Share

BAB 6: Jin Pohon Jambu

Penulis: biafaa21
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-01 05:41:44

“Toiletnya pasti terlewat.”

Laila berjalan ke arah pojok kamar mandi, memeriksa toilet jongkok berwarna hijau di sana.

“Loh? Kok-“

“Udah bersih kan?,” Nayla berdiri di ambang pintu kamar mandi, dengan suara lembut dan senyum manis yang senantiasa terpatri sejak tadi.

Melihat senyum yang tak biasanya terbit di bibir Nayla, membuat Laila merinding sendiri.

Ada apa dengan gadis itu? Tak biasanya mulutnya berkata selembut kain sarung putra yang baru dicuci? Biasanya hanya dua kata yang keluar dari bibirnya, umpatan dan sumpah serapah.

“Ah, kamu pasti lupa menguras tempat air-“ Laila tertegun ketika ia membuka tutup penampungan air, dan hanya satu kata yang dapat mewakilinya, bersih, tempat itu benar-benar bersih, sampai-sampai tak ada satupun lumut dan jentik nyamuk yang biasanya bersarang di sana.

“Udah gue bersihin, bahkan sudah kugosok pinggirannya, plus keran-kerannya sekalian,” kata Nayla santai, sambil menunjukan sikat gigi yang sudah tak karuan bentuknya, menandakan bahwa gadis itu benar-benar melakukan hukumannya, membersihkan seluruh area kamar mandi santri putri dengan menggunakan sikat gigi.

“At-“

“Atapnya pun sudah bersih, gue jamin gak akan ada lagi laba-laba yang berminat membangun sarang di sana.”

Laila meneguk ludah. Kalau begini, dia tak punya alasan untuk marah. Padahal, Laila pikir, gadis itu akan gagal lagi menyelesaikan hukuman kedua, sama seperti dia yang gagal di hukuman pertama.

“Saya sebenarnya tidak pernah percaya soal ini, tapi sepertinya, saya memang harus bertanya dan memastikan,” Laila menatap Nayla horor, “Apa kamu kerasukan?” tanyanya yang membuat Nayla bengong seketika.

“Maksudku, ini memang kesalahanku, menghukummu di sana pada saat tengah hari, di saat menurut gosip para santri, itulah waktu yang tepat bagi ‘mereka’ untuk berkeliaran selain waktu maghrib dan nanti malam.”

Nayla yang masih belum paham arah pembicaraan, balik menatap Laila dengan ekspresi bingung, “Maksud lo apa?”

“Kerajaan jin,” bisik Laila pelan, “Di bawah pohon jambu itu katanya ada kerajaan jin.”

Laila langsung memegang tengkuknya. Dia mengedikan bahunya merasa ngeri tiba-tiba. Sumpah, Laila tak pernah percaya pada hantu, mistis, dan lainnya. Baginya itu semua hanya omong kosong belaka. Bahkan, Laila tidak pernah percaya desas-desus yang tak sengaja ia dengar dari para santri bahwa area lapangan itu, terutama di bawah pohon jambu itu katanya terdapat istana jin, yang akan mengganggu siapapun yang dianggap mengganggu. Melihat perangai gadis itu yang seenaknya, Laila tak merasa heran jika jin-jin itu kemudain merasa terganggu dan merasuk ke tubuhnya.

“Mungkin sama seperti saya, para jin pun benci kamu. Sehingga mereka menempeli kamu dan membuat kamu berubah seperti ini,” Laila masih ingat bahwa saat pukul empat kemarin, saat dia kembali dari kamar mandi, dia tak menemukan Nayla di lapangan. Setelah mencari, akhirnya Laila menemukan gadis itu yang tengah duduk berjongkok di bawah pohon jambu, dengan pandangan kosong dan wajah yang terus tersenyum.

Pun saat Laila memarahi Nayla dan memutuskan untuk menambah hukuman lain, gadis itu sama sekali tak membantah atau melawan. Dia hanya tersenyum sambil angguk-angguk patuh. Dan kepatuhan gadis itu merupakan hal langka yang sepatutnya Laila curigai dari awal.

“Yang berdiri di hadapan saya ini, seperti bukan Nayla yang pembangkang, tak patuh, menyebalkan, dan menjengkelkan, seperti yang saya temui tadi pagi.”

