Esok paginya, mencium bau masakan yang begitu harum. Hidung Linda bergoyang ke kanan dan ke kiri, otaknya langsung merangsang dirinya untuk segera bangun dan membuka matanya. Namun, dia merasa aneh sangat membuka matanya dan melirik ke sekitarnya. “Dimana gue?” dia bertanya kepada dirinya sendiri untuk sejenak, sebelum akhirnya sadar saat melihat foto-foto Fiona yang di letakkan di pojokan. “Ah, dasar bego,” Linda kembali mengutuki dirinya. Ingin segera kabur dari situasi memalukan tersebut, dengan pelan-pelan dia bergerak di atas sofa. Namun sial baginya, kaki-kaki sofa milik Andre berdenyit saat dia bergerak. “Shit!” dia mengumpat pelan. “Sudah bangun?” mendengar suara berdenyit, Andre menyapa Linda dari arah dapur, “Ngak usah kabur, sarapan dulu. Sekarang sudah jam berapa,” Karena sudah ketahuan, Linda akhirnya berdiri dan memasang senyum canggung. “Ah, memalukan banget sih!!” dia berteriak dalam dirinya. Tapi, ada sedikit rasa senang dalam dirinya. Kapan lagi dia bisa melihat p
Linda menjatuhkan sendoknya. Walau sebenarnya dia sadar dengan kesempatannya yang sangat tipis untuk bisa mendapatkan hati Andre. Rasa gengsi dalam dirinya tidak mau mengakui itu.“Kenapa?” Linda mendengus, “Ah, karena lu mau menikah dengan Yunita? Begitu?”“Dari mana kau,”“Betul sekali, dari ibumu,” Linda yang sudah di kuasai oleh emosi yang campur aduk akhirnya membongkar kedoknya sendiri, suaranya mulai terdengar bergetar, “Pertemuan waktu itu? Betul sekali, aku yang merencanakannya. Kenapa sih kamu tidak pernah memberikan aku kesempatan sekali saja. Malahan wanita itu, yang sudah menyakitimu yang akhirnya kamu pilih,”“Jaga mulutmu,” Andre menahan emosinya, tangannya saat ini sudah meremas sendok cukup kuat; jika saja terbuat dari plastik atau kayu, mungkin sekarang sudah patah.“KENAPA?!!”“SHUT UP!!” Andre akhirnya meluapkan emosinya.
Besoknya, sesuai apa yang Andre janjikan, semua anggota Tim 8 dengan pasangan mereka masing-masing dan Pak Karto yang membawa keluarganya, mereka berkumpul di depan pintu keberangkatan sebelum masuk.“Lu sendirian saja?” saat sedang menunggu Natasya dan pacarnya yang masih dalam perjalanan, Ranti bertanya kepada Gideon yang datang hanya sendirian, “Cewek lu yang waktu itu mana?”“Sudah putus,” Gideon menjawab dengan begitu santai.Semua anggota Tim 8 mendengus mendengar si plaboy ini putus lagi dengan pacarnya—entah kali ini sudah perempuan yang ke berapa—padahal baru sebulan lalu Gideon pamer dengan begitu antusiasnya soal pacarnya yang sangat cantik bak model.Andre menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gideon, sebab hubungan pria satu ini rata-rata tidak pernah bertahan lebih dari 6 bulan, “Mau sampai kapan lu kaya begitu? Lu sudah mau kepala 3 loh,” dia mengungkapkan kekhawatirannya dengan
“.. meski apapun yang terjadi,” kata-kata itu mengalir keluar dari mulut Yunita bersamaan dengan ingatan samar-samar di mana dia dan Andre berdiri di tempat ini sambil memandangi laut di malam hari.“See, ingatan terdalam mu pasti akan mengingatnya,”Yunita tiba-tiba meneteskan air mata saat mengingat janji itu, “Maaf,” dia tiba-tiba meminta maaf, “Maaf ka.. karena aku tidak bisa menepati janji kita waktu itu,” lanjutnya. Dia teringat betapa pengecutnya dirinya saat lari dari kenyataan hanya karena tekanan ibunya Andre.“It’s okay. Semuanya bukan salahmu, kita sama-sama salah waktu itu,” Andre lalu memeluk Yunita, “Maafkan aku juga karena sudah salah paham dan membencimu tanpa tahu yang sebenarnya terjadi,” dia mengelus kepala Yunita.Cukup lama mereka berdiri di tempat itu, mengenang beberapa momen lucu juga absurd, karena tempat itu merupakan destinasi pertama mereka liburan b
