Setelah menutup panggilan telepon dengan Yogi, Selina tertegun sejenak, lalu menoleh dan menatap Cindy yang ada di ruang tamu.Ya, Cindy sebenarnya ada di tempat Selina.Selina baru saja menerima panggilan telepon dari Yogi, Cindy mengangkat satu jari ke bibirnya, bermaksud memberi tahu Selina agar tidak memberi tahu Yogi bahwa Cindy ada di sini.Selina tidak mengerti, "Kenapa kamu nggak mengatakan yang sebenarnya kepada Pak Yogi?"Cindy memegang secangkir air panas dengan kedua tangannya, rasa panas membakar jari-jari Cindy lewat dinding kaca, ujung jarinya merah, tapi bibir Cindy pucat, "Ada sesuatu yang kuingin kamu periksa untukku, tapi kamu sedang hamil sekarang ...." Cindy mengerucutkan bibirnya, "Tapi, selain kamu, aku nggak tahu siapa lagi yang bisa kuminta bantuan."Selina merasa tidak masalah, "Ada apa? Katakan saja, aku hamil, bukan hemiplegia."Sisca juga berkata di sebelahnya, "Kamu masih punya aku, aku juga bisa bantu."Cindy mengangkat matanya, "Ibuku pingsan pada Malam
Cindy melihat kegelapan di matanya, Cindy tertegun sejenak, merendahkan suaranya dan bertanya, "Ada apa denganmu?"Yogi hanya bertanya, "Aku meneleponmu, kenapa kamu nggak menjawab panggilan teleponku?""Aku tertidur jadi nggak dengar."Yavon tertawa dan berkata, "Yogi nggak menemukanmu ketika dia sampai di rumah. Dia sangat khawatir hingga dia berkeringat di cuaca dingin."Cindy mau tidak mau menatap Yogi lagi, emosi Yogi tidak terlihat saat ini, tapi matanya tertuju pada Cindy tanpa berkedip."Tentu saja, syukurlah kalau nggak terjadi apa-apa. Itu hanya kecemasan yang nggak perlu." Yavon melihat arlojinya. Hari sudah pagi. Dia menepuk bahu Yogi, "Yogi, aku pulang dulu."Cindy dengan sopan berkata, "Pak Yavon, hati-hati di jalan."Yavon melambaikan tangannya dan pergi, hanya mereka berdua yang tersisa di depan apartemen kecil itu. Cindy berkata tanpa daya, "Kamu terlalu heboh. Aku hanya habis menjaga ibuku dan aku nggak tidur nyenyak tadi malam, jadi capek dan mengantuk. Apartemen ini
Ruangan sunyi, hanya Cindy yang ada di ranjang.Cindy duduk dan merasa kepalanya berat, akibat dari mimpi kacau semalaman, dia merasa jiwanya belum kembali.Cindy termenung beberapa saat lalu mendengar ada gerakan di luar. Dia bangun dari tempat tidur dan membuka pintu untuk melihat. Yogi membuka tas termal di depan meja makan dan mengeluarkan beberapa kotak makan.Dia melihat sekilas Cindy dari sudut matanya jadi menoleh. Cindy sedikit linglung dan tampak lemas. Yogi tersenyum tipis, "Sudah bangun? Mandilah lalu datang makan."Tanpa bertanya, Cindy juga tahu dia pasti meminta Qweneth atau Diana untuk mengantarkan makanan. Cindy mengangguk, lalu masuk ke kamar mandi untuk mandi dan keluar untuk sarapan.Yogi tidak hanya meminta Qweneth untuk mengantarkan makanan, tapi juga pakaian.Itu masih kemeja hitam, tapi yang berbeda adalah dia mengenakan dasi hitam sempit yang membuatnya terlihat lebih muda dan lebih modis dari biasanya. Lengannya juga dilipat hingga ke lengan, memperlihatkan ot
"...." Cindy terdiam, lalu menoleh.Hari ini mendung, awan gelap menutupi matahari, seluruh kota menjadi kelabu. Hujan turun di suatu tempat di kejauhan. Ada bau lembap di udara, diselimuti aroma rumput hijau ... atau lebih tepatnya bau pinus, itu meresap ke dalam rongga hidung Cindy.Pria itu berdiri dua atau tiga meter jauhnya. Tingginya 1,89 meter. Dia ramping dan mencolok. Cindy tidak bisa mengabaikannya walaupun Cindy mau. Selain itu, dia memiliki kemampuan alami untuk menarik perhatian Cindy. Begitu Cindy melihatnya, Cindy tidak bisa memalingkan muka.Dia mengenakan setelan jas berwarna coklat dengan kerah hijau. Setelan berkerah semacam ini lebih kasual, tidak memiliki kesan formalitas atau penindasan yang kuat. Hanya ada satu kancing di bagian pinggang, dia mengancingkannya, memamerkan pinggangnya lebih ramping sehingga membuat bahunya terlihat lebih lebar dan pinggang lebih kecil.Entah apa jenis kemeja putihnya, tapi modelnya bukan model biasa. Saku baju kanan menekan saku ki
