Share

Bab 50

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2025-03-16 04:15:22

Mereka mengurangi lari kuda saat memasuki hutan belantara. Semak-belukar tumbuh malang-melintang sehingga cukup menyulitkan untuk dilewati.

Pemandangan di sekitar tampak sangat alami, belum pernah terjamah manusia, dahan mati tergeletak di tanah tanpa tersentuh pencari kayu bakar.

"Aku baru mengerti Resi Kamandalu melepas kita seolah pergi selamanya," kata Arjuna. "Kita sulit mengingat jalan untuk kembali."

"Kita pergi ke arah barat," ucap Larasati. "Padepokan berarti berada di sebelah timur."

"Kau ingat posisi persisnya?"

"Tidak."

Hutan ini sangat luas, sulit menemukan lokasi terpencil secara tepat.

Mereka menempuh perjalanan berpedoman pada matahari. Mereka beristirahat saat matahari berada di atas kepala.

Menunggu bergeser ke barat.

"Aku kagum pada eyang guru," ujar Larasati. "Ia hapal jalan pulang. Bagaimana cara mengingatnya?"

Berbagai pohon tumbuh secara alami, tidak ada hutan sejenis untuk penunjuk arah.

Butuh kejelian tinggi supaya tidak tersesat.

"Kebo
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 51

    Arjuna memperkirakan ada sepuluh orang bersembunyi di balik pohon mengepung mereka. "Biarkan saja," kata Bajang. "Mereka kelihatannya mencium aroma ayam bakar. Kita kasih tulangnya nanti." "Api unggun memancing mereka untuk datang," ujar Chitrangada. "Aku kira mereka bukan orang baik-baik." "Mereka sedang mengawasi diriku," ucap Arjuna. "Mereka ingin memastikan kalau aku adalah orang yang dicari. Mereka para pemburu hadiah." "Kacamata hitam sulit untuk menyembunyikan wajahmu," tukas Larasati. "Tapi cukup untuk memperdaya mereka." Arjuna mengenakan kacamata hitam bundar bertangkai tulang ikan paus, dan jubah besar model blazer selutut. Kacamata itu membantu Arjuna dapat melihat secara jelas di kegelapan. Jubah menutupi pakaian sporty yang dikenakannya. "Mereka heran aku memakai jubah ketua," kata Arjuna. "Eyang resi sangat gegabah memberikannya kepadaku. Mereka bukan hanya mengincar kujang emas, juga jubahku." "Kau pantas menggantikan kedudukan eyang guru," ujar Bajang. "Kau

    Last Updated : 2025-03-16
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 52

    Sepuluh kakek bercaping terkejut melihat jurus yang dimainkan mereka. "Jadi kalian murid Resi Kamandalu?" ujar ketua. "Aku tidak pernah dengar ia mengambil murid." "Kupingmu berarti tertutup kotoran," ejek Bajang. Ketua tidak terpancing, ia memandang Arjuna dengan sinis. "Gurumu gegabah sekali menyerahkan jubah dan kacamata kepadamu. Ia sudah merendahkan rimba persilatan." "Dunia persilatan demikian terhormat sebelum kedatangan manusia bejat seperti kalian," sindir Chitrangada. Mereka sudah berusia di atas satu abad, seharusnya sudah memicingkan mata dari kehidupan duniawi. Bukan melajur nafsu seolah takkan pernah mati. Barangkali nafsu ini yang menyebabkan Panduwinata mendirikan kerajaan baru ketimbang bergabung dengan Demak. "Aku sulit berbaik hati dengan kelancangan mulutmu," geram Subekti. "Kau pikir aku ragu untuk berbuat kasar?" Ketua menegur, "Jangan sampai lecet, Subekti...!" Chitrangada hampir muntah mendengar omongan cabul itu. Bagaimana masa mudanya jika di usia

    Last Updated : 2025-03-16
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 1

    "Aku tidak tahu siapa bapakmu!" Dewi Priti sudah habis kesabaran menghadapi pertanyaan Arjuna sejak SD hingga sekarang sudah menjadi CEO. "Aku tidak pernah bertemu lagi sejak malam terkutuk itu!" Dua puluh lima tahun silam, Dewi Priti dan beberapa teman SMA mengadakan pesta kelulusan di sebuah diskotik, minumannya ada yang membubuhi obat perangsang, ia meminta seorang eksekutif muda yang bertemu di koridor hotel untuk membebaskan hasrat yang menggila. Cinta satu malam itu menimbulkan bencana sehingga ia diasingkan ke pelosok untuk menjaga kehormatan keluarga. Dewi Priti sudah putus asa mencari pria itu, semua pegawai hotel ditemui, bahkan ia mendatangi alamat tamu pria yang menginap malam itu, tapi tak ditemukan. "Carilah calon istri yang tidak peduli siapa bapakmu!" kata Dewi Priti kesal. "Perempuan bukan hanya Chitrangada!" Arjuna terduduk lemas di sofa beludru. Ia sulit memahami hingga kini, bagaimana keluarganya sampai kehilangan jejak pria itu padahal mereka mempunya