Ah, Nayla mengerti, dia paham sekarang. Mungkin perubahannnya yang menjadi baik, malah membuat Laila takut dan berpikir macam-macam. Tapi kerasukan? Di jaman sekarang? Bukankah itu terlalu berlebihan.

Tapi, daripada melewatkan kesempatan, apakah lebih baik ia menggunakan kesempatan ini untuk mengerjai perempuan menyebalkan bernama Laila ini? Gak papalah, hitung-hitung pembalasan atas kelancangannya karena memberikan hukuman yang tak masuk akal untuk Nayla. Maka, bukannya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Nayla malah mendapat sebuah ide hebat.

Dia kembali menatap Laila tepat di matanya. Dengan tatapan kosong, dan senyum yang dilebarkan seperti tokoh Joker di film-film. Sontak hal itu membuat Laila takut dan mundur sampai ke terpojok di ujung kamar mandi.

“Hahaha, kau benar, aku memang bukan Nayla!” dalam sekejap, Nayla tiba-tiba tertawa. Bukan hal sulit bagi aktris sepertinya untuk berakting pura-pura kerasukan. Jangan lupakan bahwa di apartementnya di Jakarta, terdapat banyak piala penghargaan yang membuktikan bahwa kemampuan Nayla dalam berakting, tak perlu diragukan.

“Anak ini memang bukan Nayla, dia sudah kerasukan!” Nayla terus menatap tajam Laila, membuat wajah angkuh gadis itu hilang seketika dan berubah menjadi pucat pasi.

“Ke-kerasukan apa?” tanyanya terbata-bata.

“Jin!”

“J-jin? Jin apa?”

“Jin cinta!”

Setelah itu, hanya tawa menggelegar yang terdengar di area kamar mandi. Nayla yang tertawa puas, dan Laila yang tak sadar telah dibodohi. Yang terakhir Nayla ingat, hanyalah Laila yang menjerit lalu berlari tunggang langgang menuju ke area mesjid.

Rasakan!

****

Namanya Nisa. Dia adalah teman sekamar Nayla. Masih ingat ranjang tingkat dengan dua kasur itu? Yap, itu sebenarnya adalah kamar milik Nisa, sebelum Nayla datang dan mendeklarasikan diri sebagai raja yang berkuasa di kamar ini.

Nisa ini seumuran dengan Nayla, hanya berbeda dua bulan saja, dengan hitungan Nayla lebih tua. Gadis itu baik, pemalu, dan pendiam. Tipikal santri solehah yang takut melanggar aturan dan mengambil tantangan. Santri patuh yang teladan dan tanpa cela, berbanding terbalik dengan Nayla yang bar-bar dan urakan.

“Yang sebelah kanan dong, tangan gue pegel nih,” Nayla dengan seenaknya menjulurkan tangan kananya yang langsung dipijat oleh Nisa.

Nisa sama sekali tak keberatan, dia malah dengan senang hati menuruti kata Nayla. Karena baru kali ini dia mendapat teman. Memang dasarnya Nisa ini baik, penyabar, dan naif, sampai mau-mau saja diperintah oleh Nayla.

“Nis.”

“Iya Nayla, kenapa?”

“Kau lupa.” Nayla merajuk.

“Oh iya, maksudnya Nona Nayla, kenapa?”

Mendengar kata ‘Nona’ membuat senyum Nayla kembali terbit, “Gue mau tanya. Lo pernah ngintip pondok putra gak?’

“Astagfirullah!” Nisa langsung melepaskan pijatan tangannya, dan menatap Nayla horor, “Gak lah. Nisa gak pernah ngintip. Itu dosa! Itu melanggar peraturan. Kalau sampai Nisa melanggar peraturan, nanti-“ Nisa mendekatkan bibirnya ke telinga Nayla, “’Yang tak boleh disebutkan namanya’ marah,” bisiknya.

“Yang tak boleh disebutkan namanya?” dahi Nayla berkerut. Sebutan itu mengingatkannya pada salah satu sosok di serial Harry Potter yang juga memiliki pantangan yang sama, yaitu tidak boleh disebutkan namanya. Tapi, ini kan dunia nyata, bukan dunia fantasi buatan J.K Rowling yang harus percaya saja dengan mitos-mitos seperti itu.

