Beranda / Rumah Tangga / Mengapa Harus Anakku / 5 Kenikmatan Awal Bencana

Share

5 Kenikmatan Awal Bencana

Penulis: Tetsuya_01
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-12 18:27:11

Belum genap 1 Bulan pernikahan Olivia dengan Renald, pagi ini seperti biasa semua pakaian dan kebutuhan suaminya sedang Olivia siapkan dikamar. Suaminya itu masih tertidur lelap, jam memang masih menunjukkan pukul 04.30, tapi Olivia sudah sibuk mempersiapkan semuanya selesai Shalat subuh.

Seperti itulah rutinitas Olivia setiap harinya,

Seminggu belakangan Renald selalu pulang tengah malam, dengan raut wajah lelah, Namun tak pernah sedikitpun Olivia menaruh kecurigaan pada suaminya itu.

Wajar suaminya itu lelah, ia masih melanjutkan perkuliahannya dan langsung ke perusahaan milik almarhum kakeknya. Itu yang Olivia ketahui.

Tidak seperti dirinya yang terpaksa mengundurkan diri dari kampus dan tidak melanjutkan lagi kuliahnya atas saran dari mertuanya, yaitu Farida dan Alex. Memilih menikah dengan Renald, itu artinya ia harus melepaskan mimpinya.

Selesai mempesiapkan pakaian suaminya, dan air hangat untuk mandi suaminya, ia pun bergegas turun ke lantai satu, dimana ia akan memasak di dapur menyiapkan sarapan untuk semua orang di rumah.

Ya, belakangan ini ia ditugaskan oleh Renald suaminya untuk melakukan semua pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan kolam renang serta mengumpulkan semua pakaian kotor mereka yang akan dicuci oleh pelayan.

Perlakukan layaknya seorang asisten rumah tangga, bukan seperti istri dan menantu seperti yang seharusnya tak membuat Olivia memiliki pikiran yang aneh. Ia menganggap itu hal yang wajar, karena ia pun mampu dan terbiasa melakukan itu bahkan sebelum menikah.

Sikap polos dan naif seorang Olivia tentu saja dianggap sebagai anugerah bagi Farida, karena dengan begitu, ia tidak perlu lagi bersandiwara secara berlebihan dalam berkomunikasi dengan menantunya itu. Bahkan sampai saat ini, Farida tidak pernah mau menyebut Olivia itu sebagai menantunya ketika dirinya berkumpul dengan teman-teman sosialitanya.

Proses kepengurusan Warisan dari tuan Adijaya ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang mereka harapkan. selama menunggu proses itu pula mereka bersabar mempertahankan sandiwara besar ini pada hidup Olivia.

Selesai menyiapkan segala makanan yang sudah ia masak, dan merapihkannya di atas meja, ia bergegas kembali ke kamar hendak membangunkan suaminya.

"Sayaang, bangun, katanya harus ke kampus lebih pagi hari ini." Cara membangunkan suaminya yang terkesan lembut itu justru memancing gairah seorang Renald.

Tangan lembut Olivia yang sedang menepuk-nepuk pelan pipi suaminya itu langsung dicekal oleh tangan besar Renald, perlahan mulai membuka matanya, Renald yang selama ini selalu menahan nafsunya pada Olivia, Terlihat tidak dapat menahannya lagi ketika melihat istri cantiknya ini sudah terlihat segar, kulitnya menguarkan aroma manis dan lembut terhidu hidungnya.

Dihirupnya dengan rakus aroma leher istrinya itu hingga memancing lenguhan merdu dari bibir Olivia.

Lenguhan yang baru pertama kali ia dengar, karena selama ini ia selalu melampiaskan gairahnya hanya pada Jennifer. Sama dengan Olivia yang selama ini menahan gairah nya, padahal ia tahu mereka sudah menikah, tapi rasa gugup selalu membuat niat Renald ingin berhubungan intim dengannya selalu gagal.

Tidak dengan pagi ini, keduanya nampak telah diselimuti kabut gairah, nampak jelas disaat tatapan keduanya bertemu, dengan perlahan tangan besar Renald mulai meraba leher istri cantiknya itu, menarik tengkuk istrinya, mendekatkan jarak bibir mereka agar bertemu.