    Last Updated : 2024-05-22
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 2

    Arkeolog memeriksa kujang emas dengan kaca pembesar, tiada cacat sama sekali. "Mahakarya yang sangat sempurna," puji arkeolog. "Anda mendapatkan dari mana? Orang itu bodoh sekali menjualnya." "Apa keistimewaan kujang itu?" tanya Arjuna. "Selain terbuat dari emas murni." Kujang itu petunjuk yang tertinggal dalam tragedi cinta satu malam. Ibunya menemukan kujang itu tergeletak di meja saat terbangun keesokan harinya. "Kujang emas ini peninggalan abad enam belas jika dilihat dari motifnya," kata arkeolog. "Senjata pusaka kasta ksatria." "Kau tahu berapa nilainya?" "Kujang ini tak ternilai. Kau tinggal sebutkan harga, mereka langsung mengeluarkan uang." Berarti bapaknya seorang kolektor seni yang kaya raya. Tidak banyak orang yang mempunyai kegemaran gila di negeri ini. Di kepalanya mulai muncul beberapa tokoh publik dan konglomerat. "Kau punya alamat kolektor seni terkemuka?" "Tentu saja. Mereka sering meminta pendapatku. Tapi buat apa kau tanyakan alamat mereka? Kau

    Last Updated : 2024-05-22
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 3

    Lesmana membuka mata dengan wajah berkeringat, kelihatan berat sekali untuk mencari tahu siapa pemilik kujang emas. "Tertutup cahaya putih." Lesmana sudah menyerah dari tadi kalau bukan permintaan sahabat lamanya. "Sulit sekali menembus cahaya itu." Arjuna merasa kasihan melihat kondisi cenayang itu, sepertinya kalah ilmu sehingga tidak sanggup membuka tabir. Barangkali bapaknya berilmu tinggi, atau mempunyai guru spiritual untuk menutup penerawangan dari kompetitor bisnis atau orang berbuat jahat. "Jangan paksakan," kata Arjuna. "Terima kasih atas bantuanmu." "Kujang ini memiliki kesaktian luar biasa." Lesmana mengembalikan kujang emas yang dipegangnya. "Hawanya sangat aneh." Kujang receh dibilang sakti, keluh Arjuna dalam hati. Lamarannya pasti diterima Angada kalau kujang itu sakti. Nyatanya kujang emas tidak dapat menolong dirinya, pemiliknya saja gelap. Ia curiga Lesmana cenayang konten, ilmunya kosong. "Aku ada beberapa kenalan cenayang," kata Ulupi setelah m

    Last Updated : 2024-05-24
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 4

    Arjuna memperhatikan kujang emas sambil duduk dengan lesu di kursi kerja. Kujang itu selalu dibawanya ke mana pun pergi, siapa tahu ia bertemu secara kebetulan dengan pemiliknya. Arjuna belum menemukan jawaban, bagaimana kujang bernilai ratusan miliar sampai tertinggal di kamar hotel? Apakah bapaknya seorang pejabat penting sehingga buru-buru pergi karena kuatir tertangkap tim OTT? Telpon internal di meja berbunyi, ia tekan tuts. "Maaf mengganggu, Pak." Terdengar suara sekretaris lewat loud speaker. "Ada tamu." "Hari ini tidak ada schedule menerima tamu." Arjuna sedang tidak mau diganggu. Pikirannya lagi kacau. Ibunya mendesak untuk menjual kujang emas karena ada tawaran menggiurkan dari kolektor kelas kakap dari negeri jiran. Ibunya menginginkan Arjuna untuk melupakan bapaknya dan mengakhiri pencarian sia-sia. Arjuna menolak, ia ingin menjadikan kujang emas sebagai pengganti ayahnya, sehingga perlu dipertahankan sampai akhir hayat. "Tamu itu ada urusan penting dan mend

    Last Updated : 2024-05-25
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 5

