“Hmm, begitu. Pantas saja,”
Setelah mendengar semua cerita Andre mengenai apa yang terjadi hari ini. Yunita memahami sikap Andre tadi yang memeluknya tanpa memperhatikan lingkungan di sekitar mereka. Karena dia mungkin akan melakukan sama jika berada dalam posisi Andre tadi.
“Kamu sudah tahu soal Linda?”
Mendengar pertanyaan Andre, Yunita tersenyum tipis dan mengangguk. “Sesama wanita itu bisa saling membaca kalau soal seperti itu mah,” jelasnya.
Dari awal, dia memang sudah curiga dengan lirikan mata Linda setiap kali ada Andre. Instingnya yang cukup tajam menyuruh dia untuk waspada soal Linda. Namun, dia tetap percaya dengan kesetiaan Andre.
“Kenapa ayahku mau ketemu sama kamu? Dia ngak mengancam kamu seperti yang dilakukan ibuku kan?” Andre kembali bertanya,
“Tidak kok, dia malah mendukung kita,”
“What? Ayahku? Yang mukanya jutek banget kaya begitu? Kamu ngak salah de
Yunita langsung mengambil handphonenya, membuka instaram, dan memeriksa feed akun milik Roland. Namun hasilnya, nihil. Postingan Roland yang terakhir adalah 2 bulan yang lalu. Ada sedikit perasaan cemas dalam hatinya saat ini.Selain karena Roland adalah orang yang sangat dicurigai oleh Andre. Yunita tidak bisa melupakan bagaimana Roland menembaknya berkali-kali walau sudah selalu di tolaknya. Hubungannya dengan Roland mulai merenggang semenjak saat itu. Saat di kembali ke Indonesia, dia tidak memberitahu Roland sama sekali.<TING..>Sebuah file suara misterius tiba-tiba di upload dalam group obrolan karyawan dan di bawahnya ada tak, HOT NEWS!!Yunita yang penasaran, langsung mengeklik file suara tersebut.“Hamil? Ngak usah bercanda,”“Bercanda, teganya kamu. Setelah apa yang kamu lakukan 2 bulan yang lalu. Saat mabuk, kamu ngak ingat sama sekali?”“Dengar ya, jangan k
“Ah, itu dari temanku yang di London. Mereka baru tahu aku dapat pekerjaan disini, jadi mereka baru kirim bunganya sekarang,” Yunita memilih untuk berbohong. Untuk saat ini, tidak membebani Andre dengan permasalahan baru merupakan keputusan yang terbaik. Lagi pula, dia belum sepenuhnya yakin apakah bunga tersebut memang dari Roland. Mungkin saja, ada temannya yang mengisengi dia saat ini. Dia dan Andre kemudian saling menatap saat melihat Linda yang diam seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu tenang sampai tidak bisa ditebak apakah sedang fokus bekerja atau sedang merencanakan sesuatu yang lain. “5 Menit lagi kita rapat ya untuk strategi penjualan tiket konsernya Ms. Wira,” Andre mencoba untuk bersikap normal. Dia menahan dirinya untuk tidak menanyakan secara frontal kepada Linda soal rekaman yang barusan di dengarnya. “Aku masih ngak mengerti deh. Kenapa di sampai sebegitu kekeh untuk terus mendekatimu ya? Bahkan sampai membuat rencana licik seperti itu,” Sepulang kantor, saat se
Andre berbalik saat mendengar perkataan Ayanya. Dia mejadi penasaran dengan kejadian yang Ayahnya maksud.“Kejadian apa?” Andre bertanya,Namun tidak ada jawaban. Ibu dan Ayahnya Andre hanya saling menatap satu sama lain dalam diam. Tangan Ibunya Andre bahkan tampak agak bergetar memegang sendok dan garpu.“Kejadian apa?!!” Andre kembali berteriak karena tidak mendapatkan jawaban apa-apa.“Apa?!!” Ibunya Andre akhirnya membentak Ayahnya Andre dengan mata melotot, “Sampai kapan kalian mau terbuai dengan wanita itu? Kecelakaan itu juga tidak akan terjadi kalau dia tidak menghubungi Andre setelah mengambil uang yang kuberikan! Kenapa itu jadi salahku?! Dia yang memilih pergi!” Andre tersentak, “Kecelakaan? Uang?”.Meski tidak sepenuhnya mengerti dengan apa maksud ibunya. Mengetahui kalau Yunita meninggalkannya karena uang pemberian ibunya, membuat dadanya terasa sakit. Kepalanya mulai terasa pusing.Kilatan-kilatan memori yang dia lupakan perlahan muncul. Suara-suara acak berdengung di
