Cindy sangat mengagumi Yona, mereka sudah berkali-kali bertengkar, tapi setiap kali bertemu, Yona bisa berpura-pura hal itu tidak pernah terjadi.Namun, kalau Yona tidak terampil, Yona tidak bisa mengendalikan Yogi."Kak Cindy, kenapa kamu ada di sini?"Biarpun Cindy "menyapa" terlebih dahulu, ketika Yona masuk, Cindy bahkan tidak melihat ke arah Yona dan terus makan.Yona bingung dengan maksud dari sikap Cindy, jadi berkata lagi, "Sudah waktunya pulang kerja, bahkan di gedung pun nggak ada orang. Kak Cindy, apa yang kamu lakukan di sini selarut ini?"Cindy masih tidak menjawab, Yona mengerucutkan bibir, "Apa kamu bekerja di sini sekarang? Perusahaan mana?"Dia terus memancing Cindy untuk mengatakan apa yang dia lakukan, karena Grup Mega tidak jauh, Yona takut Cindy datang mencari Yogi.Cindy akhirnya selesai makan mie lalu melirik Yona, "Kamu datang mencari Yogi 'kan? Kenapa nggak pergi? Kalau pergi sekarang, kamu masih bisa menonton pertunjukan seru."Yona langsung bertanya, "Apa yan
Cindy mengangkat kepala dan menatapnya, apakah Yona menceritakan padanya?Steve tidak mengerti, "Pertunjukan apa?"Cindy berkata dengan tenang, "Aku juga nggak tahu.""Sebaiknya kamu nggak tahu." Yogi meletakkan korannya, "Kenapa kamu nggak menjawab panggilan telepon ketika aku meneleponmu setelah pertemuan kemarin?"Cindy mengeluarkan ponsel dan tampak bingung, "Sepertinya aku nggak melihat panggilan itu. Jam berapa Pak Yogi meneleponku? Biar aku periksa."Cindy ingin melihat apakah dia berani mengatakan jam delapan malam.Benar saja, Yogi hanya memandang ke arah Cindy.Yavon tidak tahu apa yang terjadi, tapi melihat suasana di antara mereka berdua agak sensitif, jadi dia membantu mengubah topik dan berkata dengan lantang, "Nona Sisilia yang datang terakhir.""Tapi, aku membeli teh susu untuk kalian. Apa kalian tahu toko teh susu terkenal di Kota Bintang? Mereka membuka cabang di Bandara Kota Shigo. Aku lewat dan melihatnya, jadi aku mengantre untuk beli."Sisilia sepertinya sangat me
Sisilia berkata, "Kemarin kamu memancing Nona Yona ke kantor untuk mencari aku dan Pak Yogi, itu hampir berakhir dengan keributan."Wajah samping Cindy terasa dingin, Cindy mengulurkan tangan untuk menurunkan pelindung cahaya.Sisilia masih tersenyum, "Aku agak terkejut. Setelah apa yang terjadi di kapal dan Nona Cindy sudah nggak bekerja di Grup Mega, ternyata masih memiliki rasa posesif yang begitu kuat terhadap Pak Yogi. Kamu ingin mengganggu biarpun aku hanya mengobrol santai dengannya."Mengganggu?Dua jam tidak cukup bagi mereka untuk menyelesaikan pekerjaannya?Cindy mengira kalau Yona pergi ke sana saat itu, dia hanya akan bertemu dengan kekacauan setelah urusan itu, mungkinkah Yona bahkan mengganggu urusan itu?Cindy memikirkan adegan itu dan mengernyit.Pramugari datang dan bertanya dengan sopan, "Bu, ingin minum sesuatu?""Beri aku setengah gelas limun, terima kasih." Cindy merasa sedikit mual.Pramugari menyerahkannya kepada Cindy, Cindy menghabiskan minumannya.Suara Sisil
Ketika mereka tiba di Kota Air, Cindy menemukan bahwa suhu di sana jauh lebih dingin dibandingkan di Kota Shigo. Pakaian yang dibawa Cindy kurang hangat, jadi dia berpikir untuk pergi ke mal terdekat untuk membeli jaket bulu.Secara kebetulan dia bertemu Steve di lobi hotel. Setelah mengobrol, Cindy menyadari bahwa dia juga tidak membawa pakaian yang hangat. Keduanya saling mengolok-olok dan pergi ke mal bersama.Cindy memilih jaket krem, Steve membeli jaket hitam dengan gaya yang sama.Cindy takut Steve memaksa membantu Cindy membayar tagihannya nanti, jadi Cindy pergi membayar pakaian sementara Steve pergi melihat hal-hal lain."Cindy."Steve memanggil Cindy dari belakang.Cindy menoleh lalu Steve mengalungkan syal di leher Cindy, "Tambahkan syal biar lebih hangat."Dia membantu Cindy memakai syal. Cindy merasa sanggulnya melonggar, jadi dia membuka ikatan karetnya dan mengikatnya lagi. Dia tidak menyadari sedikit pun bahwa tingkah mereka berdua seperti ini begitu dekat dan alami sep