    "Celaka!" Arjuna terduduk lemas di kursinya. Nasib baik seolah tak berpihak padanya. Padahal ia menyebutkan nama yang sekiranya tidak dikenal, ternyata menjadi rekan bisnis Chitrangada. "Kenapa aku bilang Rara Ireng pilihan bapakku?" Rara Ireng adalah musuh bebuyutan sewaktu SMA, dan menjadi kompetitor bisnis setelah mereka menjadi CEO. Perseteruan mereka barangkali sampai kiamat kalau Rara Ireng tidak meneruskan bisnis ayahnya dan tinggal di Kuala Lumpur. Perusahaan di Jakarta dipegang adiknya, Arjuna baru merasa tenteram dan damai. Chitrangada muncul dari toilet, ia mengeluh, "Aku tidak tahu apa keistimewaan Rara Ireng sampai ayahmu tidak menyetujui aku jadi menantunya." "Mantannya lebih sedikit." "Ada pengaruhnya bagimu?" "Tidak ada." Mantan Arjuna juga banyak sampai kemudian ia menemukan gadis yang cocok untuk mengakhiri petualangannya. "Aku tinggal di Boston untuk menimba ilmu, bukan menimba budaya mereka," kata Chitrangada. "Lalu apa masalahnya dengan pah

    Last Updated : 2024-05-25
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 6

    Arjuna bertanya kepada sekretaris lewat telpon internal, "Ada orang masuk saat aku pergi ke basement?" "Tidak ada, Pak." Arjuna menyesal seharusnya kujang emas disimpan di brankas. Tapi laci meja dikunci dan tidak ada tanda-tanda dibuka paksa. Arjuna memeriksa rekaman kamera pengawas, tidak ada orang masuk selama ditinggal pergi. "Sungguh aneh," kata Arjuna. "Apa mungkin ada pencuri masuk lewat kaca gedung?" Ada perbaikan sealant pada kaca gedung. Tapi bagaimana mereka masuk sementara kaca tertutup rapat? Laci juga tidak mengalami kerusakan. Ibunya menghubungi lewat gawai, "Kok lama sekali?" "Kujangnya hilang." "Apa?" Terdengar nada kaget cukup keras. "Bagaimana hal itu terjadi?" "Sewaktu aku mengantar Chitrangada ke basement parkir, kujang disimpan di laci dan dikunci, sekarang tidak ada." Kujang emas benar-benar bikin jengkel dirinya. Ia ada kesempatan untuk membuktikan Datuk Cakil adalah ayah biologisnya, tapi kujang emas menutup kesempatan itu. Arjuna me

    Last Updated : 2024-05-25

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 52

    Sepuluh kakek bercaping terkejut melihat jurus yang dimainkan mereka. "Jadi kalian murid Resi Kamandalu?" ujar ketua. "Aku tidak pernah dengar ia mengambil murid." "Kupingmu berarti tertutup kotoran," ejek Bajang. Ketua tidak terpancing, ia memandang Arjuna dengan sinis. "Gurumu gegabah sekali menyerahkan jubah dan kacamata kepadamu. Ia sudah merendahkan rimba persilatan." "Dunia persilatan demikian terhormat sebelum kedatangan manusia bejat seperti kalian," sindir Chitrangada. Mereka sudah berusia di atas satu abad, seharusnya sudah memicingkan mata dari kehidupan duniawi. Bukan melajur nafsu seolah takkan pernah mati. Barangkali nafsu ini yang menyebabkan Panduwinata mendirikan kerajaan baru ketimbang bergabung dengan Demak. "Aku sulit berbaik hati dengan kelancangan mulutmu," geram Subekti. "Kau pikir aku ragu untuk berbuat kasar?" Ketua menegur, "Jangan sampai lecet, Subekti...!" Chitrangada hampir muntah mendengar omongan cabul itu. Bagaimana masa mudanya jika di usia

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 51

    Arjuna memperkirakan ada sepuluh orang bersembunyi di balik pohon mengepung mereka. "Biarkan saja," kata Bajang. "Mereka kelihatannya mencium aroma ayam bakar. Kita kasih tulangnya nanti." "Api unggun memancing mereka untuk datang," ujar Chitrangada. "Aku kira mereka bukan orang baik-baik." "Mereka sedang mengawasi diriku," ucap Arjuna. "Mereka ingin memastikan kalau aku adalah orang yang dicari. Mereka para pemburu hadiah." "Kacamata hitam sulit untuk menyembunyikan wajahmu," tukas Larasati. "Tapi cukup untuk memperdaya mereka." Arjuna mengenakan kacamata hitam bundar bertangkai tulang ikan paus, dan jubah besar model blazer selutut. Kacamata itu membantu Arjuna dapat melihat secara jelas di kegelapan. Jubah menutupi pakaian sporty yang dikenakannya. "Mereka heran aku memakai jubah ketua," kata Arjuna. "Eyang resi sangat gegabah memberikannya kepadaku. Mereka bukan hanya mengincar kujang emas, juga jubahku." "Kau pantas menggantikan kedudukan eyang guru," ujar Bajang. "Kau