ARK II : GANGGUAN ORANG LUAR “Ok, tolong perhatiannya semua,” kata Andre yang berdiri di atas panggung, “Ingat, seperti biasa. Saya mau tidak ada kesalahan apapun dalam acara kali ini. Kalian ingat kan apa motto Tim kita?” “Perfection is Everything,” semua anggota Tim 8 dan karyawan lain—yang sudah biasa direkrut oleh Tim 8 saat acara-acara besar—menyorakkan kalimat penyemangat itu bersama-sama. “Memang, Pak Andre itu orang paling kerena di perusahaan kita,” ujar Ranti yang mengamati Andre dari kejauhan. “Kerja sana, ngobrol mulu,” Pak Karto yang mendapati Ranti dan beberapa karyawan perempuan lainnya hanya berdiam diri di pojokan. Dia langsung menegur mereka. Saat Andre sedang memamerkan pesonanya sebagai Team Leader. Yunita di sibukkan mengecek segala persiapan di belakang panggung. Mulai dari Lightning, Sound System, hingga mengetes Grafis yang akan di tampilkan, semuanya dia perhatikan secara detail.
CHAPTER 20 “Mbak Yunita?” petugas kurir menyapa Yunita yang sedang duduk di tangga belakang backstage. “Iya?” “Ini ada paketnya bu,” Yunita terkejut melihat petugas kurir itu membawa bunga; yang lagi-lagi tampak sama dengan waktu itu. Tidak enak untuk mempersulit orang yang hanya menjalankan tugasnya. Dia menerima bunga itu dengan berat hati sambil menengok mencarik keberadaan Andre. Setelah kurir tersebut menghilang dari pandangannya. Yunita mengambil kartu yang ada di tengah tumpukan bunga tersebut. ‘Selamat untuk proyek pertama mu ya,’ ~~Mr.R “Lagi-lagi Mr.R.” Karena muak dengan trik semacam itu, Yunita langsung merobek kartu tersebut, memasukkannya kembali ke dalam keranjang bunga. Dia lalu berjalan membawa keranjang bunga tersebut ke tempat sampah terdekat dan meletakkannya di sana.
Melihat bagaimana Yunita tersenyum di depannya seperti sekarang ini, hati kecil Andre kembali timbul keraguan. “Apakah senyum yang kamu tunjukkan selama ini itu palsu?”“Kenapa kamu menatap aku kayak begitu? Ada yang aneh ya di wajahku?” Yunita bertanya. Dia sedikit merasa heran sekaligus sangsi dengan cara Andre menatapnya saat ini. Dia bahkan tidak bisa menatap mata Andre lebih dari 3 detik.Andre berpikir sejenak. “Apakah lebih baik ku tanyakan langsung saja?”“Ah ngak, aku cuma heran saja. Kenapa kamu bisa tetap cantik seperti ini walaupun sudah lama kita ngak bertemu,”“Gombalan alaymu ternyata makin meningkat ya setelah lama kita berpisah?”Andre tersenyum tipis, dia sedikit merasa bersalah karena keraguan dalam hatinya. Namun, dia juga tidak bisa menghilangkan rasa penasaran dari dalam hatinya saat ini.Berkata kalau ingin melupakan pemikiran b
“WHAT?!” Esoknya, Linda terkejut begitu mendengar cerita dari Ibunya Andre, “Jadi, tante akan membiarkan wanita licik itu terus mempengaruhi Andre?” dia berusaha memanas-manasi ibunya Andre.Linda menggenggam gelas minumannya begitu kuat. ‘Kenapa tidak berhasil sih? Seharusnya kan mereka semakin menjauh setelah semua yang ku lakukan’ dia berkutat dengan pemikirannya sendiri. Jika bertindak lebih agresif, dia takut Andre malah akan menjauh darinya. Namun, tidak melakukan apa-apa malah akan membuat kesempatannya semakin menipis.“Tante sekarang tidak bisa berbuat banyak lagi. Wanita itu sudah mengendalikan Andre sepenuhnya,” Ibunya Andre mencengkeram gelas minumannya cukup keras.Dia masih tidak bisa melupakan kejadian tadi malam; saat di mana dia dipaksa mengaku kalah sepenuhnya di depan Yunita, wanita yang sangat di bencinya. Dia sama sekali tidak menduga kalau Kornelius, suaminya akan berpihak kepada Andr
