Beranda / Pernikahan / Mengejar Cinta Mas Bian / Bab 7 Mantan trainee idol unjuk gigi di kampus

Share

Bab 7 Mantan trainee idol unjuk gigi di kampus

Penulis: Beaudeauxamat
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-20 18:30:18

Tanpa Fabian di apartemen ternyata benar-benar sepi. Meski Mama Jihan juga sempat datang dan mengajaknya menginap di rumah, namun Alisya tetap bertahan di apartemen karena takut terlalu merepotkan. Entah kenapa ia merasa seperti sangat "dibayikan" oleh Mama Jihan. Apa mungkin Fabian mewarisi sifat ibunya yang terlalu perhatian dan penyayang?

"Kamu jangan nolak ya, Mama udah siapin mobil dan sopir buat antar-jemput kamu kuliah," kata Mama Jihan, saat berkunjung tepat sebelum Alisya ospek fakultas keesokan harinya.

"Iya, Ma," angguk Alisya, pasrah saja. Sulit melawan ibu mertuanya yang terlalu memanjakannya.

Sejujurnya Alisya merasa terharu. Entah untuk berapa lama ia tak lagi merasakan kasih sayang orang dewasa. Mulai dari Mas Bian yang siap sedia dan membelikan makanan yang enak, juga sang mertua yang hangat dan perhatian.

"Udah siap semua, kan? Makin aneh-aneh aja anak kuliah jaman sekarang," oceh sang mertua, melihat-lihat barang-barang kebutuhan ospek dan juga kode-kode makanan ringan yang membuat Alisya agak kelimpungan memecahkan kodenya.

"Kayaknya udah lengkap sih, Ma."

Rasanya menyenangkan, Alisya seperti mendapatkan ibu pengganti yang bisa diandalkan. Sejak pagi, Mama Jihan sudah datang ke apartemen dan mengajak Alisya membeli kebutuhan apapun untuk keperluan kegiatan pengenalan kampus di universitas. Tapi Alisya tetap merindukan Fabian. Kemarin Fabian hanya bertanya melalui pesan mengenai kesiapan kuliahnya, lalu tak ada lagi balasan dari Fabian setelah Alisya membalas pesannya. Sepertinya Fabian benar-benar sibuk.

"Kamu yakin gak nginep di rumah aja?" tanya Mama Jihan, memastikan sekali lagi.

Alisya tersenyum. "Alisya mau kok, Ma. Tapi pas udah selesai ospek aja."

"Ya udah, yang penting kamu udah ada sopir. Kalo butuh apa-apa, langsung hubungi Mama."

"Hehe, iya, Ma," angguk Alisya, cengengesan. Terlihat jelas Mama Jihan mencemaskannya. Ia tahu mertuanya adalah sosok yang sangat tulus.

Berbanding terbalik dengan keluarganya yang sampai saat ini benar-benar tak menghubunginya untuk mengetahui keadaannya. Maksudnya sang ayah. Alisya hanya menganggap ayahnya itu sebagai satu-satunya keluarga. Tiba-tiba Alisya merasa cemas bahwa ayahnya benar-benar bukan ayah kandungnya. Ia segera menggelengkan kepala keras-keras. Tidak masuk akal! Tasya mungkin hanya berniat membuatnya merasa buruk saja.

Pernah Alisya berpikir untuk menghubungi ayahnya. Tapi ia merasa aneh. Ia memang tak terbiasa bersikap akrab dengan ayahnya. Semenjak kecil, ia melihat sang ayah selalu sibuk mengurus bisnis keluarga dan jarang menghabiskan waktu bersamanya. Mereka tak pernah jalan-jalan, makan bersama atau apapun itu. Alisya hanya terbiasa melihat punggung ayahnya.

"Halo, boleh duduk di sini?"

Alisya tersadar dari lamunannya di pagi hari. Ia melihat seorang wanita bertubuh mungil tersenyum ramah padanya. Alisya melihat sekeliling. Tadi ia berangkat kepagian dan sampai di kampus saat masih sepi, jadi ia memilih duduk di salah satu bebatuan dekat lapangan sambil menunggu yang lainnya.

"Boleh," lirih Alisya, balas tersenyum.

"Namaku Dian, kamu?"

"Alisya. Salam kenal."

Dian tertawa kecil. "Kayaknya bentar lagi kita disuruh kumpul ke lapangan deh. Itu kakak senior udah pada dateng."

"Oh, iya juga," cicit Alisya, memperhatikan kumpulan mahasiswa yang memakai almamater kampus. Lalu ia tersentak ketika melihat sosok yang ia kenal. Arka kuliah di sini juga? Ah, ia lupa bahwa kampusnya adalah salah satu kampus elit.

Seluruh mahasiswa baru disuruh untuk masuk ke auditorium lebih dulu. Alisya dan teman barunya, Dian, memilih duduk di barisan tengah. Alisya juga berusaha agar Arka tak terlihat mencolok agar tak menarik perhatian. Semoga Arka tidak melihatnya. Ia juga tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapan mantan pacarnya itu.

