Kini semuanya sudah berkumpul kembali di tempat. Namun, Jolly masih menampakan wajah tak mengenakan, ia masih merasa malu atas kejadian barusan. Wajahnya kini masih terlihat kemerahan.
“Lo kenapa si Lyy? Dari tadi gue perhatiin muka lo gak nyenengin banget,” seru Qyara, merasa temannya tak baik-baik saja.
Jolly melirik pada Shega sesaat, “ah tau ah, gue pengen pulaaangggg ....” Jolly meggerutu, seraya menenggelamkan kepalanya pada tangan yang menyilang di atas lutut.
Qyara bergeming melihat tingkah Jolly, “lo apain temen gue?” tanya Qyara, mengingat sebelum ini Jolly bersama dengannya. Sementara Shega tidak menggubris sama sekali. Pria ini nampak tenang terukis di wajahnya.
“Wah ada yang gak beres nih,” ujar Birru nampak curiga. Ujung matanya berkerut seraya menatap Shega tajam.
Shega yang di tatap seperti itu oleh Birru nampak tak nyaman, “lo gak usah liat gue kaya gitu, atau mata lo gue rebus
Usai acara penutupan perkemahan selesai siswa SMA Adiwilanga diberi waktu satu hari untuk beristirahat di rumah. Pun dengan Shega, kini pria tersebut tengah bertengger pada jendela kamarnya.“Gue gak mungkin sih suka dia,” batin pria yang semakin gelisah itu.Shega menarik nafas dalam-dalam, “gue gak ngerti sama diri gue sendiri. Arghhh ....” Shega menggerutu, seraya mengacak rambutnya secara kasar.Tanpa berfikir panjang Shega menambil handphone miliknya di atas nakas, ia menelepon sahabatnya yang tak lain dia adalah Artha dan Birru. Shega menelepon mereka secara bersamaan.“Ada apa nih,” seru Birru di sebrang sana.“Baru juga sehari gak ketemu ga, lo udah kangen aja,” timpal Artha seraya terkekeh geli.“Lo pada ke sini dah, gue tunggu!” ucap Shega tak bertele-tele.“Mo ngapain anjir! Gue lagi pengen tidur full day hari ini
Artha dan Birru nampak gusar melihat Shega yang tak kunjung faham.“Iya, misal kaya dek-dekan kah, atau kaya mau mati kah?” sahut Artha menjelaskan.Shega bergeming sesaat, retina matanya menatap pada langit-langit, “berarti selama ini gue udah jatuh cinta sama semua orang ya?” tanya Shega, membuat Artha dan Birru bergeming, mereka berdua nampak dibuat bingung.“Maksud lo? ya kali lo jatuh cinta sama gue juga ga” seru Birru, ia merasa aneh atas ucapan Shega barusan.“Gue selama ini dek-dekan dari lahir cok,” ujar Shega polos seraya menatap Artha dan Birru bergantian, sementara Artha dan Birru sudah tertawa terbahak-bahak di tempat.“AHAHAHAHA, BUKAN GITU MAKSUDNYA ANJIR. AHAHAHA,” Birru tertawa cukup kencang, dipastikan dapat memekakan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya.“AHAHA SHEGA POLOS BANGET COK,” sementara Artha juga sudah tertawa seraya memegangi perutnya.