Yunta terdiam untuk beberapa detik karena terkejut. Namun begitu tersadar, dia mendorong Yoshua menjauh darinya dan refleks langsung menamparnya. Andre yang sudah berada cukup dekat dan awalnya ingin meninju wajah Yoshua, dia malah tersenyum puas sambil menawan dirinya untuk tidak tertawa. “Yoshua, Yoshua. Lu memang ngak ada kapoknya ya,” Yunita membalikkan badannya, “Sayang, aku bisa...” “Ngak usah khawatir, aku sudah liat semuanya. Siapa yang salah, aku bisa tau itu,” Andre tersenyum ke arah Yunita yang raut wajahnya begitu cemas. Dia lalu menggandeng tangan Yunita untuk membuat Yoshua semakin merasa tidak nyaman. “Bagaimana rasanya? Enak kan? Atau masih butuh tambahan dari gue?” tambahnya. Yoshua tampak memandangi Yunita dan juga Andre sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut dengan rasa malu. Untungnya, meski dengan kejadian tadi siang. Koordinasi Tim 8 dan semua orang yang terlibat tetap bagus. Tidak ada kendala sama sekali dari awal pelucuran produk hingga selesa
“Jangan salah paham. Aku hanya ngak mau orang-orang menganggap kejadian tadi adalah pertengkaran sepasang kekasih,” Andre langsung menjelaskan alasannya, mumpung hanya ada mereka berdua saja dalam lift saat ini.“Kenapa kamu tidak pernah memberikan aku kesempatan?”“Masih harus ku jelaskan berulang kali? Cinta itu tidak bisa di paksa, Linda. Kamu memang mungkin menyukaiku, tapi aku tidak pernah menganggap kamu lebih dari seorang teman dan tetangga. Mau sampai kapanpun kamu memaksakan perasaanmu padaku, aku tidak akan bisa menerima perasaanmu.Malah aku akan menjadi ornag brengsek kalau menerima perasaanmu meski aku tidak menyukaimu sedikit pun,” Andre menjelaskan.“Lalu kenapa harus dengan Yunita, walau dia sudah menyakitimu seperti itu, kenapa kamu malah memilih dia?” Linda kembali bertanya ketika mereka berdua keluar dari dalam lift.Andre menghela nafas saat akan membuka pintu apartemennya, “Kami memang mempunyai masa lalu yang pahit. Tapi semua itu hanya salah paham. Kamu tidak ta
Melihat Roland dan Linda turun dari mobil yang sama, Andre berjalan kembali ke dalam restoran, ke ruangan tadi. Kali ini, dia sudah tidak bisa lagi untuk bersikap ramah dan lebih memilih memasang wajah ketus setiap kali menatap Pak Martaka.“Kenapa wajahmu begitu?” Yunita mendekatkan diri dan berbisik di dekat Andre,“Kamu lihat saja sendiri nanti,” jawab Andre, dia kembali meneguk segelas Sprite tanpa jeda sedikit pun. Matanya sekarang menatap Pak Martaka dengan sorotan tajam.Sementara Yunita yang heran dengan sikap Andre sekarang ini, hanya diam saja sambil sesekali melirik ke mana Andre menatap. Namun begitu pintu terbuka, dia bisa langsung mengerti apa penyebab perubahan mood pada diri Andre saat ini.Dia mendengus tersenyum begitu melihat Roland dan juga Linda saling melingkarkan tangannya satu sama lain layaknya sepasang kekasih.“Y.. Yunita?” Roland melepaskan lengannya dari Linda, wajahnya terlihat seperti seorang suami yang sedang ketahuan berselingkuh.“Kalian saling kenal?