"Kamu! Yang di sana!"

Alisya kaget saat seorang senior menunjuk ke arahnya. Semua orang jadi menatap ke arahnya.

"Iya, kamu! Maju!"

Siapa pun yang menyuruhnya maju itu, Alisya pastikan akan menandai muka dan namanya. Dian memberikan semangat sebelum ia ogah-ogahan mengangkat tubuhnya untuk maju ke depan. Menyebalkan sekali!

"Baru hari pertama udah sok cakep, ya," dengus senior cewek yang tadi menyuruh Alisya maju.

Alisya berusaha keras untuk tidak menghela nafas. Yang dikatakan Fabian benar kalau senior-senior ini hanya berusaha mencari celah, setidakjelas apapun itu.

"Karena kamu sok kecakepan jadi kamu dihukum!"

"Tunggu, saya diem aja loh, Kak," bantah Alisya, agak menggerakkan gigi.

"Nah, berani bantah. Dia udah berani bantah," ujar sang senior, menoleh ke arah senior yang lain.

Alisya benar-benar menghela nafas kali ini. Malas sekali, tiba-tiba kena hukum. Padahal ia hanya diam-diam saja, duduk manis sambil berusaha agar tak terlihat.

"Diapain, nih?" tanya salah satu senior cowok, ikut mendekat.

"Suruh nyanyi aja, lumayan buat hiburan sebelum mulai," usul senior yang lain. "Tapi kalo suaranya jelek, kita kasih hukuman yang lain."

"Mic-nya belum siap," sela senior cowok itu, matanya tak lepas menatap wajah Alisya. "Putar musik aja, suruh joget."

"Lagu dangdut? Maksudnya disuruh jadi biduan?" tawa senior wanita.

Alisya kembali menghela nafas. "Saya gak bisa joget," ucapnya. Kalau tarian lagu K-Pop dia bisa, tapi jika disuruh joget lagu dangdut, gerakannya mungkin tidak akan nyambung. Disuruh nyanyi juga tak masalah, kemampuan bernyanyinya sudah meningkat semenjak menjadi trainee. Yang paling penting, ia tak buta nada.

"Ya udah, suruh joget aja."

Malah disuruh joget, keluh Alisya dalam hati. Mereka benar-benar menyebalkan.

"Gue gak tau lagu dangdut yang bagus, kalo lagu Korea banyak."

"Suruh joget Korea aja," celetuk si senior cowok. "Mukanya juga rada mirip sama orang Korea."

"Baru hari pertama udah ngegodain anak orang lo," sungut senior wanita yang tadi memanggil Alisya. "Ada nih, lagu Korea. Banyak."

Refleks, Alisya menatap senior wanita itu. Baguslah. Kebetulan ia sudah berlatih cukup banyak lagu Korea populer untuk pelatihan dan juga showcase bulanan. Gerakannya sudah cukup baik berkat latihan bersama Kak Acha yang saat itu juga adalah trainee asal Indonesia. Kak Acha membantunya latihan sampai tengah malam. Mereka benar-benar bekerja keras.

"Awas aja kalo asal gerak ya. Gerakannya harus bagus," sambung senior wanita yang menyebalkan itu.

Alisya yang mudah sekali merasa tertantang diam-diam mengepalkan tangan. "Kalo saya gerakannya bagus, saya gak mau diperintah selama tiga hari ke depan. Gimana?"

"Wah, nantangin dia. Kamu pikir kamu siapa sok-sokan bilang kayak gitu?!"

"Saya bukan siapa-siapa, tapi saya juga gak ada salah yang bikin saya sampe harus dihukum," gerutu Alisya dengan berani.

"Oh, gitu? Baik. Tapi gak sekedar gerak aja, kamu sekalian nyanyi juga. Kalo kamu bisa kayak gitu, tiga hari ke depan kamu gak akan diperintah atau dihukum sama senior. Kalo gagal, selama tiga hari ke depan kamu akan selalu dapet hukuman dua kali lipat. Gimana?"

"Hei, apaan sih?" Tiba-tiba Arka ikut bergabung dengan raut tak suka menatap senior yang sibuk mengintimidasi Alisya.

"Oke!" sahut Alisya, mengalihkan pandangan dari Arka.

"Wah bener-bener nih anak," ujar senior wanita menyebalkan itu. "Oke, liriknya juga gak boleh hancur, nyanyinya yang jelas dan dance-nya harus bagus. Kalo gak bisa, siap-siap dapat hukuman tiga hari ke depan. Fir, mic-nya udah beres belom? Ada yang mau kasih hiburan nih."

"Lagunya saya yang pilih," kata Alisya sambil berusaha tak mempedulikan Arka yang masih menatapnya.