Bahkan ketika Cindy marah, otaknya berputar sangat cepat. Jelas ada yang salah dengan pilihan kata dia, "Apa yang kamu tahu?" Tidak, dia seharusnya bertanya, "Apa kamu tahu segalanya?"Samuel tersenyum, seolah memuji Cindy karena pintar, tapi dia hanya menatap Cindy dan tidak berkata apa-apa.Lipatan mata dia sangat standar. Saat dia tersenyum, ujung matanya sedikit terangkat. Kelopak matanya sangat tipis, membuat matanya terlihat dalam dan tajam, tapi matanya tenang dan sunyi. Kontras ini membuatnya terlihat dingin tapi penuh kasih sayang.Itu adalah sepasang mata yang terlahir dengan penuh kasih sayang.Cindy menghindari tatapannya dan berkata dengan nada dingin, "Daripada mengirim orang untuk mengikutiku, kenapa kamu nggak menceritakan semuanya padaku. Hanya ketika aku mengetahui situasiku, aku tahu bagaimana melindungi diri sendiri."Samuel berkata dengan suara tenang, "Kalau begitu mudah untuk menceritakan semuanya padamu, aku nggak akan meninggalkanmu waktu itu."Apakah itu berar
Cindy tahu Sherlene mengikutinya, tapi Cindy mengabaikannya.Cindy terlihat tenang di luar, tapi sebenarnya hatinya kacau.Cindy punya banyak pertanyaan dan perlu memecahkannya satu per satu.Yang pertama adalah siapakah Cindy?Dari Auriel yang tiba-tiba mengatakan bahwa Cindy bukan anak kandung Keluarga Llyod, hingga Samuel yang mengatakan Danang bunuh diri dengan melompat dari gedung karena jati diri Cindy, semua ada hubungannya dengan "siapa Cindy".Kini satu-satunya orang yang bisa menjawab pertanyaan Cindy hanyalah Nasnah.Begitu Cindy masuk ke bangsal, Auriel yang sedang menyuapi bubur untuk Nasnah segera meletakkan mangkuk dan sendoknya. Dia berdiri dari kursi dan berkata dengan nada dingin, "Bukankah sudah kubilang kemarin adalah terakhir kali kamu bertemu ibuku? Untuk apa kamu datang lagi?"Cindy menjawab dengan tenang, "Aku sudah memanggil dia sebagai ibu selama lebih dari 20 tahun. kamu nggak berhak memutuskan apakah aku memenuhi syarat untuk terus memanggilnya atau nggak."
"Kamu baru berusia dua bulan, bisa tidur belasan atau dua puluh jam sehari. Sampai suatu hari, kamu tiba-tiba nggak tidur lagi dan terus menangis. Kami mengira kamu sakit. Tapi, lalu kami melihat tanggalnya dan menemukan hari itu adalah hari ayah kandungmu dieksekusi."Apa?!Pupil Cindy bergetar, "Hari eksekusi apa?""Ayah kandungmu bermarga Groyo dan namanya Bahari. Dia membuka sebuah perusahaan yang sangat sukses. Tapi, tiba-tiba sesuatu terjadi dan perusahaan itu bangkrut. Dia juga dinyatakan bersalah atas beberapa kejahatan dan ditangkap oleh polisi. Aku juga nggak tahu persis apa kejahatannya, tapi itu pasti sangat serius, dia dijatuhkan hukuman mati.""...." Cindy tidak pernah membayangkan bahwa jati diri dia seperti itu.Bahari? Cindy merasa nama itu familier. Dia pasti pernah mendengarnya di suatu tempat, tapi Cindy tidak bisa mengingatnya, jadi dia tidak memikirkannya secara mendalam untuk saat ini, lalu dia bertanya, "Bagaimana dengan ibu kandungku?"Nasnah menggelengkan kepa
Qweneth segera mendatangi Yogi dan melaporkan dengan suara pelan, "Pak Yogi, Bu Selina bertanya tentang vila itu."Selina?Cahaya dingin melintas di mata Yogi, kenapa Selina tiba-tiba pergi memeriksa vila itu .... Apakah Selina diminta bantuan oleh Cindy?Pantas saja dia merasa ada yang tidak beres dengan suasana hati Cindy.Apakah Cindy tahu segalanya? Atau hanya tahu sebagian?Yogi sudah memasuki ruang perjamuan dan tidak bisa berbalik, jadi dia terpaksa melihat ke arah Qweneth. Qweneth mengerti maksudnya, lalu mengangguk dan pergi.Ekspresi Yogi tidak berubah, dia terus memasuki tempat tersebut.Tema Konferensi Kamar Dagang Kota Shigo tahun ini adalah "Sulaman Bunga ".Lampu gantung kristal di ruang perjamuan berbentuk ukiran bunga, karpet Persia juga disulam bunga dan bunga-bunga yang bertebaran di setiap sudut merupakan varietas langka yang diimpor lewat pesawat, kalau dilihat sekilas, semuanya mewah.Seperti dunia lain saja di sini, ada pria berjas dan wanita bergaun indah, masin