“Dia, yang menghukummu tadi.’

“Owhh,” Nayla mengangguk mengerti, “Maksudmu, si menyebalkan Lail- Hmpp!“

Ucapan Nayla terpotong karena tiba-tiba Nisa membekap bibir gadis itu agar tak melanjutkan ucapan yang akan membuat mereka berdua berada dalam masalah besar. Nisa tak mau  berada dalam kondisi mengenaskan seperti yang terjadi pada Nayla.

“Jangan keras-keras nanti dia dengar.”

“Kenapa? Bukannya pondok khusus pengurus keamanan letaknya jauh dari sini?”

Seingat Nayla bahwa salah satu hak yang dimiliki oleh para pengurus adalah, mereka dapat tinggal terpisah di sebuah pondok khusus yang letaknya berdekatan dengan Bumi Ageung. Dan jika diukur dari sini, letak pondok itu lumayan jauh, jadi seharusnya Nisa tak punya alasan untuk takut karena Laila pasti tak akan bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

“Jangan menyepelekan kekuatannya, Nona. Karena katanya, menurut desas-desus yang beredar, dia memiliki kekuatan super yang bisa mendengar dalam radius jarak beberapa puluh meter. Jika sampai ada yang berani menyebutkan namanya, dia akan langsung datang dan tak segan-segan untuk menghukum siapapun.”

“Dan lo percaya?” Nayla bertanya, “Kayaknya lo terlalu banyak nonton film, masa cuman perkara panggil ‘Laila’ aja lo udah ketakutan.”

Mata Nisa membulat, dia tak tahu kalau sahabat barunya ini ternyata sekeras kepala itu.

“Nona tidak tahu ya?” Nisa geleng-geleng kepala, mustahil bagi semua penghuni pesantren jika tak tahu soal ini. Walaupun Nayla masih baru, tapi tahu soal aturan paling atas di pondok ini, sudah seharusnya dia perhatikan.

Dengan cepat, Nisa mengambil tempat di depan Nayla, dan duduk dengan takjim seolah bersiap menyampaikan sebuah informasi yang tingkat urgensinya sangat-sangat penting untuk diketahui, “Nona tahu papan peraturan yang dicetak besar-besar di gerbang masuk pondok?”

Nayla mengangguk, “Yang ukuran tiga meter itu?”

“Ya, tepat.”

“Lalu, memangnya kenapa dengan peraturan itu?” Nayla masih tak paham arah cerita.

“Aturan ini memang tak tertulis, namun ditekankan secara tersirat.”

“Maksudnya?”

“Jika Nona perhatikan, di aturan itu langsung ke peraturan nomor dua, tidak tertulis aturan pertama. Karena aturan pertama seharusnya semua orang sudah tahu. bahkan warga-warga sekitar pesantren pun tahu.”

“Memangnya apa isi aturan pertama?”

“Isi aturan pertama itu adalah-“ Nisa menjeda kalimatnya demi memberikan kesan dramatis, “Jangan pernah sekalipun membuat ‘dia’ marah.”

“Kenapa?” tanya Nayla setelah akhirnya paham siapa ‘dia’ yang dimaksud.

“Karena kalau sampai ada yang berani membuat ‘dia’ marah, orang itu tak akan pernah hidup damai di pesantren ini. SE-LA-MA-NYA!” ujarnya dengan mata melotot dan menekankan kata terakhir.

“Oh berarti gue gak bakal hidup tenang dong di sini, karena gue udah buat dia marah tadi sore.”

“Memangnya apa yang sudah Nona lakukan?”

“Hanya hal kecil,” jawab Nayla enteng.

“Hal kecil seperti apa?”

“Gue cuman buat dia jerit dan lari tunggang langgang karena ketakutan,” ujarnya dengan senyum tanpa beban yang ingin sekali Nisa hadiahi wajah itu dengan sebuah pukulan.