Senior pria tadi pergi ke bagian belakang, tempat senior lain mengurus peralatan sound. Tak lama ia kembali sambil membawa sebuah mic tanpa kabel, sambil memeriksa apakah mic-nya berfungsi atau tidak. Ia lalu membaca karton bertuliskan nama yang tergantung di leher Alisya. "Hari ini kita akan mendapatkan pertunjukan dari Non Alisya," ucapnya kepada audiens, menyuruh mereka bertepuk tangan.

"Mau lagu apa, Non?"

Sejujurnya Alisya agak sebal dengan nada suaranya. Tapi ia memutuskan tak ambil pusing dan menimbang-nimbang lagu-lagu idol yang pernah ia bawakan saat trainee dulu. Ia bersyukur pakaian ospek hari ini adalah pakaian olahraga, jadi ia bisa bebas bergerak. Lagu yang dance-nya sudah ia kuasai, beserta nyanyiannya mungkin adalah lagu dari grup SNSD. "Genie dari SNSD."

Lagu ini adalah lagu yang ia tampilkan dalam evaluasi bulanan bersama empat orang gadis lainnya, di mana untuk pertama kalinya Alisya bernyanyi sambil menari. Suaranya saat itu tidak stabil, tapi Kak Acha membantunya sampai ia benar-benar mampu menyanyikan bagiannya tanpa terlihat ngos-ngosan. Alisya sudah menguasai lagu ini, walaupun ia harus bernyanyi sendirian. Dance-nya tak terlalu sulit dan ia bisa bernyanyi dengan lebih santai.

Kak Acha adalah trainee yang sangat cantik di matanya, dan hebatnya ia sudah masuk kelas debut. Alisya, yang hanya trainee biasa, tidak menyangka bahwa Kak Acha sangat baik hingga mati-matian membantunya latihan. Kemarin, padahal ia sudah berlatih sangat keras untuk penilaian bulanan sebelum sang ayah menjemputnya di Korea dan meminta agensi mengeluarkannya.

"Lirik bahasa Koreanya jangan sampe jadi bahasa alien ya. Itu juga gak boleh," tambah senior menyebalkan tadi. Alisya benar-benar akan mengingat namanya baik-baik.

Mereka memeriksa audio, sementara juga Alisya yang sibuk memastikan mic-nya berfungsi dengan baik. Tak sebagus mic agensi yang memang untuk tampil, tapi suara yang dihasilkan lumayan. Setidaknya sepadan dengan citra kampus yang elit. Para senior menjauh dan Alisya di posisi depan sambil menatap para mahasiswa yang memasang ekspresi penasaran. Mungkin mereka menunggu ia akan bernyanyi dengan sumbang atau gerakannya akan kaku. Ia jadi teringat ucapan-ucapan para pelatihnya di agensi.

"Alisya-ssi, kau adalah calon idola, jadi buang jauh-jauh rasa malumu. Jika kau sudah menjadi idola, maka setiap detik gerakanmu akan menjadi sorotan publik. Kau harus terbiasa dengan tatapan orang lain," kata guru etikanya, yang saat itu mengajari para trainee untuk bersikap percaya diri. Dan Alisya mau tak mau membuang rasa malunya, karena ia harus tampil di hadapan banyak orang dari waktu ke waktu.

Alih-alih gemetar gugup, Alisya memberikan senyuman yang sudah dilatih oleh pelatih visualnya untuk menghadapi kamera. Bedanya, Alisya saat ini menghadapi audiens. Tangan kirinya memegang mic dengan santai dan ia membayangkan bahwa saat ini ia sedang akan melakukan pertunjukan untuk penilaian bulanan. Sepertinya mereka tetap memakai lagu asli yang ada suara penyanyi aslinya, tapi tak masalah. Ia menyanyikan bait pertama, "Soweoneul malhae bwa~"

Para mahasiswa baru itu terdiam begitu ia menyanyikan bait-bait awal. Alisya cukup percaya diri dengan vokalnya. Pelatih vokal pernah bilang, "Aliseu-ssi (dia kesulitan menyebut nama Alisya), nada suaramu sudah tepat. Kau bisa mengembangkan vokalmu dengan terus melatih pernapasan, artikulasi, dan intonasimu. Baru setelahnya kita akan belajar teknik mengeluarkan suara dari tempat yang benar."

Terakhir, Alisya berhasil mencapai level tiga dari lima tingkatan kemampuan untuk vokal. Itu sudah cukup baik. Kini ia mulai menggerakkan tubuh sesuai dengan gerakan yang sudah ia hapal. Euforia itu mulai terasa saat anak-anak lain berteriak heboh melihat tariannya.