Melihat Andre yang berlutut di depannya saat ini persis seperti apa yang terjadi di masa lalu, Yunita menangis terharu. Ada perasaan takut kalau masa lalu buruk itu akan terulang kembali kali ini. “Just Accept it,” seseorang dari keramaian yang sedang merekamnya dan Andre saat ini berteriak. Namun mulutnya tidak bisa berkata apa-apa, mengesampingkan semua perasaan tidak berguna dalam kepalanya, dia ingin sekali mengatakan ‘yes’ namun mulutnya seperti terkunci rapat. Alhasil, dia hanya mengangguk sebagai ganti mengiyakan lamaran Andre. Tidak bisa menahan rasa gembiranya, Andre langsung bangkit berdiri dan memeluk Yunita dengan tersenyum lebar. Dia kemudian mencium kening Yunita sebelum akhirnya melakukan french kiss selama beberapa detik, diikuti oleh sorakan dan siulan kencang dari pengunjung bar yang lain. ‘Apakah ini betul-betul terjadi?’ Sampai saat sedang makan malam romantis, Yunita masih tidak percaya apa yang terjadi hari ini. Semuanya masih terasa se
“Panggil ambulans, sudah atau belum?!”, “Awas, hati-hati dengan besinya,” Yunita tersadar sebentar akibat mendengar suara orang-orang yang hendak menolongnya. Sekujur badannya terasa sakit, amat sakit hingga dia hanya bisa merintih. Dia masih bisa merasakan ujung kaki dan tangannya, namun tidak punya tenaga sama sekali untuk menggerakkan kakinya.Dia bisa mendengar suara gergaji mesin yang sedang memotong sesuatu di badan mobil karena dia bisa merasakan getarannya. “Andre!” pikirannya langsung teringat dengan Andre, dengan sisa tenaga yang ada, dia sedikit menggerakkan lehernya yang terasa sangat sakit walau hanya di gerakkan sedikit saja.Melihat kondisi Andre yang kepalanya berlumuran darah, dia menangis tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Dia berusaha menggerakkan tangannya untuk menyentuh Andre, namun apa daya, dia tidak mempunyai tenaga sama sekali.“Permisi!! Tolong buka Jalan!” seseorang kemudian berteriak ketika kesadarannya perlahan kembali memudar, pandangannya mulai menja
“Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?” Yunita bertanya kepada Nia yang mendorong kursi rodanya saat mereka dalam perjalanan ke ICU. Sebab kalau Nia berada di bali, kemungkinan besar sudah sehari berlalu semenjak semenjak kecelakaan itu. “4 Hari,” “Terus Tim kami?” dia kembali bertanya, “Mereka sudah kembali ke Jakarta lebih dulu. Kakak ngak usah memikirkan itu untuk sekarang ini,” Nia sempat berhenti sejenak dan berlutut di depan Yunita, “Yang haru menjadi perhatian terbesar kakak sekarang adalah bagaimana dengan Ibuku,” Yunita tersenyum tipis kepada Nia, “It’s okay, aku sudah memutuskan untuk tidak lari lagi kali ini,” ucapnya sambil mengelus tangan Nia . Walau mungkin perjalanannya dengan Andre akan makin terjal setelah kecelakaan ini, saat melihat cincin yang ada di jari manisnya saat ini, dia teringat dengan janjinya dengan Andre watu itu. “Ternyata Kak Andre betul-betul melamar kakak ya,” Nia bertanya saat melihat Yunita yang memandangi cincin yang Andre beli dengan re