Mulai saling menyesap lembut bibir satu sama lain yang berubah menjadi kecupan penuh nafsu. sontak kamar mereka penuh suara lenguhan dan decapan lidah dan bibir mereka.

Sehingga pergulatan yang diinginkan keduanya pun berlanjut dengan panas.

Sedangkan di dalam kamar Farida dan Alex, terlihat Farida nampak sedang memasangkan dasi dileher suaminya yang sudah siap berangkat ke kantor.

"Kapan pengacara ayah akan kesini pah? hampir 1 bulan lho, kasihan kan Jennifer nunggu kepastian dari Renald. Mama juga udah ga kuat pah, drama dramaan kaya begini setiap hari. Liat kelakuan si Oliv yang kaya begitu bikin mama makin hilang respect, Dia bener-bener cocoknya jadi babu pah, Bukan sebagai istri pewaris Adijaya Grup,malu mama, Setiap kumpul pasti di ledek sama temen-temen mama." Ujaran panjang lebar Farida sambil mengerucutkan bibirnya membuat Alex gemas dan langsung mengecupnya sekilas.

"Iya, siang ini papa bakal ngontak Pak Arsen, pengacara ayah itu pasti langsung memberikan wasiat itu mah. Mamah tenang aja, Oke. Sebentar lagi, perlahan tapi pasti warisan itu akan jatuh ketangan kita,Cup." ucapan Alex ditutup dengan kecupan pada bibir istrinya itu.

Kembali pada situasi di dalam kamar Olivia. Pergulatan panas mereka sudah berakhir, raut penuh kepuasan tergambar jelas dalam wajah Renald yang baru keluar dari kamar mandi. istrinya itu benar-benar mampu membuat pengalaman bercinta seorang Renald terpuaskan, terbukti dari dilakukannya lebih dari 3 kali pelepasan, hingga Olivia kini terlihat meringkuk kelelahan diatas ranjang.

Olivia benar-benar belum terjamah sama sekali, sehingga Renald merasa bangga menjadi yang pertama menerobos pertahanan istrinya itu. masih tersenyum smirk melirik istrinya yang terlihat kelelahan. Ia pun turun ke lantai bawah untuk sarapan, bersiap berangkat menuju kampusnya.

Di meja makan, telah terlihat kedua orang tuanya sudah siap sarapan. Melihat Renald turun tanpa istrinya, Farida pun bertanya pada Renald,

"Dimana Oliv? Kenapa kamu turun sendirian?" dengan tenang Renald menjawab,

"Dia kelelahan kayaknya deh mah karena udah Renald serang beberapa kali pagi ini sampe Renald puas." jawaban Renald tentu membuat kedua orangtuanya tercengang,

"Apa kamu bilang? Kamu menyentuh Olivia terlalu jauh nak,,apa kata Jennifer kalo dia tau kamu berhubungan intim sama Oliv?"

Gila, mertua mana yang justru mengkhawatirkan wanita lain dibandingkan dengan istri anaknya sendiri. Farida tentunya...

"Kalo Olivia hamil nanti gimana Ren, sedangkan perceraian tidak akan bisa dilakukan jika istri sedang hamil.",

Perkataan Alex sontak membuat pergerakan tangan Renald yang hendak menyuapkan sarapan ke mulutnya itu langsung terhenti.

BODOH, itu yang terlintas dalam pikiran Renald sekarang. Kenapa tadi ia ridak memikirkan hal itu, ia bahkan menumpahkan semua cairan bibit penerusnya itu ke dalam rahim Olivia? ia tidak menghiraukan akan hal itu, karena pergulatan dengan istrinya tadi sungguh membuat nya terbuai dan tenggelam dalam kenikmatan.

Bab terkait

  • Mengapa Harus Anakku   6 Kabar Baik Atau Buruk?