Saat mengajarinya dulu, Kak Acha pernah berkomentar, "Tarian lagu ini banyak terfokus pada gerakan kaki, ruang geraknya juga tak terlalu lebar. Kamu harus perhatikan kakimu baik-baik, tapi saat bernyanyi kamu pasti bisa lebih stabil. Tapi yang paling penting saat kamu tampil di hadapan para petinggi adalah kamu harus percaya bahwa kamu yang paling cantik, menarik dan memukau di antara trainee lain. Anggap semua mata melihat kamu dengan tatapan terpesona, aura kamu akan keluar dengan sendirinya."

Alisya melihat seluruh mahasiswa yang menatapnya dengan ekspresi senang yang lucu. Beberapa berebut untuk bisa melihatnya dengan lebih baik. Mereka heboh sendiri, padahal tarian lagu ini bukan termasuk tarian yang sangat enerjik. Sejauh ini, Alisya sebisa mungkin menjaga nafas agar tetap stabil saat bernyanyi. Jangan salah, ia pernah latihan bernyanyi sambil sit up, lompat tali dan berjongkok sambil bersandar di dinding karena dihukum. Lebih-lebih, Kak Acha yang pernah mengajaknya joging di arena sungai Han sambil menyanyikan lagu-lagu wajib Indonesia demi melatih nafasnya agar tak mudah terengah-engah.

"Sebenarnya saat break dance, kamu bisa sedikit modifikasi gerakannya. Tapi petinggi yang kolot gak akan suka. Mereka biasanya lebih fokus ke dasar-dasarnya. Yah, kecuali kamu dapat misi dan para pelatih dukung kamu," imbuh Kak Acha.

Tapi saat break dance, Alisya sengaja memakai gerakan yang berbeda. Setelah gerakan melompat kecil sambil bertepuk tangan, Alisya memakai koreografi yang pernah diajarkan oleh Kak Acha dan terakhir melepaskan karton nama dari lehernya dengan agak dramatis. Sambil melempar karton itu ia berteriak, "DJ! Put the back on!"

Mahasiswa yang terbawa suasana langsung berteriak heboh. Alisya tersenyum, melanjutkan bernyanyi bagian terakhir sambil memberi isyarat dengan tangan agar para mahasiswa berdiri. Semuanya benar-benar mengikuti arahannya dan beberapa mahasiswa yang hapal ikut menyanyikan bagian reff bersama Alisya. Suara musik seolah tak terdengar lagi karena riuhnya mahasiswa yang ikut bernyanyi dan bertepuk tangan. Ada juga yang sekedar berteriak-teriak.

Saat lagi benar-benar berakhir dan Alisya melakukan pose terakhir, semua mahasiswa baru termasuk beberapa senior memberikan tepuk tangan yang meriah untuknya. Sedikit menyeringai, Alisya melirik pada senior wanita menyebalkan tadi yang menatap tak percaya ke arahnya. Tanpa Alisya sadari, ini awal mula kehidupan kampusnya mulai berwarna-warni.

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 8 Mas Bian pulang

    Jalannya ospek memang menjadi lebih tenang bagi Alisya karena para senior itu terpaksa menepati janji mereka untuk tak memberi perintah atau hukuman padanya. Intinya, tak ada yang bisa mengganggu Alisya selama jalannya ospek. Tapi sebagai gantinya, Alisya menjadi bahan perbincangan hampir satu kampus. Kabar mengenai seorang gadis yang mengubah auditorium menjadi tempat konser menyebar begitu saja, beserta video-video yang menampilkan dirinya sedang bernyanyi sambil menari.Tapi sejauh ini hal paling menyebalkan hanyalah anak-anak di kampus yang refleks memperhatikannya begitu ia lewat. Alisya tak terlalu memikirkannya lagi karena ia sibuk menunggu kembalinya Fabian dari China. Sayangnya, pria itu memang tak kunjung membalas pesannya. Alisya jadi agak berkecil hati. Entah kenapa rasanya menyebalkan sekali. "Mas Bian kapan pulang, sih? Pesan juga gak bales-bales," keluh Alisya, memasukkan ponselnya ke dalam tas. Saat ini ia sedang di mobil dalam perjalanan pulang dari kampus. Sepertin

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 9 Sakit

    Pukul delapan, Fabian pulang ke apartemen dan terkejut melihat Alisya sedang tertidur di sofa dengan tubuh menggigil. Bahkan tas kuliahnya tergeletak begitu saja di lantai. Ia buru-buru menghampiri Alisya dan memeriksa kondisinya. Suhu tubuhnya cukup tinggi."Alisya," panggilnya.Alisya membuka mata dengan susah payah karena kepalanya pening. "Mas...""Badan kamu panas. Kita ke rumah sakit, ya."Alisya menggumam tak setuju. "Jangan...""Loh, kenapa? Badan kamu panas banget. Kamu harus diperiksa...""Gak... mau...""Alisya...," lirih Fabian, ingin memaksa tapi ekspresi Alisya benar-benar terlihat tak suka. Ia menghela nafas, lalu melepaskan jas kerjanya untuk menyelimuti Alisya. "Oke, kamu tidur di kamar aja. Jangan di sini."Mengangkat tubuh Alisya ala pengantin, Fabian membawa gadis itu ke kamarnya dan menidurkannya pelan-pelan. Fabian lalu keluar untuk mengambil alat untuk mengompres Alisya. Dengan telaten ia mengelap wajah Alisya, dan menyingkirkan anak rambut gadis itu sebelum mel