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   BAB 7: Puisi Cinta Nayla

    “Matanya coklat indah, bak permata yang berkilau ditimpa sinar mentari,” mata Nayla menatap ke atas, mencoba mendeskripsikan kembali ‘surga dunia’ yang kemarin dilihatnya.“Gurat wajahnya sempurna. Dengan rahang tegas, alis tebal, bulu mata lentik, dan mata yang menenggelamkan dalam pesonanya,” rupa-rupanya puisi dadakan itu masih belum tamat.“Tubuhnya tinggi, bahunya lebar, sangat pas buat dijadiin sandaran hidup gue.”“Hemm,” hanya deheman itu yang mampu Nisa ucapkan. Pasalnya, doia tak tahu harus merespon dengan cara apalagi. Sejak pagi tadi, ah tidak, pukul tiga tadi, Nayla membangunkannya dengan alasan ‘Pengen curhat soal masalah penting’. Nisa mana tahu kalau ‘Masalah penting’ yang dimaksud gadis itu adalah memuji seseorang dengan puisi dadakan yang terdengar alay.“Punggungnya tegap, sangat cocok dijadiin tulang punggung buat gue dan anak-anak gue kelak.”HuhNisa menghembuskan napas lelah, ia sudah tak tahan lagi. Ia sudah muak. Sepertinya sahabatnya itu terlalu berlebihan da

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 8: Calon Jodoh

    “Perjanjian Hudaibiyah. Seharusnya itu jawabannya,” Nisa menghela napas, tak tahu harus berbicara apa pada sahabatnya yang kini terus berjalan terpincang-pincang sambil terus menggosok-gosok dahinya yang sakit.Sebenarnya Nisa pun merasa kasihan, tak tega dia melihat Nayla yang dihukum berjalan jongkok mengelilingi lapangan sebanyak 3 putaran di tengah terik panas matahari siang tadi. Tapi, apa mau dikata, salahnya juga menjawab asal-asalan pertanyaan Bu Diah dan bermain-main dengan guru yang menduduki peringkat kedua teratas sebagai orang yang harus diwaspadai di pesantren Nurul Huda.“Mana gue tahu, soalnya aja gue gak ngerti,” Nayla cemberut. Dia sudah muak dengan semua kesialan yang terus mendatangi hidupnya akhir-akhir ini. Mulai dari skandal yang menjatuhkan karirnya sampai hancur tak bersisa, kemarahan Abah, sampai akhirnya dia terjebak di sebuah tempat antah berantah yang sangat ia benci ini.“Seharusnya Nona tahu, lagipula, siapa juga yang menjawab soal sejarah islam dengan j

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 9: Namanya Ustadz Zayyan

    “Kenapa bisa gini?” Nisa mengusapkan lagi kapas yang telah diberi obat merah ke lutut Nayla yang terluka.“Gue gagal masuk ke area itu,” jawabnya sambil meringis merasakan perih dan sakit di lututnya yang berdarah ketika obat itu bereaksi. “Area itu dijaga, malahan gue yang dimarahi.”Nisa menghela napas lelah. Se-tergila-gila itu kah sahabatnya sampai nekat melakukan segala cara untuk bisa mengejar lelaki itu? Tak tahukah Nayla bahwa obsesinya ini mungkin akan membuatnya berada dalam zona ‘bahaya’? Yang terpenting, tak sadarkah Nayla bahwa saat ini ia mengejar-ngejar manusia yang sebenarnya tak pantas mendapatkan cintanya? Manusia itu memiliki hati yang terlalu keras untuk bisa dipecahkan Nayla begitu saja. Dan gadis itu malah seakan memberi kesempatan, menyerahkan diri sendiri untuk dapat dihancurkan oleh lelaki itu.“Itu pondok khusus laki-laki, tentu saja dijaga. Mustahil santri lain, apalagi perempuan bisa masuk ke sana.”Nisa tak paham jalan pikiran Nayla. Sejauh ini, 20 tahun

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 10: Jodoh Itu Harus Setara

    Pagi ini, sekitar lima belas menit lagi menuju adzan pertama sholat subuh, Laila sudah berjalan dengan gagahnya menelusuri setiap jengkal pondok putri. Seperti tugasnya setiap hari, Laila akan melaksanakan pemeriksaan intensif dan berkala di seluruh area demi memastikan tidak ada santri lain sejenis Nayla yang bersembunyi dan bolos sholat subuh berjamaah. Tuk Tuk Tuk Ketukan sepatu boots berwarna coklat kebanggannya, nampak berbunyi setiap kali ia melangkah, seakan memberi peringatan bagi para santri yang berniat bolos, untuk jangan macam-macam dengan Laila. “Sepertinya sudah aman, lorong-lorong tempat persembunyian mereka pun kosong,” gumamnya pelan setelah meninjau area yang biasa digunakan para santri untuk bersembunyi. Merasa udara semakin dingin, Laila membenarkan posisi jasnya, sebuah jas dengan warna hijau neon yang mencolok, yang menjadi ciri khas dari si penanggung jawab keamanan pondok putri itu. Laila dikenal memiliki gaya berpakaian yang unik, dia lebih senang memadu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 11: Pertemuan Pertama

