Cindy langsung membuka album foto dan terus menekan tombol mundur. Dia menekannya berkali-kali dan masih belum sampai akhir. Itu semua adalah foto Cindy, foto Cindy di berbagai kesempatan ....Cindy menekan beberapa kali lagi dan benar-benar melihat beberapa foto pabrik perahu naga.Cindy akhirnya ingat di mana dia melihat kamera ini, dia mengangkat kepala dan menatap pria bermasker itu, "Beberapa bulan yang lalu, di Pabrik Perahu Naga Warisan Budaya Takbenda, kamu yang meminjamkan kamera kepadaku dan bersaksi untukku."Saat itu, Cindy difitnah oleh Yona bahwa Cindy menarik tali hingga menyebabkan kecelakaan.Setelah itu, Cindy memberikan kamera tersebut kepada direktur pabrik dan memintanya untuk mengembalikannya kepada "orang yang baik hati". Cindy pun menelepon direktur pabrik untuk bertanya. Direktur pabrik mengatakan bahwa kamera tersebut sudah diambil oleh blogger tersebut, jadi Cindy tidak membahas lebih lanjut hal ini.Tidak disangka.Dia sudah mengikuti Cindy sejak lama.Cindy
Yogi saat ini sedang menjenguk Sisilia di rumah sakit, saat menerima pesan Yavon, dia hanya membalas dengan "oke".Panggilan masuk muncul di bagian atas layar. Dia melihatnya sekilas dan menutup panggilan telepon itu.Sisilia dekat dengannya sehingga Sisilia bisa melihat bahwa peneleponnya adalah Yona.Sisilia menyindir dengan manja, "Kak, kamu benar-benar bajingan. Kamu menemaniku di sini, tapi meminta sahabatmu untuk membantumu menjenguk Nona Cindy, bahkan ada panggilan Nona Yona di ponselmu."Yogi melirik Sisilia, "Kalau begitu, tinggallah di rumah sakit sendirian."Sisilia segera meraih ujung bajunya, "Kalau laki-laki nggak jahat, wanita nggak akan mencintainya. Semakin jahat kamu, semakin menarik bagiku dan aku sangat suka."Yogi dengan tidak sabar berkata, "Kamu baik-baik saja, apa harus menghabiskan waktu di rumah sakit?"Sisilia menelusuri halaman WhatsApp yang kosong, suasana hatinya buruk, "Tapi, panggilan yang aku tunggu belum datang. Kamu tunggu di sini, saat dia menelepon
Cindy berjalan cepat dari taman belakang menuju lobi hotel, merasa sedikit tidak tenang, tapi saat ini, dia mendengar suara piano yang hangat dan menyenangkan.Tanpa sadar Cindy menoleh dan melihat piano di lobi hotel sedang dimainkan. Melodi yang mampu menggugah emosi terlontar dari ujung jari pria tersebut. Banyak orang yang lalu lalang bahkan berhenti untuk mengaguminya, beberapa orang juga merekam video.Cindy juga berjalan mendekat.Dia memainkan klimaks "Time" dari "Inception". Cindy sangat menyukai lagu ini.Ketika masih sekolah, Cindy pernah pergi ke SMA untuk mencari Samuel, saat mendengar musik ini setelah melewati ruang kelas musik, Cindy langsung tertarik.Namun, Cindy sedang terburu-buru mencari Samuel, sehingga Cindy tidak melihat siapa yang bermain piano .... Kini Cindy menembus kerumunan penonton dan menjulurkan kepala untuk melihat orang yang bermain piano.Dia melihat Yogi di bangku piano."...."Tidak tahu kenapa Yogi berminat untuk bermain piano di depan banyak oran
Kembali padanya.Syaratnya terserah Cindy.Cindy bertanya, "Umpama?"Tuts hitam putih ditekan secara teratur, musiknya merdu, Yogi berkata perlahan, "Posisi sekretaris utama tetap milikmu."Cindy bertanya lagi, "Apa lagi?"Yogi kemudian berbicara, "Naikkan gaji tahunan dan tambahkan bonus."Cindy masih bertanya, "Apa lagi?"Yogi menoleh untuk melihat Cindy, matanya sedikit menyipit. Cindy dalam ingatannya bukanlah orang yang serakah.Namun, Cindy bersedia bernegosiasi berarti Cindy mau kembali, dia berhenti bermain piano dan berkata, "Apa kamu belum punya mobil? Nggak praktis bepergian."Cindy tertawa pelan, selama tiga tahun bersamanya, jangankan memberikan rumah dan mobil, bahkan perhiasan dan tas juga tidak diberikan. Namun, sekarang dia memberikannya begitu saja.Namun, Cindy tetap bertanya, "Apa lagi?""Aku akan bertanggung jawab atas operasi ibumu sampai akhir," Yogi sedikit mengangkat dagunya, "Ini sudah cukup 'kan."Bertanggung jawab atas operasi ini adalah kartu trufnya, karen