"Kalau nggak, kamu pikir siapa?" Mata Yogi dingin, "Aku berdiri di sini dan mengirim pesan, apa itu mengganggu Bu Cindy?""...."Aneh.Yavon dan sekretarisnya tinggal di lantai 20, Yogi di lantai 19 bersama sekretarisnya Qweneth dan Sisilia, sedangkan Cindy dan Steve di lantai 17.Kenapa dia datang ke lantai 17?Apa dia datang menemui Steve?Dia tidak mungkin mencari Cindy 'kan?Mata Cindy berkedip sedikit, tapi ini tidak penting untuk saat ini. Cindy menyadari bahwa postur di antara mereka berdua tidak pantas saat ini, Cindy juga mencium bau alkohol yang menyengat pada tubuh Yogi.Setelah kembali dari mal, dia pergi minum?Cindy langsung berkata, "Pak Yogi, tolong lepaskan aku."Yogi sedang melihat syal yang melingkari leher Cindy, syal yang Steve bantu kenakan pada Cindy.Matanya semakin dingin, sedikit demi sedikit saat dia teringat semua hal yang sudah terjadi pada Cindy dan Steve selama periode waktu ini.Dia menatap ke lantai.Kantong yang dibawa Cindy tadi terjatuh ke lantai, se
Yogi segera menutup panggilannya dan sekaligus menghindari serbuan Cindy.Tidak ada cahaya sama sekali ketika tirai ruangan ditutup. Serbuan Cindy gagal dalam kegelapan, dia tersandung sudut karpet yang terangkat.Sebelum dia berdiri kokoh, Yogi kembali menekan Cindy dari belakang, mendorong Cindy langsung ke dinding dan menahannya menghadap dinding.Dia mempermainkan Cindy semudah bermain dengan kucing!Tangan Cindy dikendalikan di belakang punggungnya, dia sangat marah hingga dia bernapas terengah-engah. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, "Yogi! Keluar dari kamarku sekarang juga! Kalau nggak ....""Kalau nggak?"Emosi Yogi sepertinya mati rasa karena alkohol, dia sangat dingin dan sengit, "Kalau nggak, bagaimana kalau aku benar-benar melakukan sesuatu? Apa kamu berani membuat masalah?"Seluruh tubuh Cindy menggigil!"Biar kutebak, apa janji Hery pada kalian? Steve ikut proyek itu untuk membantu Grup Suhendra memperkuat suaranya. Keuntungan untuk kalian adalah setelah
Plok.Terdengar suara nyaring!Di ruangan yang gelap dan kosong, itu terdengar jelas.Yogi sudah hidup selama dua puluh delapan tahun, ini pertama kalinya dia ditampar. Oh tidak, dia pernah ditampar oleh Cindy beberapa bulan yang lalu.Saat itu, Yogi bilang dia hanya "menggunakan alat".Namun, kali ini Cindy menamparnya lebih keras.Cindy sedang berbaring di sofa, dadanya naik turun karena marah, keduanya saling memandang dalam kegelapan.Tirainya terlalu gelap, Cindy tidak bisa melihat apa pun. Ekspresi Yogi saat ini, Cindy juga tidak bisa melihatnya.Biarpun jarak antara keduanya kurang dari tiga puluh sentimeter.Napas Yogi sangat teratur, setiap hembusannya memancarkan aura dingin yang mencengangkan.Mereka seperti dua binatang yang bertarung di dalam sangkar, tak satu pun dari mereka mau mundur selangkah, seolah-olah mereka akan hidup seperti ini selamanya.Tiba-tiba, terdengar bunyi bip mekanis di pintu, seseorang membuka pintu dengan kartu kamar.Cindy mendorong Yogi menjauh tan
Untungnya Cindy sudah terbiasa mandiri dan tidak membutuhkan siapa pun untuk membujuk atau menghiburnya. Betapapun frustrasinya dia, akan tercurahkan seperti air, tapi setelah dicurahkan maka akan berakhir.Cindy menghela napas dan perlahan-lahan menjadi tenang.Jangan terburu-buru, jangan cemas, Cindy akan mencoba lagi, Cindy pasti akan berdiri.....Yogi tidak mau kembali ke kamar dan ingin turun ke bawah, jadi dia menekan tombol turun.Lift turun dari lantai atas, pintu terbuka, Yavon berdiri di dalam lift.Yavon segera menyadari tanda merah di wajah Yogi dan lantai tempat dia berada, lalu mengernyit, "Apa kamu mencari Bu Cindy?"Yogi memanggil Cindy dengan "Bu Cindy" sebagai ejekan, sedangkan Yavon memanggil "Bu Cindy" karena kebiasaan.Kenapa dia mempunyai kebiasaan ini?Karena Cindy tinggal bersama Yogi selama tiga tahun.Memikirkan hal ini, wajah Yogi menjadi semakin dingin, dia berjalan menuju lift.Yavon memang sahabat terbaiknya dan sangat memahaminya, "Apa kalian ribut? Apa