    “Kita mau ke mana, Abah?”Belum sempat Nayla masuk ke kelas tadi, tiba-tiba gadis itu dikejutkan dengan suara abah yang memanggilnya. Tentu awalnya Nayla merasa senang, karena setelah dua hari perang dingin, akhirnya abah mau juga berbicara dengannnya.“Ke suatu tempat,” jawaban template itu lagi. ini sudah kali ke sekian Nayla mendapatkannya. Bukannnya apa-apa, hanya saja Nayla penasaran, ke mana abah akan membawanya pergi.“Apa Abah akan menghukumku lagi? Seingatku, aku tak melakukan kesalahan besar akhir-akhir ini,” Nayla mencoba mengingat-ingat lagi, barangkali akhir-akhir ini ia membuat satu tindakan yang secara tak sadar telah membuat abah marah dan kembali memberinya hukuman.Eh tunggu? Apakah ini soal Laila? Apakah dia yang mengadu pada abah soal kejadian kemarin?“Kalau soal Laila, Abah, aku udah baikan kok sama dia, jadi kumohon jangan menghukumku lagi.”“Laila? Kenapa Neng bawa-bawa namanya?”Jawaban bingung abah membuat Nayla tahu bahwa ini bukan tentang kejadian kemarin.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 12: Boleh Kupanggil 'Sayang'?

    “Sa.”“Sa-nya digigit.”“Tsa.”“Pinter,” pujinya sambil mengusap pelan puncak kepala Aisha.“Kalau ada huruf hiajiyah dengan bentuk mangkok dan tiga titik di atas, dibacanya bukan ‘sa’ tapi ‘Tsa’, pelafalannya diujung lidah. Mengerti?”Aisha mengangguk sambil tersneyum. Begitupun dengan seorang perempuan dewasa yang nampak duduk sambil terpesona melihat pemandangan indah di depan mata.Sejak satu jam lalu, sejak langkah kaki pertama Ustadz Zayyan masuk ke dalam kelas, sudah membuat wajah gadis itu berubah drastis. Dari yang tadinya sebal, kesal nan emosi, menjadi riang, gembira dan senyum yang senantiasa terpatri.Ya, bagaimana tidak senyum, jika tepat satu meter di depannya, sang pujaan hati yang sejak kemarin dia cari-cari akhirnya nongol sendiri di depan mata. Selain bisa melihat ketampanan sang pangeran, hal yang membuat hati Nayla seakan tengah mengadakan konser itu, adalah ketika melihat begitu lembutnya pria itu mengajari anak-anak belajar huruf hijaiyah.“Man mungkin lelaki se

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 13: Makcomblang

    Sebelum matahari menyingsing, sebelum sinarnya menyapa bumi, seorang gadis terlihat sudah duduk manis di atas sebuah kursi kecil berwarna merah muda. Dia nampak tak bisa diam, seakan tak sabar menunggu kelas pagi yang baru akan dilaksanakan sekitar satu jam lagi.Pagi tadi, sebelum menunggu penceramah selesai memberikan materi khusus seusai sholat subuh, Nayla ijin pergi ke kamar mandi, namun sampai sekarang, Nayla bahkan tak pernah kembali. Rupa-rupanya gadis itu malah kabur dan berlari menuju sebuah kelas bercat warna-warni dan plang di depan pintu bertuliskan:KELAS 1 A“Pokoknya aku harus jadi yang pertama, biar Ustadz Zayyan tahu kalau aku orangnya rajin dan disiplin,” Nayla bergumam kepada dirinya sendiri, “Aku gak sabar liatin tugas yang udah berhasil dikerjain, kira-kira pujian apa yang yang bakal dia kasih?”Sejak semalam, Nayla tak bisa tidur. Setiap kali ia memejamkan mata, yang terlihat hanya gambaran Ustadz Zayyan yang membuatnya seakan tak mau berhenti membayangkan tenta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 14: Surat Cinta untuk Zayyan