    Keesokan harinya, seperti biasa Olivia yang menyiapkan segala sesuatu untuk suaminya berangkat bekerja, dan setelah selesai membuat sarapan, langkah kakinya yang hendak menaiki tangga langsung terhenti ketika mendengar suara salah satu pelayan, "Nyonya Oliv, diluar ada tamu yang ingin bertemu dengan Tuan besar dan tuan muda." ujarnya, "Sepagi ini? siapa ya?" gumamnya dengan suara pelan, Masih memikirkan siapa yang bertamu sepagi ini, suara tegas seorang Farida memecah pikiran Olivia. "Kenapa kalian berdiam diri disana?" tanyanya saat melihat Oliv dan seorang pelayan berdiri di bawah tangga. "Mm-mama.." Ucap Olivia kaget, "Apa kau sudah selesai menyiapkan sarapan untuk kami semua?" Tanya Farida sambil menuruni tangga. "Sudah ma, di luar kata bibi ada yang mau bertemu papa dan Renald mah." Olivia berkata pada farida dengan senyum manisnya. "Siapa bi? Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Mengapa Harus Anakku   7 Akhir Sandiwara

    Seminggu sudah Olivia berusaha menutupi kehamilannya dari sang suami dan mertuanya. Akan tetapi sepertinya usaha ia seminggu ini akan sia-sia ketika usai sarapan bersama, mual yang ia rasakan kini tidak dapat ditahannya lagi. "Hoek...Hoek...," rasa mual itu membuatnya langsung berdiri dan berlari kecil ke kamar mandi dekat dengan ruang makan. Melihat apa yang terjadi pada Olivia, membuat ketiga orang yang ada di ruang makan tersebut seketika mematung. Sepertinya mereka sadar akan situasi saat ini, melihat gerak gerik Olivia barusan, membuat Farida memicingkan mata ke arah putra nya. "Jangan sampai apa yang mama pikirkan saat ini benar-benar terjadi Renald!" Ujar Farida. "Kau benar-benar sudah gegabah nak." Sambung Alex yang melihat putranya hanya diam dengan kepala tertunduk. Merasa terpojok dan disudutkan dengan melemparkan semua kesalahan padanya, Renald seketika merasa geram, dengan kuat ia mendorong kursi makan yang masih ia duduki hingga terbalik ke belakang dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Mengapa Harus Anakku   8 Melindungi Sekuat Hati

    Tubuh ringkih Olivia menggeliat, tangannya terasa sangat pegal. Sedari pagi menangis hingga tanpa sadar ia tertidur. Melirik ke arah jam dinding yang tergantung di kamarnya, Pukul.11.00, tubuhnya terperanjat karena terkejut, ia ternyata sudah tidur sangat lama. Masih merasakan sakit pada sekujur tubuhnya, ia berusaha bangun dan hendak pergi ke toilet untuk membersihkan dirinya sebelum pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Seusai dirinya membersihkan diri, saat akan memasuki walk in closet, bunyi ketukan pintu kamarnya membuat langkahnya terhenti. "Siapa?" teriaknya dari dalam kamar. "Saya Nora, Anda di panggil Nyonya besar ke ruang kerja Tuan besar." Ucap Nora dari balik pintu. "Baiklah, 10 menit lagi aku akan kesana. Terima kasih Nora." lanjutnya sedikit berteriak masih dari dalam kamar. Tidak ada sahutan kembali dari balik pintu kamarnya, dan ia yang sudah mulai memahami situasi di rumah tempat ini kini berada, merasa tidak aneh ketika para pelayan di dalam ru

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Mengapa Harus Anakku   9 Tersisihkan

    Pagi ini, gejolak dalam perut yang di alami Olivia sungguh terasa lebih parah dari hari-hari sebelumnya. Bangun dari tidurnya dengan tergesa, ia melangkahkan kakinya menuju toilet dalam kamarnya. "Hoek, Hoek." Memuntahkan isi perutnya yang terasa sangat mual, namun tidak ada apapun yang ia keluarkan, hanya cairan bening yang meninggalkan rasa amat pahit pada tenggorokannya. "Hoek.." lanjutnya berusaha mengeluarkan semua yang membuatnya mual. Sedangkan Reynald, di atas ranjang besarnya itu merasa tidur lelapnya sangat terganggu dengan suara yang terdengar menjijikan. "Aaaarrrggh, Menjijikan." Gumamnya dengan geram kala mendengar suara Olivia yang sedang muntah di dalam kamar mandi. 15 menit Olivia berada di dalam kamar mandi, tubuhnya kini terasa sangat lemah, lemas. membuka pintu di depannya, mata Olivia di kejutkan dengan sosok suaminya yang sudah berdiri didepannya dengan menampakkan wajah kesal menahan amarah. "mm-maaf, apa aku mengganggu tidurmu, sayang?" Ujar Olivia

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Mengapa Harus Anakku   10 Siksaan Pertama