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 50

    Mereka mengurangi lari kuda saat memasuki hutan belantara. Semak-belukar tumbuh malang-melintang sehingga cukup menyulitkan untuk dilewati. Pemandangan di sekitar tampak sangat alami, belum pernah terjamah manusia, dahan mati tergeletak di tanah tanpa tersentuh pencari kayu bakar. "Aku baru mengerti Resi Kamandalu melepas kita seolah pergi selamanya," kata Arjuna. "Kita sulit mengingat jalan untuk kembali." "Kita pergi ke arah barat," ucap Larasati. "Padepokan berarti berada di sebelah timur." "Kau ingat posisi persisnya?" "Tidak." Hutan ini sangat luas, sulit menemukan lokasi terpencil secara tepat. Mereka menempuh perjalanan berpedoman pada matahari. Mereka beristirahat saat matahari berada di atas kepala. Menunggu bergeser ke barat. "Aku kagum pada eyang guru," ujar Larasati. "Ia hapal jalan pulang. Bagaimana cara mengingatnya?" Berbagai pohon tumbuh secara alami, tidak ada hutan sejenis untuk penunjuk arah. Butuh kejelian tinggi supaya tidak tersesat. "Kebo

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 49

    "Kodok emas dapat membedakan mana kawan mana lawan," kata Resi Kamandalu. "Ia adalah siluman kodok yang sudah ditaklukkan guruku." "Kenapa eyang guru tidak berburu siluman kodok saja kalau bisa berubah menjadi kodok emas?" tanya Bajang. "Eyang bisa menjadi orang terkaya di Pancala." Kepolosan Bajang menghadirkan senyum di bibir kakek itu. Dikiranya siluman kodok adalah tambang emas. Kodok emas adalah raja siluman kodok, dan tidak semua raja siluman kodok menjadi kodok emas. Kaki depan dan belakang berjari lima, muncul lima abad sekali. "Sebaiknya kau bersiap-siap seperti yang lain," kata Resi Kamandalu. "Jangan sampai kau pulang lagi ke padepokan ini, berarti kegagalan bagimu." "Apakah aku tidak boleh menyambangi eyang guru?" "Aku akan datang di saat kalian membutuhkan, dan aku berharap tidak pernah datang." Kepergian dari padepokan bukan kepergian selamanya, namun situasi membara di Pancala butuh waktu lama untuk memadamkan. Resi Kamandalu menanamkan kepada muridnya bahwa pa

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 48

    Arjuna berlatih jurus Menangkap Ekor Merak, bagaimana merespon energi yang datang dan memantulkan kembali energi itu laksana musuh memukul bola karet raksasa. Serangkaian gerakan berturut-turut dan sambung menyambung dengan jing sebagai energi utama. Jurus itu bagian dari delapan jurus dalam kitab kuno I Ching. "Kau menguasai jurus cepat sekali," puji Resi Kamandalu. "Delapan energi sudah kau kuasai dalam separuh tahun." "Lalu apa hubungannya dengan kujang emas?" "Kau bisa menggunakan delapan energi untuk mengendalikan energi kujang emas. Kau akan menjadi pendekar tanpa tanding." "Aku lebih suka menjadi pendekar tanpa bertanding." Larasati memandang kagum. "Kau sungguh hebat sekali. Aku saja belum menguasai secara sempurna." Arjuna sangat payah dalam penguasaan jurus kalau tidak didukung energi kujang emas. Energi itu membantu kelenturan dalam gerakan tangan dan kaki. Arjuna juga mempunyai energi inti yang dapat meremukkan batang pohon dengan telapak tangan. "Aku