Karena lukanya yang tidak terlalu parah, Yunita diizinkan setelah hampir 2 minggu menjalani perawatan. Dia masih tinggal di Bali selama beberapa hari dan berencana pulang bersamaan dengan pemindahan Andre ke rumah sakit yang lebih besar dan lebih memadai di daerah Jakarta. Berkat kecelakaan itu, identitas Andre sebagai calon pewaris perusahaan akhirnya terbongkar. Tim 8 menjadi yang paling pertama mengetahui itu; karena mereka di tugaskan untuk mengurus segalanya. “Well,” Natasya tersenyum jahil, “Bagaimana rasanya menjadi ibu bos. Gua liat di ruangan obrolan sudah ngak ada yang banyak komen lagi,” tanya Natasya saat dia dan Yunita sedang menunggu Gideon dan Ranti kembali dari mengurus beberapa administrasi tambahan sebelum Andre boleh di pindahkan. “Biasa saja,” Yunita menjawab dengan singkat, “Karena gua dari awal bukan mencintai statisnya, tapi orangnya,” jelasnya. “Tapi orang pasti akan menganggap lu sebelah mata sekarang, mereka akan mulai bergosip di belakang lu, bahkan mungk
“Jangan salah paham. Aku hanya ngak mau orang-orang menganggap kejadian tadi adalah pertengkaran sepasang kekasih,” Andre langsung menjelaskan alasannya, mumpung hanya ada mereka berdua saja dalam lift saat ini.“Kenapa kamu tidak pernah memberikan aku kesempatan?”“Masih harus ku jelaskan berulang kali? Cinta itu tidak bisa di paksa, Linda. Kamu memang mungkin menyukaiku, tapi aku tidak pernah menganggap kamu lebih dari seorang teman dan tetangga. Mau sampai kapanpun kamu memaksakan perasaanmu padaku, aku tidak akan bisa menerima perasaanmu.Malah aku akan menjadi ornag brengsek kalau menerima perasaanmu meski aku tidak menyukaimu sedikit pun,” Andre menjelaskan.“Lalu kenapa harus dengan Yunita, walau dia sudah menyakitimu seperti itu, kenapa kamu malah memilih dia?” Linda kembali bertanya ketika mereka berdua keluar dari dalam lift.Andre menghela nafas saat akan membuka pintu apartemennya, “Kami memang mempunyai masa lalu yang pahit. Tapi semua itu hanya salah paham. Kamu tidak ta
Melihat Roland dan Linda turun dari mobil yang sama, Andre berjalan kembali ke dalam restoran, ke ruangan tadi. Kali ini, dia sudah tidak bisa lagi untuk bersikap ramah dan lebih memilih memasang wajah ketus setiap kali menatap Pak Martaka.“Kenapa wajahmu begitu?” Yunita mendekatkan diri dan berbisik di dekat Andre,“Kamu lihat saja sendiri nanti,” jawab Andre, dia kembali meneguk segelas Sprite tanpa jeda sedikit pun. Matanya sekarang menatap Pak Martaka dengan sorotan tajam.Sementara Yunita yang heran dengan sikap Andre sekarang ini, hanya diam saja sambil sesekali melirik ke mana Andre menatap. Namun begitu pintu terbuka, dia bisa langsung mengerti apa penyebab perubahan mood pada diri Andre saat ini.Dia mendengus tersenyum begitu melihat Roland dan juga Linda saling melingkarkan tangannya satu sama lain layaknya sepasang kekasih.“Y.. Yunita?” Roland melepaskan lengannya dari Linda, wajahnya terlihat seperti seorang suami yang sedang ketahuan berselingkuh.“Kalian saling kenal?