“Tim dari Departemen Drama dan Web Series sudah berusaha bernegosiasi dengan dia, sudah 10 kali bahkan. Tapi orang ini selalu menolak dengan alasan yang terbilang agak sulit. Dia ingin jaminan royalti 10% setelah acaranya selesai, gaji pokok di naikkan 20%, dan cast harus patuh penuh terhadap aturannya. Tapi..”“Tidak banyak aktor ataupun aktris yang menyukai dia,” dia menyela Yunita yang sedang menjelaskan secara singkat progress negosiasi dengan Martaka,“Kamu tahu?”“Sudah jelas,” dia menjawab dengan nada jutek. Sebab dia pernah bekerja sama satu kali dengan orang itu. Dan jujur saja, dirinya sendiri memang sangat muak dengan cara kerja Martaka yang terbilang ‘over perfeksionis’.Walau begitu, memang sih semua project yang di pegang oleh orang itu selalu saja berhasil menjadi hits di dunia hiburan. Dan sangat kebetulan, penulis untuk proyek kali ini termasuk orang besar dan juga sama menyebalkan dengan Martaka, hanya ingin bekerja dengan orang-orang paling top di bidangnya.“Tapi k
Seperti yang di ucapkan Yunita, Ayah Ibunya menerima Andre dengan senyum ramah. Bahkan Ayahnya memeluk erat Andre dan menyebutnya sebagai ‘calon menantu kesayangan’. Sama seperti ayahnya, ibunya memeluk Andre sambil mengucapkan ‘terima kasih’—yang baginya, seperti permintaan maaf yang tulus jika dia harus menerjemahkannya.“Akhirnya datang juga orang yang paling di bicarakan di rumah ini seminggu terakhir,”Semua orang tiba-tiba menoleh ketika Angelica yang baru saja datang berbicara.“Kakak,” Yunita langsung menimpali, sebab kakaknya ini sangat suka sekali bercanda dengan memasang wajah serius seperti yang sedang terjadi sekarang.“What? Kakak cuma menyambut calon suami kesayanganmu kok. Tahu ngak..”Mendengar kakaknya berbicara seperti itu, dia sudah bisa langsung tahu apa yang akan kakaknya katakan berikutnya. Dengan buru-buru dia berlari ke arah kakaknya dan berusaha menutup mulu
Besoknya, sesuai dengan perjanjiannya dengan Yunita kemarin di kantor, Andre dan Nia menunggu Yunita di Plaza Senayan, tepatnya di salah satu outlet brand mewah yang menjadi simbol orang kaya, G***i. “Memangnya kakak punya duit apa?” Merasa dirinya terlalu di rendahkan oleh adiknya satu ini, dia kemudian mengeluarkan dompetnya dan memamerkan beberapa kartu kredit black card dari beberapa bank ternama. “Masih mau ngomong?” ucapnya sambil tersenyum sinis. “Kakak ikutan investasi bodong ya?” “What the.., kagak lah. Kakak itu kalo setiap gajian, setengahnya kakak invest ke dalam berbagai hal,” Setelah selesai menjawab, dia tersadar akan satu kesalahan fatal yang baru saja di perbuat, yaitu menjelaskan soal keuangan pribadinya kepada Nia. Dan ketika dia melirik ke sampingnya, betul saja, Nia kini menatapnya dengan tatapan tajam. “Begitu ya, giliran aku minta sesuatu pasti dibilang nanti-nanti. Kalau Kak Yunita, kakak langsung gercep
“Ngak mungkin,” ibunya tampak syok dan menggelengkan kepala, “Dia tidak mungkin akan melakukan seperti itu, mama tidak percaya. Kamu pasti mengatakan itu untuk membuat mama benci dengan dia kan? Supaya mama merestui kamu dan Yunita, wanita licik itu,”“Nak, tuduhanmu itu cukup berbahaya? Kamu punya buktinya?”“Iya kak. Meski aku juga ngak suka dengan Kak Linda, tapi tuduhan kakak itu terlalu berbahaya,”“Kenapa? Aku mendengarnya sendiri kok, saat di Italia,” dia sengaja tidak melibatkan Yunita dalam hal ini, karena ibunya pasti akan mengarahkan semua tuduhan ke Yunita lagi, “Dan dia bahkan datang bersama dengan Roland, CEO baru dari saingan kita,”“Tunggu dulu, Roland dari JC Group? Yang baru saja mengakuisisi D&D Media tahun lalu?”“Yup, siapa lagi memang saingan terkuat kita saat ini selain mereka,”Melihat ayahnya yang menghela nafas, dia menduga kalau ayahnya sudah tahu soal Roland. Dan menurutnya, Ayahnya pasti menyembunyikan sesuatu darinya.“Jadi rumor itu benar ternyata,”“Rum