    “Japar punya satu cara.”“Bagimana caranya?” tanya Nayla penasaran. Sepertinya, lama berada di tempat ini membuat otak Nayla agak tergeser sedikit, sehingga bodohnya dia percaya saja pada bocah kecil yang mengaku memiliki kemampuan magis untuk men-comblangkan pasangan.Japar celingak-celinguk, memastikan bahwa tak ada siapapun yang akan mendengar rencana brilian yang akan ia utarakan. Seakan sedang bertransaksi barang terlarang, Japar mendekatkan wajahnya sambil berbisik dan berkata,“Surat Cinta, itulah caranya.”****“Nis, kamu pernah buat surat cinta?” tanya Nayla di sela-sela kegiatannya yang tengah menghitung cicak di atap kamar. Sedangkan Nisa, yang siajak bicara, terlihat tengah sibuk memasukan pakaian-pakaian yang baru selesai di setrika ke lemari kecil di pojok ruangan.“Gak, aku gak pernah buat surat kayak gitu. Tapi-“ Nisa menghentikan kegiatannya sebentar, “Aku gak pernah kirim, tapi kayaknya aku pernah dapat beberapa.”Mendengar itu, Nayla yang tengah rebahan di kasurnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 35: Namanya Juga Takdir

    Pukul 2 dini hari. Hujan sudah berhenti, menyisakan sepi dan angin dingin yang masih berlari ke sana sini. suasana sepi itu juga dirasakan oleh dua insan manusia yang tengah duduk berhadapan dengan kondisi pakaian yang sama-sama basah.“Untuk apa kamu ke sini?” Nayla bertanya ketus setelah hampir dua puluh menit lalu yang mereka lakukan hanya duduk diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.“Untuk menyelamatkanmu.”“Tapi aku gak pernah minta diselamatkan.” Jelas Nayla yang seakan memberitahu sosok lelaki di sampingnya bahwa dia sama sekali tak butuh bantuan dari siapapun.“Kamu memang gak minta, tapi Abah yang memerintahkan saya untuk menyelamatkanmu.”Nayla menghela napas dalam. Abah? Abah yang menyuruhnya untuk menemukan Nayla di Jakarta? Apakah sebenarnya apa yang dipikirkan Nayla tak sepenuhnya benar? Apakah sebenarnya masih ada seorang manusia yang masih menyayanginya, yaitu abah?“Saya masih gak habis pikir, kok kamu bisa-bisanya berpikir untuk loncat dan menjerumuskan dirimu

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 34: Sang Penyelamat

    “Ayok Nak, ikut Ibu,” wajah itu lambat laun membentuk sosok utuh perempuan cantik dengan rambut panjang dan kulit pucat. Dia terus tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk bisa digapai oleh Nayla.“Dunia memang jahat, kamu tidak seharusnya di sini. ayok ikut Ibu, bukannya kamu selalu rindu untuk bisa hidup denganku?”Nayla diam, membenarkan dalam hati. Yang dia katakan adalah benar, dunia terasa sangat jahat kepada Nayla. Tak ada satupun manusia yang bisa mengerti dirinya, bahkan Abah yang ia duga akan mengerti, sama saja seperti orang lain. Kekecewaan Nayla terhadap penolakan Ustadz Zayyan yang berlanjut kekecewaannya terhadap penghianatan Lily dan Jerry membuat kepala Nayla semakin kacau.Prasangkanya kepada Tuhan yang katanya selalu mencintai hamba-Nya, perlahan kabur, berganti menjadi rasa kecewa dan timbul pertanyaan, apakah Tuhan benar-benar baik seperti yang selalu dikatakan abah padanya?Kalau Tuhan m