“Tim dari Departemen Drama dan Web Series sudah berusaha bernegosiasi dengan dia, sudah 10 kali bahkan. Tapi orang ini selalu menolak dengan alasan yang terbilang agak sulit. Dia ingin jaminan royalti 10% setelah acaranya selesai, gaji pokok di naikkan 20%, dan cast harus patuh penuh terhadap aturannya. Tapi..”“Tidak banyak aktor ataupun aktris yang menyukai dia,” dia menyela Yunita yang sedang menjelaskan secara singkat progress negosiasi dengan Martaka,“Kamu tahu?”“Sudah jelas,” dia menjawab dengan nada jutek. Sebab dia pernah bekerja sama satu kali dengan orang itu. Dan jujur saja, dirinya sendiri memang sangat muak dengan cara kerja Martaka yang terbilang ‘over perfeksionis’.Walau begitu, memang sih semua project yang di pegang oleh orang itu selalu saja berhasil menjadi hits di dunia hiburan. Dan sangat kebetulan, penulis untuk proyek kali ini termasuk orang besar dan juga sama menyebalkan dengan Martaka, hanya ingin bekerja dengan orang-orang paling top di bidangnya.“Tapi k
Seperti yang di ucapkan Yunita, Ayah Ibunya menerima Andre dengan senyum ramah. Bahkan Ayahnya memeluk erat Andre dan menyebutnya sebagai ‘calon menantu kesayangan’. Sama seperti ayahnya, ibunya memeluk Andre sambil mengucapkan ‘terima kasih’—yang baginya, seperti permintaan maaf yang tulus jika dia harus menerjemahkannya.“Akhirnya datang juga orang yang paling di bicarakan di rumah ini seminggu terakhir,”Semua orang tiba-tiba menoleh ketika Angelica yang baru saja datang berbicara.“Kakak,” Yunita langsung menimpali, sebab kakaknya ini sangat suka sekali bercanda dengan memasang wajah serius seperti yang sedang terjadi sekarang.“What? Kakak cuma menyambut calon suami kesayanganmu kok. Tahu ngak..”Mendengar kakaknya berbicara seperti itu, dia sudah bisa langsung tahu apa yang akan kakaknya katakan berikutnya. Dengan buru-buru dia berlari ke arah kakaknya dan berusaha menutup mulu
Besoknya, sesuai dengan perjanjiannya dengan Yunita kemarin di kantor, Andre dan Nia menunggu Yunita di Plaza Senayan, tepatnya di salah satu outlet brand mewah yang menjadi simbol orang kaya, G***i. “Memangnya kakak punya duit apa?” Merasa dirinya terlalu di rendahkan oleh adiknya satu ini, dia kemudian mengeluarkan dompetnya dan memamerkan beberapa kartu kredit black card dari beberapa bank ternama. “Masih mau ngomong?” ucapnya sambil tersenyum sinis. “Kakak ikutan investasi bodong ya?” “What the.., kagak lah. Kakak itu kalo setiap gajian, setengahnya kakak invest ke dalam berbagai hal,” Setelah selesai menjawab, dia tersadar akan satu kesalahan fatal yang baru saja di perbuat, yaitu menjelaskan soal keuangan pribadinya kepada Nia. Dan ketika dia melirik ke sampingnya, betul saja, Nia kini menatapnya dengan tatapan tajam. “Begitu ya, giliran aku minta sesuatu pasti dibilang nanti-nanti. Kalau Kak Yunita, kakak langsung gercep
“Ngak mungkin,” ibunya tampak syok dan menggelengkan kepala, “Dia tidak mungkin akan melakukan seperti itu, mama tidak percaya. Kamu pasti mengatakan itu untuk membuat mama benci dengan dia kan? Supaya mama merestui kamu dan Yunita, wanita licik itu,”“Nak, tuduhanmu itu cukup berbahaya? Kamu punya buktinya?”“Iya kak. Meski aku juga ngak suka dengan Kak Linda, tapi tuduhan kakak itu terlalu berbahaya,”“Kenapa? Aku mendengarnya sendiri kok, saat di Italia,” dia sengaja tidak melibatkan Yunita dalam hal ini, karena ibunya pasti akan mengarahkan semua tuduhan ke Yunita lagi, “Dan dia bahkan datang bersama dengan Roland, CEO baru dari saingan kita,”“Tunggu dulu, Roland dari JC Group? Yang baru saja mengakuisisi D&D Media tahun lalu?”“Yup, siapa lagi memang saingan terkuat kita saat ini selain mereka,”Melihat ayahnya yang menghela nafas, dia menduga kalau ayahnya sudah tahu soal Roland. Dan menurutnya, Ayahnya pasti menyembunyikan sesuatu darinya.“Jadi rumor itu benar ternyata,”“Rum