    Membuka pintu kamarnya di paviliun itu, Olivia terkejut melihat Farida yang sudah berdiri di hadapannya kini. "I-ibu?" pekik Olivia. "Kenapa lama sekali? jangan tidur di saat yang lain sedang bekerja. Jangan jadikan kehamilanmu itu sebagai alasan agar bisa bermalas-malasan." Bentak Farida. "Apa yang harus aku kerjakan bu?" tanya Olivia, tubuhnya itu masih saja bergetar. "Berhenti memanggilku seperti itu, aku tidak pernah sudi menerima mu sebagai istri dari putra kesayangan ku." Ucap Tegas Farida. "Bersihkan dirimu, gunakan seragam pelayan seperti yang lainnya. Jangan pernah menganggap dirimu berbeda dengan para pekerja disini." Perintah Farida. "Bb-baiklah, Nyonya." Jawab Olivia dengan air mata terlihat mulai menggenang di pelupuk matanya. "Setelah itu, segera siapkan makan siang. akan ada kedatangan tamu spesial, jangan mengecewakan, atau kau akan mendapatkan hukuman." Ancam Farida seraya melangkahkan kakinya keluar dari paviliun itu. Menutup pintu kamarnya, Olivi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Mengapa Harus Anakku   11 Masih Berlanjut

    Malamnya, Olivia sudah berada dalam pembaringannya. ranjang yang terasa sakit bagi tubuh ringkihnya itu tidak ia rasakan, masih kalah sakit kala ia mengingat seluruh kejadian menyakitkan siang ini di rumah yang bagaikan mimpi buruk baginya itu. Saat ia masih di dapur tadi, ia tak mengira jika lelaki yang masih sebut sebagai suaminya itu masuk ke dalam area dapur dimana dirinya berada. "Dengar, mulai detik ini, jangan menginjakkan kaki mu ke dalam rumah utama ini jika tidak ada yang menyuruh mu. Paham!" Ucapnya penuh tekanan pada Oliv. "dan, ingat baik-baik. Jangan-anggap-aku-masih-suami mu." Ucap Reynald dengan menunjuk nunjukkan jarinya pada dada Olivia. Kerasnya tusukan jari lelaki itu tidak hanya menyakiti tubuhnya, kata-kata yang di keluarkankan oleh mulut Reynald bagaikan tusukan sembilu pada hatinya tiap mengucapkan kata-katanya. Air matanya mengalir deras kala matanya berusaha terpejam. tubuhnya terasa sangat lelah, namun, mengingat buah hati nya sedang tumbuh dala

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Mengapa Harus Anakku   12 Berjuang Sendiri

    Beberapa bulan sungguh dirasa sangat berat bagi seorang Olivia, di masa kehamilannya yang terbilang sudah besar, kini ia tinggal menunggu saatnya melahirkan.Dirinya tak pernah diizinkan keluar dari paviliun itu hanya untuk sekedar memeriksakan kehamilannya. seburuk apapun situasi yang dialami kehamilannya, pasti mereka yang mendatangkan dokter itu ke paviliun, tidak boleh menginjakkan kakinya keluar barang sedetikpun."Oliv...Olivia? kau baik-baik saja?" Suara Ryan terdengar dari balik pintu kamarnya. Selama ini, hanya sosok Ryan yang selalu memberanikan diri untuk menolongnya. tangannya tak berhenti mengetuk pintu itu sebelum ia mendengar jawaban dari dalam. Ia tidak ingin apa yang menimpa wanita hamil itu pada beberapa waktu ke belakang, saat Olivia mengalami kontraksi yang teramat sangat.Olivia kala itu mendapat perintah dari Farida dan Jennifer untuk mencuci mobil milik keduanya. tubuh ringkih namun perut yang telah terlihat besar itu di temukan dalam keadaan tidak sadar, den

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09
  • Mengapa Harus Anakku   13 Dihantam Bertubi-tubi