’Kanker otak stadium 2’4 kata itu membuat harapan yang ada dalam dirinya menjadi hancur seketika, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya harus di diagnosis menderita penyakit mematikan itu.Dia bingung harus mengatakan apa ke keluarganya, melihat wajah kesedihan mereka saja dia tidak sanggup. Dan Yunita, yang sudah dia janji akan menikah tahun ini, dia tidak tega harus merusak momen-momen bahagia yang tengah mereka rasakan sekarang ini.Dia lalu duduk di bangku taman di taman yang ada di rumah sakit, “Kenapa kau memberikan cobaan yang berat seperti ini?” dia bergumam dalam hatinya, mengeluh pada yang maha kuasa. Sejujurnya, dia tidak mengerti di mana letak kesalahannya sehingga di pantas menerima cobaan yang begitu berat seperti ini. “Apa karena aku melawan kehendak mama soal pacaran selama ini?” dia kembali bergumam memikirkan semua alasan yang mungkin saja menjadi penyebab dia menerima cobaan seberat ini. Saat kembali ke mobilnya,
“Kamu kenapa sih sayang? Dari tadi kaya kurang fokus begitu,” Yunita bertanya dengan menyipitkan mata saat mereka berdua sedang menunggu pesanan mereka di sebuah restoran tidak jauh dari hotel, karena sebentar lagi mereka sudah harus kembali ke hotel. Andre menatap mata Yunita sejenak. Dia lalu tersenyum dan memilih untuk berbohong, “Ngak kok, aku sedang mikirin soal Roland dan Linda saja. Bagaimana kita harus bersikap ke mereka kalo berpapasan secara tidak sengaja,” “Kamu masih mikirin itu? Ngak usah terlalu di pikirkan lah. Ingat kan? Sepandai-pandainya tupai meloncat, suatu saat pasti akan jatuh juga. Sama kaya mereka, sepandai apapun mereka merencanakan dan menyembunyikan niat mereka, pasti akan ketahuan juga suatu saat. Yang penting, kita menghindari mereka saja untuk saat ini. Oke?” “Baik kalau begitu, untuk urusan mereka berdua, aku serahkan semua ke kamu,” “Duh, seharusnya sebagai calon kepala keluarga, kamu itu..” “Wait,” perkataan Yunita—khusu
Setelah mendengar cerita Yunita, Andre cukup syok. Dia tidak menyangka kalau Linda akan berbuat sejauh itu. Di kuasai oleh perasaan amarah, dia mengambil teleponnya dan hendak menelepon Karto.“Kamu mau apa?” Yunita bertanya,“Apalagi? Tentu saja akan aku masukkan dia ke penjara,”Yunita secara tiba-tiba mengambil telepon miliknya dan menutup teleponnya. Hal itu membuatnya terkejut. “Dan kamu punya bukti kalau dia yang melakukan itu?” “Pasti akan ada sendiri nanti, yang penting sekarang kita harus melaporkannya lebih dahulu. Kamu mau membiarkan orang yang sudah hampir membunuh kita berkeliaran bebas seperti itu?”“Coba kamu pikirkan, kalau kamu melapor ke polisi sekarang. Bisa saja Roland dan Linda langsung mengambil tindakan pencegahan dengan menyingkirkan semua bukti yang ada. Dan ujung-ujungnya? Bisa kamu yang kena laporan balik atau pencemaran nama baik,” Merasa perkataan Yunita ada benarnya, dia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju balkon untuk menghilangkan penat de