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 10 Belajar masak

    Akhir-akhir ini Alisya sedang mempertimbangkan untuk mengungkapkan perasaan pada Fabian. Tapi ia ragu, juga takut. Bagaimana kalau Fabian malah tak suka dan hubungan mereka merenggang? Bagusnya bagaimana ya?"Yan, tau gak cara bikin orang balik suka sama kita?"Dian menatap Alisya heran. "Loh, bukannya kamu bilang udah punya pacar?""Eum, iya. Maksudnya kami memang pacaran," elak Alisya. Ia lupa pernah berkata pada Dian bahwa ia sudah memiliki pasangan."Maksudnya kalian pacaran tanpa dia balik suka ke kamu?"Alisya berpikir sejenak. "Ya, begitulah.""Cari cowok lain aja. Yang suka sama kamu banyak, tau," usul Dian, tanpa beban."Aku maunya sama yang ini," balas Alisya. "Terus, kok bisa pacaran? Apa karena perjodohan?""Betul. Kami dijodohin, tapi aku udah suka sama dia," angguk Alisya, merasa agak lega karena tak harus menjelaskan situasi sebenarnya. Dian berpikir sejenak. "Gimana, ya? Memang orangnya gimana?""Orangnya dewasa, baik, perhatian banget dan gak pelit.""Kayaknya sikap

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 11 Cewek genit

    "Aku makin kagum aja, kamu kalo udah niat gak main-main ya," puji Dian saat mencicipi ayam goreng asam manis ala Korea buatan Alisya."Aku sampe nanya langsung sama temenku yang ada di Korea," kata Alisya. Ia minta tolong pada teman trainee-nya yang cukup akrab dengannya. Temannya itu malah bertanya pada ibunya dan segera menuliskan resep aslinya untuk Alisya. "Soalnya aku pernah nyicip dan cocok sama lidahku.""Jangan-jangan sebenarnya kamu niat buka katering.""Bisa juga untuk ide usaha," kekeh Alisya. Ia sedang menyiapkan bekal yang cantik untuk dibawa ke kantor Fabian. Sebelumnya Alisya harus memanaskannya dulu di kosan Dian. Untuk sayuran seperti brokoli dan wortel, ia baru memasaknya sekarang. Sengaja agar terlihat masih segar. Mumpung kelasnya baru akan dimulai setelah makan siang karena dosen mereka meminta jadwal seperti itu. "Ciyee, pasti pacarmu seneng banget dibikinin bekal cakep gini," kata Dian, menatap kagum cara Alisya menata bekalnya. "Kamu orangnya estetik banget."

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 12 Makan malam, tapi...

    "Udah rapi belom?" tanya Alisya, memamerkan hasil dandanannya pada Dian."Udah cantik banget malah," jawab Dian dengan nada takjub. Bukan hanya takjub pada wajah Alisya yang super cantik, tapi juga pada kegigihan Alisya hingga rela berbohong agar bisa dijemput pacarnya. "Jadi sopir kamu gimana, tuh?""Beres. Mungkin sekarang lagi makan malam bareng sama keluarganya," kikik Alisya. Tadi ia memberikan uang kepada Pak Ujang, sang sopir, agar bisa pergi makan dengan anak istrinya. Lagipula itu juga membuat Pak Ujang sumringah. "Sampe sekarang gak habis pikir," ujar Dian, geleng-geleng kepala."Kan Pak Ujang juga seneng," balas Alisya."Bukan itu. Tapi kok bisa pacarmu belum suka juga sama kamu. Maksudku, kamu cantik banget, pinter dance, nyanyi juga bagus, terus mau belajar masak lagi. Kamu sampe harus segininya untuk dapet perhatian dari dia. Dia normal, kan?""Normal, tau! Enak aja dibilang gak normal."Dian tertawa terbahak-bahak. "Bagus deh. Aku doakan malam ini lancar. Semangat Alis

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 13 Membuat rencana?