’Kanker otak stadium 2’4 kata itu membuat harapan yang ada dalam dirinya menjadi hancur seketika, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya harus di diagnosis menderita penyakit mematikan itu.Dia bingung harus mengatakan apa ke keluarganya, melihat wajah kesedihan mereka saja dia tidak sanggup. Dan Yunita, yang sudah dia janji akan menikah tahun ini, dia tidak tega harus merusak momen-momen bahagia yang tengah mereka rasakan sekarang ini.Dia lalu duduk di bangku taman di taman yang ada di rumah sakit, “Kenapa kau memberikan cobaan yang berat seperti ini?” dia bergumam dalam hatinya, mengeluh pada yang maha kuasa. Sejujurnya, dia tidak mengerti di mana letak kesalahannya sehingga di pantas menerima cobaan yang begitu berat seperti ini. “Apa karena aku melawan kehendak mama soal pacaran selama ini?” dia kembali bergumam memikirkan semua alasan yang mungkin saja menjadi penyebab dia menerima cobaan seberat ini. Saat kembali ke mobilnya,
“Kamu kenapa sih sayang? Dari tadi kaya kurang fokus begitu,” Yunita bertanya dengan menyipitkan mata saat mereka berdua sedang menunggu pesanan mereka di sebuah restoran tidak jauh dari hotel, karena sebentar lagi mereka sudah harus kembali ke hotel. Andre menatap mata Yunita sejenak. Dia lalu tersenyum dan memilih untuk berbohong, “Ngak kok, aku sedang mikirin soal Roland dan Linda saja. Bagaimana kita harus bersikap ke mereka kalo berpapasan secara tidak sengaja,” “Kamu masih mikirin itu? Ngak usah terlalu di pikirkan lah. Ingat kan? Sepandai-pandainya tupai meloncat, suatu saat pasti akan jatuh juga. Sama kaya mereka, sepandai apapun mereka merencanakan dan menyembunyikan niat mereka, pasti akan ketahuan juga suatu saat. Yang penting, kita menghindari mereka saja untuk saat ini. Oke?” “Baik kalau begitu, untuk urusan mereka berdua, aku serahkan semua ke kamu,” “Duh, seharusnya sebagai calon kepala keluarga, kamu itu..” “Wait,” perkataan Yunita—khusu
Setelah mendengar cerita Yunita, Andre cukup syok. Dia tidak menyangka kalau Linda akan berbuat sejauh itu. Di kuasai oleh perasaan amarah, dia mengambil teleponnya dan hendak menelepon Karto.“Kamu mau apa?” Yunita bertanya,“Apalagi? Tentu saja akan aku masukkan dia ke penjara,”Yunita secara tiba-tiba mengambil telepon miliknya dan menutup teleponnya. Hal itu membuatnya terkejut. “Dan kamu punya bukti kalau dia yang melakukan itu?” “Pasti akan ada sendiri nanti, yang penting sekarang kita harus melaporkannya lebih dahulu. Kamu mau membiarkan orang yang sudah hampir membunuh kita berkeliaran bebas seperti itu?”“Coba kamu pikirkan, kalau kamu melapor ke polisi sekarang. Bisa saja Roland dan Linda langsung mengambil tindakan pencegahan dengan menyingkirkan semua bukti yang ada. Dan ujung-ujungnya? Bisa kamu yang kena laporan balik atau pencemaran nama baik,” Merasa perkataan Yunita ada benarnya, dia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju balkon untuk menghilangkan penat de