    Hari ini merupakan hari yang ditunggu oleh Olivia, dirinya tak menyangka bahwa ia akan segera bertemu sang penguat hidupnya. Meski sakit terus mendera tubuhnya yang kini telah terbaring di ranjangnya, merupakan saksi bisu yang selalu menemani tangis malamnya. Masih menunggu Ryan yang sedang memanggilkan seorang dokter kandungan, dirinya terus menguatkan dirinya sendiri. berkata pada sang buah hati sambil mengusap pelan permukaan perutnya. gerakan tangannya sempat melemah kala kontraksi di perutnya semakin menjadi, " Ya Allah,, lama sekali, apa Ryan belum bertemu dokter kandungannya." gumamnya, Dahinya sudah basah akibat bulir-bulir keringat yang awalnya sedikit, kini telah mengucur deras. Berusaha mengatur pernafasannya, menarik ulur oksigen yang keluar masuk dengan hidung dan mulutnya dengan teratur. Pintu kamarnya terbuka, berharap itu Dokter kandungan yang dibawa oleh Ryan. Namun, harapan hanyalah harapan, lain dengan kenyataan. Terkejut kala ia justru melihat Reynald dan Fa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12

Bab terbaru

  • Mengapa Harus Anakku   20 Sosok William

    Olivia memasuki apartemen miliknya sepulangnua dari supermarket, langsung memasuki area dapurnya, ia membereskan seluruh barang belanjaannya kedalam kitchen set dan lemari es. "Huuft,,akhirnya selesai juga." Ujarnya, kemudian membuat secangkir teh hangat karena dirasa dirinya perlu merilekskan tubuh dan pikirannya. Membawa cangkir tehnya, Olivia duduk di ruang tamu. Membuka ponselnya dan mencari beberapa info lowongan pekerjaan, Hingga akhirnya ia menemukan sebuah pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, sesuai bekal pendidikannya dulu saat kuliah. Namun, hanya ada lowongan sebagai Office girl disana. ia pun tak banyak berpikir, ia akan memgambil jalan itu. tak mengapa ia menjadi Office girl, toh itu pekerjaan baik juga, tidak ada yang salah. Yang ada dalam pikirannya hanyalah, ia harus mendapat uang sebanyak-banyaknya agar bisa bertemu kembali dengan sang putra, Keenan. menyeruput teh hangatnya hingga cangkir itu kosong, ia pun berniat membersihkan diri

  • Mengapa Harus Anakku   19 Langkah Awal

    Tak menyangka, kini Olivia sedang terduduk dalam kursi penumpang di sebuah pesawat. mata nanarnya menatap keluar jendela di sebelahnya. "Semoga langkah yang ku pilih ini sudah tepat, dan selalu dalam lindungan Mu ya Allah." Gumam Olivia dalam hatinya. Memilih Los Angeles sebagai kota tujuannya untuk memperbaiki kehidupannya agar lebih baik lagi. dikenal dengan julukan City of Angels, kota tersibuk di Amerika serikat karena dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur. Ia sungguh berharap, bekerja di salah satu kota terbesar di Amerika serikat itu mampu membuat dirinya bisa kembali mengambil hak asuh sang putra. Tidak ada dendam dihatinya, karena yang ada dalam pikirannya saat ini adalah sang buah hati yang baru berumur 5 bulan itu. "Semoga jika kau sudah tumbuh besar nanti, kau masih menganggap bahwa ibu masih ada nak". kembali pada realita kehidupannya, begitu tiba di Bandar Udara Internasional Los Angeles, wanita itu sempat kebingungan harus pergi kemana terlebih dahulu.

  • Mengapa Harus Anakku   18 Modal Nekat

    Hari ini merupakan sidang perceraian pertamanya, masih ada beberapa kali lagi pertemuan. Namun, sulit bagi Olivia dapat memenangkan hak asuh anaknya. Karena, sudah dapat dipastikan keluarga besar mantan suaminya itu sudah mempersiapkan segalanya dengan sangat matang. Terbukti dari tidak adanya keadilan kala hak asuh anaknya sepenuhnya jatuh ke tangan sang mantan suami, padahal tidak ada bukti kesalahan apapun yang dilakukan dirinya sehingga ia harus berpisah dengan anaknya yang baru berusia 5bulan itu. Hingga, tak terasa hari penentuan dirinya resmi menjadi seorang janda terjadi hari ini. Seharusnya ia mendapatkan bantuan Tuan Daniel, pengacara Almarhum Tuan besar Adijaya. namun entah, sosok pria paruh baya itu tidak hadir hingga persidangan terakhirnya ini. "Reyn, kumohon, beri aku keringanan agar selalu dapat bertemu dengan putraku." Pinta Olivia kala mereka telah selesai menjalani sidang perceraian mereka. "Jangan Harap Oliv, kau bilang sangat enggan menerima harta waris