    "Diaaaan!" seru Alisya, saat memasuki kelas keesokan harinya. Ia langsung menghampiri sahabat barunya itu dengan wajah cemberut."Loh, Alisya? Kenapa?" tanya Dian. "Bukannya katanya semalam kamu mau kencan? Gak jadi, ya?""Kami makan malam. Tapi gak berdua doang," sungut Alisya."Oh ya?""Cewek genit yang aku bilang kemaren itu loh, Yan. Dia dianterin pulang dan makan bareng dia juga. Terus katanya memang udah rencana, jadi kalo aku gak ikut malah mereka yang makan berduaan," adu Alisya. Dian melirik sekitar. Meskipun masih cukup sepi, tapi beberapa teman sekelas mereka nampak tertarik dengan obrolan mereka kali ini. Dian buru-buru mengajak Alisya pergi keluar kelas agar bisa mengobrol cukup leluasa. Mau bagaimana lagi, Alisya memang terkenal dan orang-orang cukup penasaran dengan kehidupan pribadi anak itu."Cerita di sini aja, ya," kata Dian setelah mereka sampai di luar. "Jadi gimana, kalian makan bertiga?""Yang paling ngeselin itu si cewek itu yang traktir kami makan. Seolah dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 14 Misi untuk mencegah rencana

    Tak sulit membuat Kak Clara segera bergerak untuk melakukan misi. Alisya mengadu padanya bahwa hari ini mungkin Fabian akan menghabiskan waktu bersama Dinar setelah pulang kerja. Bagai menyulut api emosi yang seketika berkobar, Kak Clara yang terpancing langsung menanyakan detail kejadiannya pada Alisya.."... Aku gak suka sama Tante Dinar, Kak.""Wah, gak bisa dibiarin ini," sahut Kak Clara, agak berapi-api. "Kalo gitu, bisa minta tolong gak?""Minta tolong apa, Dik Alisya?""Tolong kempesin ban mobil Mas Bian, Kak.""Tapi, Mas Bian nanti pulang pake apa dong?""Paling nanti dia telpon Pak Ujang yang sering nganterin aku. Nanti sisanya biar aku yang urus.""Oke! Siip kalo gitu," sahut sang sekretaris, bersemangat.Alisya mematikan sambungan telepon dan tersenyum licik. Satu langkah sudah dilakukan. Kini ia sedang menimbang-nimbang langkah selanjutnya agar bisa membatalkan rencana Fabian dengan wanita genit itu. "Aku beneran gak paham," gumam Dian, yang sejak tadi setia mendampingi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 15 Sebatas adek?

    Tapi ternyata Fabian benar-benar masuk kembali ke taksi. Hampir saja Alisya menjitak kepala Pak Ujang karena membuatnya resah dalam sedetik. Dan sekarang taksi benar-benar menuju ke arah apartemen mereka. Alisya merasa lega luar biasa. Tadi ia sudah menimbang-nimbang apakah ia akan membuat orang melakukan penggrebekan, tapi tetap saja itu ide yang buruk. Tapi ia kemudian teringat,"Dian, nanti kamu pulangnya sama Pak Ujang gak apa ya?" Dian mengangguk paham. "Santai aja."Alisya menghela nafas lega. Masalahnya ia tidak pernah pulang lebih lama dari Fabian. Dan sepertinya tidak akan terkejar lagi untuk mendahului Fabian. Satu-satunya pilihan adalah pulang ke apartemen dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dari Fabian sampai. Sesampainya di gedung apartemen mereka, taksi yang ditumpangi Fabian sudah akan pergi."Maaf ya Dian. Besok aku traktir di kantin. Pak Ujang, tolong anterin Dian ke kosan.""Siap, Non!"Setelah itu, Alisya setengah berlari masuk ke dalam gedung. Untuk naik li

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 39 Sugar baby

    "Apa?! I-istri?!" pekik Kak Clara dengan ekspresi syok, tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.Yang masuk tadi adalah Clara, sang sekretaris lucu yang naksir Fabian. Tentu saja wanita itu syok melihat bosnya sedang berciuman mesra dengan Alisya. Alisya jadi benar-benar merasa tak enak hati melihat ekspresi melodramatis di wajah Clara. Clara juga menatapnya seolah ia adalah pengkhianat."Dek Alisya, kamu tega!" ucapnya dengan nada dramatis, lalu berbalik dan melangkah pergi keluar ruangan Fabian."Kak Clara!" pekik Alisya, berusaha mencegah kepergian Clara. Langkah Clara terhenti, berbalik. "Padahal Kakak udah percaya banget sama kamu. Tapi kamu gak ngasih tau apa-apa.""Aku bisa jelasin...""Cukup! Sudah terlambat, Dek Alisya.""Kak Clara, maaf ya," cicit Alisya, merasa bersalah. Ia menghampiri sekretaris itu dengan hati-hati. "Harusnya aku jujur dari awal.""Padahal Kak Clara tulus bantuin kamu," ucapnya dengan ekspresi murung. "Kan Kak Clara malu jadinya ngaku-ngaku di depan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 38 I D C

