadi hari ini. Sisca sangat pemarah, sehingga dia memarahi Liana sepanjang tiga atau empat halaman obrolan, akhirnya sampai pada suatu kesimpulan."Orang yang menyukai Yogi kurang lebih nggak normal." Seperti Yona, seperti Liana dan seperti ... eh?Sisca tiba-tiba menyadari bahwa kalimat ini sepertinya memarahi Cindy, dia terbatuk sedikit untuk
Cindy berkata dengan datar, "Pak Yogi, aku mau naik busway. Aku pergi dulu."Cindy ingin pergi, Yogi tidak menghentikannya, tapi setelah Cindy berjalan beberapa meter, dia mendengar suara klakson terus terdengar dari belakang, menarik Cindy seperti tali.Langkah Cindy menjadi semakin lambat, akhirnya dia berhenti, dia gelisah dan menoleh ke belakang.Yogi masih berdiri di pinggir jalan, di sebelahnya ada lampu jalan, cahayanya seperti tirai hujan menutupi seluruh tubuhnya."...." Cindy merasa alasan pemilik mobil yang terhalang jalannya tidak mengumpat adalah karena melihat plat nomor mobil dan temperamen Yogi yang tidak terlihat seperti orang biasa.Cindy menggertakkan gigi, berbalik, membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.Yogi tersenyum, dia juga masuk ke dalam mobil, mobil akhirnya menyala.Sopir bertanya, "Pak Yogi, mau ke mana?"Yogi berkata dengan tenang, "Dia tanya kamu."Cindy tidak memiliki nomor WhatsApp pengemudi, jadi dia tidak bisa mengirimkan lokasinya. Cindy membuka nav
Itu cerita dari Lina di kantor.Lina mengatakan bahwa dia pergi ke bar terdekat bersama teman-temannya sepulang kerja kemarin. Saat mereka sedang bersenang-senang, bar tiba-tiba menghentikan musik, menyalakan lampu dan tim polisi datang.Awalnya mereka mengira itu adalah pemeriksaan harian pornografi, perjudian, narkoba atau pemadam kebakaran, tapi banyak orang berkumpul di depan pintu sebuah ruangan. Lina dengan penasaran masuk ke dalam kerumunan dan melihat sekeliling. Dia melihat mereka pergi sambil melindungi seorang wanita.Para penonton mengatakan dia mabuk dan dilecehkan.Wanita itu menundukkan kepala, rambutnya menutupi wajahnya dan kepalanya juga ditutupi pakaian, jadi Lina tidak bisa melihat wajahnya, tapi Lina mengenali pakaiannya.Kemarin Liana datang ke Grup Suhendra untuk membuat onar, dia memakai pakaian itu ....Cindy terkejut.Biarpun Cindy merasa muak dengan serangan dan ulah Liana yang tidak dapat dijelaskan, dia tidak pernah ingin sesuatu terjadi pada Liana, apalagi