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 33: Jembatan yang Sama

    “Totalnya jadi 76.000.”Nayla merogoh lagi saku gamis. Hanya tersisa uang lima puluh ribu di sana. semua yang terjadi benar-benar tak sesuai dengan ekspetasi. Mana tahu kalau kembali ke Jakarta membuatnya harus berada dalam situasi seperti ini.Selembar uang biru yang sudah lecek dan basah entah karena hujan atau air matanya, hanya itulah barang berharga terakhir yang ia punya. Salahkan juga Nayla yang merasa cukup kabur hanya dengan uang seratus ribu yang berhasil ia curi dari saku gamis abah. Lalu ke mana sisa lima puluh ribu lagi? uang itu sudah Nayla gunakan untuk menyogok sopir mobil bak yang sering membawa sayur ke pesantren, agar sopir itu bisa membawanya kabur kembali ke Jakarta.“Saya gak punya uang Pak, hanya sisa segini,” Nayla berbicara lemah. Seumur-umur dia tak pernah merasa se miskin ini. Dulu saat Nayla menjadi aktris, didompetnya tak ada lagi uang lain selain yang berwarna pink dan biru, tapi sekarang, bahkan uang tujuh p

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 32: Penghianatan Lily

    “Cassandra?” Jerry lah yang pertama kali bersuara ketika ia melihat seorang perempuan berdiri di balik ruang kerjanya.Di sana, sudah ada Nayla yang menatap geram pada kedua manusia bejat di hadapannya. Beberapa detik lalu, Nayla memutuskan ke luar dari tempat persembunyiannya dan hendak melabrak Jerry dan Lily.“Apakah benar itu kamu?”“Ya, ini aku, Cassandra Calista, manusia yang telah kalian hancurkan karirnya dan kehidupannya.” Suara Nayla bergetar hebat, dia sudah tak sanggup lagi bersuara ketika hatinya sedang terluka. Sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, Nayla berusaha setengah mati untuk tak terlihat lemah di hadapan Jerry dan Lily. Dia tak mau mereka merasa menang karena telah berhasil mengalahkan keteguhan hati Nayla.“Ini benar-benar kamu?” Jerry memastikan sekali lagi ketika melihat penampilan Nayla yang berbeda.“Kenapa kamu terlihat berbeda?” Cassandra yang dulu ia kenal tak mungkin berpenampilan seperti ini. Cassandra adalah tipe yang sangat mengerti tentang fa

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 31: Dalang di Balik Skandal

    “Apa kau ingat, Baby, saat kita membuatnya tak sadar dan berakhir di kamar hotel? Kita bahkan berhasil mengambil puluhan fotonya saat dia bersama lelaki tua yang kita sewa.”“Tentu saja, aku ingat waktu itu, satu foto barang bukti bisa kita jual seharga seratus juta lebih kepada banyak media.”Tawa itu semakin terdengar menusuk ke dalam hati Nayla. Di bawah sana, teapt di abwah meja, Nayla masih meringkuk sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat berharap agar suara-suara dan hinaan itu tak terdengar lagi olehnya.Beberapa kali, gadis itu bahkan mencubit lengannya sampai memerah dan mengeluarkan darah, berharap agar semua yang terjadi adalah mimpi buruk dan Nayla ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.“Yang paling aku ingat, Baby, saat wajahnya berubah sepucat mayat saat kakeknya yang kampungan itu datang ke klub dan menangkap basah cucunya yang sedang mabuk dan menari di atas lantai dansa. Aku bisa merasakan perasaan kecewa dari kakeknya itu ketika melihat cucu tersayangnya dal

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 30: Permintaan Abah

    Pintu itu tidak terkunci, membuat seorang gadis dengan gamis hitam dan jilbab panjangnya itu akhirnya berhasil masuk dengan mudah ke dalam ruangan bertuliskan ‘Ruangan Khusus Tuan Jeremy Nata Yudha.”Dengan satu niat kejahilan di kepala, Nayla memutuskan untuk bersembunyi di bawah meja milik Jeremy. Niatnya dia ingin mengagetkan kekasihnya itu dan memberikan kejutan kepadanya.“Pasti Jery bakal kaget liat aku ada di sini,” sembari terkikik, Nayla sengaja menarik lagi kursi geser agar menutupi tubuhnya yang jongkok di bawah meja.Tak lama menunggu, dapat Nayla dengar suara langkah kaki. Dari suara ketukannya, Nayla tebak bahwa yang datang mendekat bukan hanya satu orang melainkan lebih. Intuisinya mengatakan bahwa yang akan masuk ke ruangan ini adalah dua orang? Tapi siapa?Tiba-tiba terdengar suara pintu otomatis yang terbuka, disusul dengan suara seorang pria.“Gimana Baby, seneng gak kemarin waktu kita jalan-jalan ke

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 29: Hallo Lagi Jakarta!