“OMO-OMO,” Mata Qyara terbelalak.“SHIT MAN MOTHER FUCKER ... LO YANG BENER ANJIR? GAK USAH NGADI-NGADI YA, GUE KUTUK LO JADI CACING VRINDAVAN!” Heboh Qyara. Jolly mengela nafas panjang, ia sudah menduga respon Qyara pasti seperti ini.“Gue gak bohong! Gue serius,” seru Jolly, dengan wajah yang ia kerutkan.“KENAPA LO BARU BiLANG SEKARANG?” Tanya Qyara.“Menurut gue itu gak penting, jadi gue gak bilang ke lo,” gumam Jolly.“Tolol ih,”Ujar Qyara.“Shega tau gak kalo lo temen kecilnya?” Tanya Qyara tampak penasaran.“Gak tau kayanya. Tapi emang, menurut lo wajah gue beda ya pas gue kecil?” Tanya Jolly heran. Seraya memasang wajah gusarnya.“Mana gue tau! Gue ketemu lu aja pas udah gede begini,” Kata Qyara. Membuat Jolly meng-iyakan perkataan Qyara.“Eh bntar, gue ada foto pas kecil,” Ucap Jolly. Kemudian
Di bawah terik matahari kini Jolly tengah sibuk mencari pria yang sudah lama ia kejar. Dua botol minuman dingin sudah berada di masing-masing tangannya. Jolly berniat memberinya untuk Shega.Hampir saja ingin menyerah, tiba-tiba mata Jolly melebar sempurna kala melihat Shega terduduk pada kursi di tepi lapangan. Nampaknya pria ini sudah bermain basket.Tanpa berpikir panjang, Jolly segera menghampiri Shega.“Nih,” perempuan itu menyodorkan satu botol minuman pada Shega, membuat Shega sedikit terlonjak karena kehadirannya yang tiba-tiba.“Cape gue nyariin lo dari tadi,” seru Jolly, seraya mengerutkan wajahnya.Shega menatap wajah sang empu,”suruh siapa nyariin gue, salah lo sendiri,” ujarnya, tangannya memutar tutup botol yang diberikan Jolly.Jolly mendengus kesal, “lo belum suka gue nih?” tanya Jolly, membuat Shega tersedak minuman yang baru saja iya teguk.“Lo kenapa sih, mencintai gue se-brutal gitu? Minimal cinta dalam diam kek!” Gumam Shega. “Apa yang bikin lo suka sama gue?” kin
Bell pulang adalah bell yang sangat di tunggu-tunggu, termasuk Jolly. Kini ia tengah asik memainkan pulpen yang memutar di antara jarinya. Matanya terus saja menoleh pada jam dinding di belakang.“Huft ... bentar lagi Lyy sabar,” batinnya bermonolog.Lima menit kemudian akhirnya dentuman lonceng yang Jolly tunggu-tunggu sudah berbunyi. tanpa menunggu wktu lama, ia segera meninggalkan kelasnya.“Eh Lyy, tunggu gue,” ujar Qyara berteriak.“Lo kenapa sih buru-buru,” tanya Qyara penasaran.“Gue mau balik sama Shega, abis pulang sekolah gue mau quality time bareng dia. Ahhayy ...” sorak Jolly, terlukis kebahagiaan di wajahnya.Qyara termangu, “tumben amat Shega mau di ajak quality time bareng orang yang bukan sahabatnya,” batinnya.“Yaudah gue duluan. Bye,” pamit Jolly sebelum pergi meninggalkan Qyara.Jolly berjalan menuju kelas Shega, ia nampak tak sabar ingin segera bertemu dengan pria itu. Namun sayang, di tengah jalan ia bertemu dengan Bu Mega guru matematikanya nampak kesulitan memba
“Permisi,” ujar Jolly, matanya menyapu sekelliling halaman rumah. Tak lama pria yang dulu pernah bertemu dengan Jolly malam itu pun keluar dari satu rungan kecil. Jolly pikir itu adalah pos satpam.“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya pria yang nampak sudah berumur itu.“Maaf pak, Shega nya ada di rumah gak ya?” tanya Jolly.“Oh ada non, silahkan masuk,” ujarnya, seraya membukakan pintu gerbang.Jolly menundukkan kepalanya, “terimakasih Pak,” tuturnya berkata santun. “Saya boleh masuk?” tanyanya lagi dengan sedikit ragu.“Iya silahkan masuk aja, nanti bisa di ketuk aja pintunya. Den Shega pasti keluar,” ucap Pak satpam mengarahkan.“Oh gitu ya, yaudah saya masuk dulu Pak,” ucap Jolly sebelum pergi.Sudah ke sekian kali Jolly mengetuk pintu berukuran besar di hadapannya ini. Namun, Shega tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Jolly namp