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 47

    "Entahlah." Resi Kamandalu menghela nafas seolah ingin menghalau misteri yang menggantung di kepalanya. "Aku tidak kenal siapa ayahmu. Jadi aku tidak tahu suara tanpa wujud itu milik siapa." Arjuna termenung. Bagaimana kalau suara itu adalah suara ayahnya? Ia ingin menyelamatkan putranya dengan meminta bantuan Resi Kamandalu. Kujang emas membawanya ke abad lima belas supaya Arjuna mengetahui secara langsung kabar duka ini. "Namun aku yakin suara itu bukan suara ayahmu. Pada saat Panduwinata terkepung, ia menyerahkan kujang emas kepada Senopati Aryaseta untuk diselamatkan. Widura dan pembantu dekatnya mengejar senopati. Kemudian tersiar kabar kalau Widura gagal mendapatkan kujang itu." Secercah harapan muncul di hati Arjuna. Kemungkinan besar ayahnya masih hidup. Seandainya tertawan pun, ia pasti dibiarkan hidup, sebab kujang emas ditinggal di kamar hotel. "Aryaseta kabur ke masa depan," kata Arjuna. "Pangeran Cakil mengejar. Kemudian datang seorang gadis minta bantuan." Ada

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 46

    "Aku kira kujang emas berada di tanganmu bukan kebetulan," kata Resi Kamandalu. "Ia berjuang menembus ruang dan waktu pasti membawa pesan penting untukmu, hanya belum terungkap." "Kujang emas singgah di zamanku karena lelaki tidak bertanggung jawab." Kebodohan ibunya telah menyeret Arjuna pada masalah yang rumit. Seandainya ia kembali ke abad 21, bagaimana pertanggungjawaban dirinya kepada keluarga Angada? Chitrangada pergi bersamanya! "Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Chitrangada saat mereka berada di dalam kamar. "Resi Kamandalu berusaha membantu dirimu. Mengapa kau begitu sulit?" "Resi Kamandalu ingin menjadikan aku ksatria untuk mengatasi kemelut kerajaan," sahut Arjuna dingin. "Aku tahu resi itu tercatat dalam sejarah, hanya aku tidak sempat membacanya." "Apa ruginya menjadi ksatria pinilih? Kau akan berurusan dengan istana dalam mencari jejak ayahmu. Bagaimana kau melindungi dirimu?" Chitrangada sulit memahami logika Arjuna. Ia sudah terjebak dalam pertikaian ista

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 45

    Resi Kamandalu baru pulang saat mereka hendak pergi tidur. Kakek berselempang putih itu membawa barang pokok banyak sekali. Barang itu cukup untuk persediaan selama sebulan. "Kakek habis menjarah toko kelontong?" tanya Bajang sambil menurunkan beberapa barang dari pelana dua ekor kuda. "Buat apa kakek bawa pulang kuda? Binatang seperti ini banyak di savana." Kuda itu berbulu hitam mengkilap, tampak gagah dan elegan, biasa digunakan pasukan kavaleri. "Kakek merampas kuda prajurit istana?" tanya Larasati. "Bukankah perampokan terlarang di mayapada?" "Harta rampasan perang," kata Resi Kamandalu. "Aku sedang belanja di sebuah toko kelontong, datang sekumpulan perampok berkuda, aku merasa terpanggil untuk melindungi pemilik toko dan keluarganya. Kemudian aku mendapat hadiah bahan pokok." Situasi di Pancala semakin kacau dengan kemunculan perampok, mereka memanfaatkan ketegangan yang terjadi. "Kuda itu kelihatannya bukan milik perampok," sanggah Larasati. "Kuda itu milik pejabat ke

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 44

    Mereka gelisah ketika hari sudah senja Resi Kamandalu belum pulang juga. "Apakah sebelumnya pernah begini?" tanya Arjuna. "Belum pernah," jawab Larasati panik. "Aku takut terjadi sesuatu dengan eyang guru." "Aku makin pusing melihatmu mondar-mandir kayak anak ayam mencari induknya," gerutu Bajang. "Bisakah kau duduk seperti kami?" Bajang menduga ada urusan penting sehingga Resi Kamandalu pulang terlambat. Resi Kamandalu adalah pertapa yang sangat disegani di wilayah Pancala. Mereka berpikir ulang untuk berurusan dengannya. Pendekar golongan putih dan golongan hitam sangat menaruh hormat kepadanya. "Apakah kau tidak khawatir dengan keselamatan eyang guru?" delik Larasati kesal. "Kau murid durhaka!" "Kau mestinya mengkhawatirkan diri sendiri," balik Bajang santai. "Kita makan apa besok kalau kakek tidak pulang?" "Di otakmu cuma ada makanan!" "Badanku sudah kurus kering. Apa jadinya kalau besok hanya makan ubi?""Jadi cacing tanah!" Larasati bingung apa yang mesti dilakukan.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status