    “Nama?”“Cassand- eh, Nayla. Nama saya Nayla Zahrana Putri.”Seorang perempuan dengan rambut disanggul rapi dan mengenakan jas kerja, nampak mengetikan sesuatu di layar komputernya.“Nona ingin menemui siapa?”“Jerry, Maksud saya Tuan Jeremy Nata Yudha,” suara Nayla terdengar gemetar ketika mengatakan nama itu. Jerry, adalah panggilan khusus untuknya kepada kekasihnya, Jeremy. Berbagai perasaan bercampur aduk di dalam hatinya, perasaan takut, ragu, pun perasaan rindu yang meledak-ledak. Rasanya sudah sangat lama ia tak bertemu bahkan bertukar pesan lewat handphone pun tidak pernah, setelah hp miliknya diamankan oleh Abah.Mata Nayla mengedar, menelisik setiap sudut interior dalam bangunan megah ini. Sudah terlalu lama dia meninggalkan gedung yang dulu sudah serupa rumah kedua baginya di Jakarta. Tentu saja, karena gedung ini adalah gedung tempat manajemen yang menanungi pekerjaan keaktrisannya selama di ibu kota.Semua ruangannnya masih sama, hanya saja interiornya yang agak sedikit b

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 28: Kabur

    Pukul 4 pagi, beberapa menit lagi menuju adzan subuh, Abah yang sudah terbangun dan tengah mengadu kepada Tuhannya di atas sajadah, dikejutkan dengan suara ketukan di pintu depan Bumi Ageung. Ketukan itu terdengar keras, dan berulang-ulang, menandakan ada sesuatu tak baik yang sedang terjadi.Terpaksa, lelaki tua itu bangkit dari sajadah berwarna marun dan menutup kitab Al-Quran di tangannya, lalu dicium sebelum diletakan kembali di atas nakas.“Abah! Abah!” suara dua orang wanita itu terdengar panik, terus menerus memanggil abah untuk segera ke luar dan menemui mereka.“Waalaikumsalam warahmatullah, sebentar,” dengan langkah tertatih, abah menuju sebuah pintu ukir berbahan kayu yang ia pesan langsung dari Jepara.“Siapa?” Abah membuka pintu itu, dan mendapati dua orang santrinya yang menatapnya dengan tatapan berbeda. Salahs eorang di antara mereka, seumuran dengan Nayla, cucunya, dan seorang lagi merupakan gadis kecil yang abah ingat beberapa kali melihat Nayla bersama dengan mereka

  • Mengejar Cinta Ustadz Galak   Bab 27: Satu Permintaan Sederhana

    “Saya mau Ustadz nikah sama saya.”Tiga detik berikutnya, hanya suara angin yang terdengar. Sepertinya Zayyan masih terkejut dengan permintaan aneh dari gadis itu sekaligus keberaniannya mengatakan kalimat konyol itu.“Itu permintaan saya, dan saya mau Ustadz tepati janji Ustadz kemarin.”“Saya tidak bisa,” kata-kata itu terlontar tegas dari bibir Zayyan, “Saya tidak bisa mengabulkan permintaan itu.” ulangnya lagi sembari melanjutkan langkahnya untuk menjauhi Nayla.“Kenapa?” Nayla tak akan menyerah semudah itu, dia terus mengejar dan mengikuti ke mana pun Zayyan pergi.“Kenapa Tadz, bukannya kemarin Ustadz udah janji?”“Tapi bukan permintaan seperti itu yang saya maksud!”“Kenapa? Bukannya itu hanyalah permintaan kecil yang bisa dengan mudah diwujudkan. Bahkan jika Ustadz setuju, kita bisa secepatnya melakukan pernikahan itu. Mau lusa? Besok? Atau sekarang pun saya siap, kita tinggal panggil penghulu dan-““TIDAK SEMUDAH ITU!” Zayyan tanpa sadar membentak Nayla. Emosinya tak bisa dik

DMCA.com Protection Status