Jolly menghempaskan tubuh mungilnya pada kasur empuk di kamarnya. Perempuan ini nampak frustasi akibat Shega yang tak kunjung menyadari bahwa dia adalah teman kecilnya.Jolly menarik nafas panjang,“sabar Lyy, ini baru percobaan pertama,” ucapnya bermonolog. “Gue masih punya banyak waktu buat mencoba cara lain,” ujarnya lagi menyemangat diri sendiri,Kemudian selang beberapa waktu Jolly merogoh benda pipih dari saku celananya. Dan namapak sekarang Jolly sedang mengetikan sesuatu di sana.Jolly: SattQyara: Ga sopan lo! gak akan gue bales bye.Jolly: Skip baperan. Gue telepon ah, mweheheJKemudian tak lama suara Qyara sudah terdengar dari sebrang sana.“APA SIH! GANGGU KETENANGAN HIDUP GUE AJA LO.” Ujar Qyara sarkastis.“Anjir! Suara lo udah kaya toa Qyy,” sahut Jolly, seraya menjauhkan handphone-nya dari telinga.“GAK USAH BASA BASI. ADA
“Bosen juga yah gak ada Qyara,” ucap Jolly, kala bell istirahat sudah berbunyi, “gue samperin aja kali ya,” lanjutnya lagi seraya berjalan menuju UKS.Usai sampai pada tempat yang di tujunya, di sana Jolly melihat Qyara masih terbaring pada tempat tidur, matanya pun masih terpejam.“Qyy, gimana? Lo udah mendingan gak?” tanya Jolly, tangannya mengusap lembut lengan milik Qyara. Berharap wanita ini akan terbangun dari tidurnya.“Lo bangun dulu deh, makan dulu sebentar.” Ucapnya lagi, masih berusaha membangunkan temannya.Jolly nampak gusar lantaran Qyara tak kunjung membuka matanya. Terpaksa ia membangunkan temannya dengan suara yang cukup lantang.“QYARAAA ... lo bangun dulu ayooo ...” ujar Jolly. Kemudian ia tersenyum miring kala meliat Qyara menggerakkan sedikit badannya.“Apa sih Lyy? Gue masih ngantuk,” ucap Qyara dengan suara samar.“Cailah, gue tau lu u
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
Pagi ini Jolly berangkat bersama Shega yang kini sudah menjadi pacarnya. Ia amat bahagia, sepanjang jalan Jolly tidak melepaskan genggaman pria itu. Tangan mereka kini saling bertautan.Namun sepanjang jalan wanita itu merasa aneh. Setiap orang yang melihatnya menatap dengan tatapan tajam. Hal ini membuat Jolly mengerutkan dahinya, ia merasa aneh.“Lyly, sekarang lo baik-baik aja kan? lo gak papa kan? please dengerin gue yah. Gue percaya sama lo, gue yakin itu bukan lo. Jangan dengerin omongan orang lain yah. Lo bodo amatin aja.” Sapa Qyara panjang lebar. Terlukis rasa panik di wajahnya. Sementara Jolly menatap temannya penuh arti. “Maksudnya apa?” Batinnya.“Lo kenapa sih?” Jolly bertanya.“Gue tau lo pasti terpuruk banget. Tapi gue sebagai sahabat lo, gua gak bakal ninggalin lo kok. Gue mau bantu lo nyari pelaku di balik semua ini.” Lanjutnya lagi.“Apaan sih? Orang gue gak papa.” Ujar Jolly santai.“Bentar, emang yang lo tau, Lyly kenapa?” Shega merasa ada yang janggal.“Lah lo gak
Shega terduduk pada kursi balkon kamar Jolly usai makan malam. Pria itu menatap kosong pada langit gelap nan pekat. Pikirannya kini di penuhi oleh perempuan yang kini terus mengejarnya. Shega juga memikirkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Akhir-akhir ini ia merasa tak suka jika Jolly dekat dengan pria lain, seperti Brandon misalnya. Apa mungkin ini rasa cemburu? Shega saja tidak tahu, bahkan tidak mengerti.“Buset! lo dari tadi di sini? Bunda nyariin noh.” Sapa Jolly. Wanita itu nampak gusar mencari pria bernama Shega ini.Tak ada jawaban, Shega masih saja menikmati lamunannya.“Shega! nyaut kek, elah.” Jolly nampak gusar.“Kamar lo udah bersih noh. Udah Bunda beresin.” Cerocos Jolly, wanita itu terus saja mengoceh.Malam ini Shega akan menginap di rumah Jolly. Itu pun karena Bunda yang memaksa. Bahkan sebenarnya Purwa menyuruh Shega agar tinggal bersama saja di rumahnya, agar pria itu tidak merasa kesepian. Namun Shega menolak, ia merasa tidak enak jika hidup dengan orang lain.