    Sepanjang perjalanan pulang, Fabian hanya membisu. Alisya ikut terdiam sambil sesekali melirik suaminya yang nampak begitu terganggu dengan ucapan Via tadi. Memangnya apa yang diperbuat oleh Fabian terhadap gadis bernama Risa itu. Lalu Alisya menggeleng. Ia tak mau memikirkannya. Rasanya semakin kesal saja. Di apartemen, Alisya meletakkan belanjaannya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat keluar, ia kaget karena Fabian tak kunjung masuk ke dalam kamarnya yang kini sudah bertransformasi menjadi kamar mereka. Alisya mencari Fabian ke ruangan lain dan mendapati Fabian sedang merenung di ruang kerjanya."Mas?"Fabian tersentak. "Kamu gak tidur? Katanya capek." "Mas ngapain di sini?" tanya Alisya, duduk di meja Fabian.Fabian menghela nafas. "Saya ada kerjaan, jadi...""Mas," potong Alisya, mendesah kecil dan mendekati Fabian. Ia menyentuh wajah pria itu dengan kedua tangannya. "Aku gak suka sama si Via-Via itu."Fabian menahan tangan Alisya. "Mungkin saya harus jujur sam

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 37 Siapa sih Risa?!

    Ketika Fabian kembali, suasana terasa agak sunyi. Fabian melirik heran pada raut tegang teman-temannya, lalu menoleh pada Alisya. Gadis itu malah menatapnya dan tersenyum manis."Telponnya udah, Mas? Aku pengen pesen makanan tapi nungguin Mas dulu," ucap Alisya dengan nada santai. Fabian mengangguk dan segera memanggil pelayan. Karena yang lain sudah memesan makanan, jadi mereka hanya memesan untuk mereka saja. Alisya memesan beberapa varian dumpling dan bebek panggang, juga penutup berupa egg tart dan green tea sorbet. Cukup banyak untuk dirinya sendiri. Sementara yang lain mulai nampak rileks karena Alisya sepertinya tak menggubris perkataan Via tadi.Benarkah seperti itu?"Kayaknya aku mesen kebanyakan ya, Mas," ucap Alisya, saat pelayan mengantarkan pesanan mereka. "Kalo gak abis, nanti Mas yang abisin ya?""Ya udah, makan aja dulu," angguk Fabian. Alisya menikmati makanannya dengan santai, tapi ia hanya mencicipi sedikit-sedikit saja setiap menu. Ia melirik ke arah yang lain ya

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 36 Kencan, tapi...

    Demi rencana ini Alisya sampai nekat membeli pakaian baru di butik dekat kampus. Di jam yang sudah ditentukan, ia menunggu di lobi apartemen sambil memperhatikan setiap mobil yang masuk dan keluar. Begitu mobil yang ia kenali berhenti di depannya, Alisya buru-buru masuk. Entah kenapa ia merasa Fabian nampak sangat tampan walaupun baru pulang kerja."Seat belt-nya," ucap Fabian, memajukan tubuh untuk memasangkan sabuk pengaman Alisya. Namun ia tak segera menjauh, melainkan mencuri kecupan di bibir gadis itu. Alisya cukup tersipu terhadap kecupan ringan itu. "Tapi aku masih heran deh, Mas. Kok tiba-tiba jadi mesra banget sama aku? Perasaan kemaren sampe pura-pura punya pacar dan nyuruh aku cari cowok lain yang seumuran."Fabian menatap Alisya sejenak, mendesah kecil dan mulai menjalankan mobilnya. "Kamu mau jawaban yang jujur?""Yang jujur, dong.""Eum jujur aja sih, kamu emang cantik. Banget. Kamu memang sangat menarik dari segi penampilan. Dengan kamu terus-terusan godain saya, rasan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 35 Momongan?

    Hari ini, pagi terasa begitu berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Alisya sedang menggoreng telur dan Fabian berdiri di belakangnya, memeluknya. Kuliah Alisya dimulai agak siang, sementara Fabian sepertinya memutuskan untuk datang lebih siang ke kantor. Mereka benar-benar seperti pengantin baru yang lengket satu sama lain. "Udah ah, Mas. Kemaren aja gak mau sama anak kecil," omel Alisya."Kan saya udah minta maaf.""Gak mau duduk?" Fabian malah membenamkan wajahnya ke leher Alisya. Alisya mendesah, mematikan kompor dan meletakkan telur di piring. Ia menepuk-nepuk tangan Fabian yang berada di atas perutnya. "Mas, aku baru kepikiran.""Kepikiran apa?""Gimana kalo aku hamil?"Fabian terdiam sejenak. "Kamu gak mau hamil?""Kan aku, masih kuliah. Kayaknya aku belom siap deh," ucap Alisya seraya melepaskan tangan Fabian dan membalikkan badan. Fabian tersenyum kecil dan mengangguk. "Kalo gitu kita ke dokter ya. Tapi kemaren kita gak pake pengaman."Alisya setengah cemberut melihat per