Sisilia menutup panggilan telepon, merapikan diri dan mengetuk pintu sebelah tepat waktu.Pintunya tidak tertutup rapat dan terbuka begitu dia mendorong.Sisilia masuk dan melihat Yogi duduk di sofa dengan sebotol wiski terbuka di atas meja.Sisilia mengernyit, "Pak Yogi memanggilku ke sini untuk minum bersamamu? Sia-sia, aku secara khusus merias wajah, memakai parfum dan gaunku yang paling seksi, Kupikir aku bisa berkencan romantis denganmu."Yogi mengangkat kepala dan memandang dengan acuh tak acuh pada rambut Sisilia yang tidak disisir dan wajahnya yang tanpa riasan, bahkan tidak repot-repot melihat jaket Sisilia yang terbungkus rapat.Dia diam dan meminum segelas anggur lagi.Hubungan Sisilia dan Yogi tidak bisa dijelaskan dengan jelas dalam beberapa kalimat.Sisilia duduk di sofa lain, menyilangkan kaki, menyandarkan siku di lutut, menyandarkan dagu di telapak tangan dan memandangnya dengan penuh minat."Apa suasana hatimu sedang buruk? Kenapa? Apa Bu Cindy membuatmu marah? Aku ba
"...."Cindy mengernyit, "Kalau begitu, apa aku pergi sendiri atau terus menunggu dia?"Mira mengangkat bahu dan berkata bahwa dia juga tidak tahu tentang masalah ini, dia menyuruh Cindy mencari tahu sendiri. Mira harus pergi bekerja dengan Yavon, jadi dia segera pergi tanpa penundaan.Cindy menelepon lagi, dia berpikir kalau Sisilia tidak menjawab lagi, dia akan pergi sendiri. Siapa suruh dia tidak tepat waktu.Panggilan telepon kali ini tersambung, suara Sisilia terdengar dari jauh, "Nona Cindy, aku sudah datang. Maaf, aku terlambat."Sisilia menghampiri Cindy sambil menutup panggilan telepon. Dia tersenyum dan berkata, "Aku sudah menahannya selama berhari-hari. Aku kehilangan kendali dan hampir bolos kerja."Cindy mengangguk, "Karena Bu Sisilia sudah datang, ayo pergi. Ada banyak pekerjaan hari ini."Tim proyek menyediakan kendaraan antar jemput untuk mereka.Karena terlalu banyak pekerjaan dan Sisilia terlambat setengah jam, waktu pun semakin sempit, begitu masuk ke dalam mobil, Ci
Cindy berkata dengan lembut, "Sepertinya kamu sangat suka membicarakan urusan pribadimu denganku, sejak kita berada di pesawat. Kamu memberitahuku hal-hal ini setiap ada kesempatan.""Aku pikir orang-orang menghargai privasi, tapi kamu tampaknya senang membaginya dengan orang lain. Apa kamu punya hobi khusus untuk membocorkan rahasia sendiri?"Sisilia tersenyum, "Apa kamu sangat peduli? Karena apa yang terjadi antara aku dan Pak Yogi? Apa kamu cemburu? Nyatanya kamu masih menyimpannya di hatimu. Lagi pula, kamu sudah tiga tahun bersamanya dan begitu dekat. Bagaimana bisa memutuskannya begitu saja?"Cindy tidak menjawab apa yang dikatakan Cindy, tapi hanya berkata sendiri, "Kalau ada, aku sarankan kamu menemui psikiater. Kamu nggak peka terhadap aspek ini, terkadang akan menimbulkan masalah bagi orang lain.""Tapi, kalau kamu menganggapku sebagai saingan cinta dan mengucapkan kata-kata itu untuk pamer atau untuk membuatku kesal, maka sebenarnya nggak perlu."Senyuman Sisilia perlahan me
Langkah Cindy berhenti tanpa sadar.Yogi pun mendongak, keduanya saling menatap, Yogi menjawab panggilan telepon dengan nada dingin, "Pikirkan apa yang harus kamu katakan kepadaku sebelum meneleponku."Lalu panggilan telepon itu ditutup.Suasana hatinya jelas sedang tidak bagus, jadi dia pun melampiaskan amarah pada Cindy, "Kalau kamu nggak masuk, lepaskan tanganmu, jangan buang waktuku."Cindy menekan tombol bawah untuk mencegah pintu tertutup.Cindy ingin sekali turun ke bawah tanpa naik lift yang sama dengannya, tapi kalau dia menunggu lift berikutnya, dia akan terlambat menghadiri rapat.Cindy terpaksa masuk.Ruang lift terbatas, jadi biarpun Cindy berdiri di dekat pintu dan menjaga jarak sejauh mungkin darinya, samar-samar dia masih bisa mencium bau sejuk seperti air hujan di tubuhnya.Tak satu pun dari mereka berbicara. Hanya dalam sepuluh detik setelah turun, ponselnya berdering dua kali dan dia segera menutup panggilan telepon.Cindy tidak peduli, Cindy kebetulan melihat nama i