Hari semakin larut. Sementara Shega belum terbangun dari tidurnya. Jolly nampak gusar membangunkan pria itu berkali-kali, namun Shega tak kunjung membuka mata.“Shegaaa ... ayo banguuunnn ...” wanita itu bersi keras membangunkan pria yang tertidur pulas pada ranjang miliknya.“Sumpah lo kebo banget!” Ia semakin gusar.Muncul ide gila di otaknya, wanita itu tersenyum menyeringai.“Apa gue bales dendam sekarang aja ya.” Pikir Jolly, telunjuknya mengetuk pelan pada bibir mungilnya.“Hm ... gue bales perlakuan lo tadi sekarang juga,” ucapnya.Setelah berucap seperti itu, Jolly mengusap pelan pada dada bidang milik Shega. telapak tangannya menyelusuri di setiap sisi. Tak lupa leher jenjang pria itu Jolly usap dengan lembut.Jolly melirik Shega sesaat, ia amat kecewa karena perlakuannya tidak memberikan reaksi pada pria itu. Apa ia harus melakukan hal yang lebih intim lagi?perlahan Jolly membuka kancing baju yang Shega kenakan. Satu persatu ia buka, maka semakin terekspos dada beserta abs-
Selama perjalanan pulang Shega dan Jolly sama sekali tidak membuka suara. Keduanya sama-sama membungkam, membuat suasana menjadi genting.Usai sampai di rumah Jolly Shega begitu saja keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah. Ia tidak meninggalkan sepatah kata apapun pada wanita itu.“Dih. Tu anak kenapa sih? Main nyelonong aja masuk rumah orang.” Ujar Jolly, wanita itu masih berada di dalam mobil.Tanpa basa-basi Jolly pun ikut membuntuti Shega dari belakang. Pria itu bahkan membuka pintu tanpa permisi, sementara pemiliknya saja belum mempersilahkannya masuk.“Bener-bener tu orang. Kesurupan kayaknya.” Jolly berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.Ketika Jolly memasuki rumahnya, ia dapati Shega sudah duduk pada ruang tamu bersama wanita berbalut dress hitam itu, yang tak lain Bunda Purwa.“Lyly, kamu abis kemana aja sih?” Sapa Bunda. Wajahnya nampak khawatir.“Lyly abis jalan sama Brandon Bunda, tapi tiba-tiba Shega jemput Lyy secara paksa.” Jolly mengadu.“Oh, sama
“Lo gak papa Lyy, gak balik dulu ke rumah?” Tanya Brandon, kala mereka berdua telah sampai di gedung nan tinggi itu.“Kalo bareng lo, mama gue gak bakal marah.” Ujarnya, tak terlihat rasa khawatir pada wajahnya. Purwa memang begitu percaya terhadap Brandon.“Kita cuman temenan aja nyokap lo udah begitu percaya sama gue, apa lagi kalo jadi temen seumur hidup hehe,” Brandon melemparkan senyuman manis. Sementara Jolly malah bergidik ngeri.“Dih, ngadi-ngadi lo.” Ucap Jolly, seraya menaikan sebelah bibirnya.“Gak mau apa lo hidup bareng gue terus?” Brandon memasang wajah memelas.“Emang lo mau ke mana? Toh kita masih hidup di planet yang sama.” Jolly berlagak tidak mengerti maksud ucapan Brandon barusan.“Dih, maksud gue gak gitu.” Brandon nampak gusar.“Udah deh, ayo masuk ke dalem.” Tangkas Jolly menarik tangan pria itu, sementara Brandon belum sempat menjelaskan.Terbesit rasa sakit pada hati Brandon. sebenarnya ia begitu faham bahwa Jolly hanya beralasan tidak mengerti. Namun rasanya
“Heyy ...” Brandon mengangetkan. Hal ini membuat wanita yang tengah duduk di kantin itu terlonjak.“Ih, ngagetin aja lo!” Jolly nampak gusar. Sementara Brandon hanya terkekeh geli.“Sendiri aja lo?” Ujar Brandon seraya duduk di sebelah Jolly.“Qyara lagi di kantor guru, gak tau ngapain tu anak.” Sahut Jolly. Sementara Shega hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo gak beli makan?” Kini Jolly yang bertanya. Ia memperhatikan pria itu tidak membawa makanan apapun.“Gue udah pesen, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” gubris Brandon memberi tahu.“Oh, ok.” Sahut Jolly.“Btw gue mau nagih utang ke lu.” Ujar Brandon. hal ini membuat wanita di hadapannya nampak kebingungan.“Perasaan gue gak pernah minjem duit ke ni anak,” batin Jolly dalam hati.“Lo inget pas jogging kita pulang bareng kan?” Nampaknya Brandon berusaha membantu temannya mengingat.“Iya,” kata Jolly.“Abis itu sepanjang jalan kita main tebak-tebakan,” lanjut Brandon.“Heem ...” Jolly mengerutkan dahinya. Ia tampak sedan