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 34 Lembar baru

    Alisya mendesah saat Fabian mengecup bahunya dari belakang. Sepertinya pria itu sudah bangun. Tangan Fabian yang bertengger di perutnya mulai naik turun, mengelusi kulit mulus Alisya. Nafas hangat sang pria kembali menginvasi leher belakang Alisya, membuat gadis itu menggelinjang kegelian."Mas...""Badan kamu wangi banget, saya suka," bisik Fabian, kembali berusaha menggoda gadis itu. Alisya membalikkan badannya, menghadap ke arah Fabian yang langsung menempelkan kening mereka. Untuk pertama kalinya ia benar-benar menjadi seorang istri. Alisya menyentuh rahang pria itu, merasakan jambangnya yang kasar namun ada sensasi menyenangkan saat mengelusnya. "Kamu suka?" tanya Fabian, mengelus tangan Alisya yang nangkring di wajahnya."Dulu aku gak suka cowok yang ada bulu di muka. Tapi kayaknya aku berubah pikiran setiap liat Mas," kekeh Alisya. "Kenapa gak suka?""Eum, di sekitarku penuh sama cowok-cowok ganteng yang mukanya putih mulus," cengir Alisya."Saya jelek ya?""Nggak!" bantah A

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 33 Ayo mulai...

    Malam ini Fabian mengajak Alisya untuk bersiap-siap. Sebenarnya Alisya tak paham. Apa Fabian mengajaknya pergi kencan? Kemarin Fabian tak pernah lagi mengungkit-ungkit panggilan sayangnya terhadap Alisya hingga Alisya nyaris yakin bahwa ia hanya salah dengar saja. Sikap Fabian juga lembut, tapi bukan sesuatu yang menunjukkan ke arah kemesraan. Lalu mengenai Windy juga, Fabian hanya bilang bahwa Mama Jihan akan mengurus segalanya. Alisya kembali libur kuliah. Kebetulan memang hari Sabtu. Dan Alisya menghabiskan hari Sabtu ini dengan mencuci pakaian yang belum sempat ia cuci. Ia juga agak mengeluh karena pola makannya sangat tidak teratur kemarin. Perutnya malah kembali buncit karena asal memakan makanan. Yah, apa boleh buat. Ia harus memulai lagi diet dan work out-nya dari nol. Tapi siang ini Fabian menghubunginya untuk bersiap-siap pukul 6 sore. Jangan bilang Fabian ingin mengajaknya berkencan.Alisya tak memiliki banyak pakaian cantik. Pakaian tercantik yang dimilikinya adalah gaun p

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 32 Ehem

    "Dia yang duluan narik rambut saya, Bu. Tanya aja sama anak-anak. Sekelas jadi saksi kok, kalo Alisya yang nyerang duluan," kata Windy, membela diri. Alisya yang duduk di kursi berbeda langsung menatap tajam Windy. "Saya membela diri karena dia ngatain saya lonte, Bu.""Eh, lo duluan yang nyemperin gue dan ngajak ribut," elak Windy, lalu menatap Ketua Prodi. "Dia mukul meja saya tiba-tiba, Bu. Padahal saya dan temen-temen saya gak ngapa-ngapain."Alisya langsung naik darah. "Gak ngapa-ngapain gimana?!""Sudah! Hentikan!" pekik Ketua Prodi, pusing karena dua gadis itu saling melempar tuduhan. "Kalian berdua itu sudah mahasiswa, ribut kok kayak bocah-bocah SD."Alisya dan Windy langsung tertunduk melihat kemarahan wanita paruh baya berkacamata tebal yang menjabat sebagai Ketua Prodi, sekaligus dosen yang tadinya akan mengajar mereka. Bu Puan namanya. Kali ini Bu Puan hanya bisa menghela nafas melihat kelakukan anak didiknya itu. Di depannya juga berjejer teman-teman Windy dan Alisya yan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 31 Ke kampus lagi

    Keadaan Alisya mulai membaik di hari kedua. Karena Alisya mati-matian menolak dibawa ke rumah sakit, Fabian sampai memanggil seorang dokter pribadi untuk memeriksa Alisya. Mama Jihan juga datang untuk merawatnya dan Fabian menepati janjinya untuk tak mengatakan apapun. Sang mertua yang menjaganya saat Fabian pergi ke kantor hari ini. "Kamu kok kurus banget, sih. Makan yang banyak dong, Nak," omel Mama Jihan saat menyuapi Alisya makan siang. Mau tak mau Alisya harus makan bubur buatan Mama Jihan, padahal Alisya tak terlalu menyukai makanan lembek itu. Waktu itu Fabian sangat tepat saat membuatkannya sup. Suhu tubuhnya sudah normal, walau perasaannya belum pulih sepenuhnya. Kemarin Fabian bertanya apa ia mau pergi ke psikiater, dan Alisya langsung menolak karena takut. "Udah sehat?" tanya Fabian yang pulang kerja lebih awal. Ia memeriksa kening Alisya dan bernafas lega."Kalo ada apa-apa, langsung hubungi Mama ya Bi," pesan sang mertua, sebelum meninggalkan apartemen Fabian. Sebenarn

DMCA.com Protection Status