  • Mengapa Harus Anakku   17 Ketuk Palu

    5 Bulan berlalu begitu cepat bagi seorang Olivia, tentu saja hal itu dirasa terlalu singkat untuk kebersamaannya bersama sang buah hati. Selama dalam pengasuhan Oliv, Keenan kecil sangat baik, tidak rewel sama sekali. Mungkin, karena instingnya bersama sang ibunda membuatnya merasa tenang, nyaman dan aman. Begitu pula dengan Olivia, kebersamaannya bersama Keenan membuatnya serasa sangat bahagia, tak ingin semuanya berlalu, tapi apa mau dikata, malang tak dapat ditolak. subuh ini, ia sudah bersiap membereskan semua pakaian dan perlengkapan miliknya. Ia harus menghadiri sidang perceraiannya siang ini di pengadilan agama. Apa yang diucapkan Reynald kala itu benar-benar terjadi, tepat 5 bulan sejak kejadian itu, suaminya benar-benar memberikannya surat perceraian. "kau harus menjadi anak yang kuat nak, ibu akan tetap menyayangi mu tak peduli dimanapun ibu berada." Bisik Olivia pada sang putra yang terlihat sedang tertidur lelap. "ibu harap kau tidak melupakan ibu nak jika suatu

  • Mengapa Harus Anakku   16 Waktu Istimewa

    Beberapa menit berlalu, tak terasa putra yang berada dalam dekapan hangatnya itu pun telah tertidur lelap. tersenyum hangat, tangan Olivia membelai lembut pipi halus putra tampannya itu. Tubuh oliv menegang kala mendengar suara teguran dari arah belakang, "Cepat masuk, taruh anak ku di kamarnya." Ucap dingin pria itu, "Reyn, apa, anak kita ini sudah di beri nama?" tanya Olivia pada Reynald, "Jangan, berani, sebut bayi ini anak kita di depan siapapun mulai saat ini. Paham!" Ancam Reynald, "tapi dia juga anak ku Reyn, sampai kapanpun itu, ini adalah darah dagingku, aku yang mengandungnya selama ini dan melahirkannya langsung Reyn!" Geram Olivia, dia merasa ini sudah sangat keterlaluan, putra dalam pelukannya inilah yang ia kandung selama 9 bulan kemarin. "setidaknya biarkan aku yang memberikannya nama pada putra ku Reyn, aku tidak akan meminta lebih." Bujuk Olivia, "Baiklah, ku beri kau waktu 5bulan untuk bisa bersamanya, namun, setelah waktu itu habis, jangan pernah mem

  • Mengapa Harus Anakku   15 Pelukan Pertama

    Hari-harinya Olivia kini terasa lebih hampa dari biasanya, perut besarnya kini sudah tidak ada, kegiatannya dalam bekerja memang terasa lebih ringan, tapi langkahnya selalu terasa lebih berat dari biasanya. Sedari subuh ia sudah beraktifitas di paviliun itu, membersihkan segala sesuatunya disana. Saat sedang serius membersihkan area dapur, tiba-tiba suara Lily yang menegurnya membuat kegiatannya terhenti. "Kau disuruh Nyonya untuk membuat sarapan di rumah besar saat ini juga." Ujarnya dengan ketus. "sekarang masih jam 6?" Tanya Olivia, "ya mana aku tau, nyonya besar sendiri yang tadi memintaku memberitahumu." Ucap Lily sambil melangkah keluar meninggalkan Olivia yang masih merasa bingung. Tapi, tanpa berpikir lama, ia pun beranjak dari paviliun itu menuju rumah utama. Baru beberapa langkah kakinya memasuki rumah besar itu dari area dapur, sudah terdengar jelas ditelinganya suara tangisan kencang bayi, langkah kakinya sontak terhenti, ia yakin bahwa itu adalah suara anaknya

  • Mengapa Harus Anakku   14 Sakit Berbuah Rencana

    Terbangun dari rasa tidurnya, Olivia mengerjapkan matanya secara perlahan. rasa pusing dikepalanya selalu muncul kala ia berusaha menggerakkan tubuhnya. Ryan, pria itu ada menemani Olivia yang masih pingsan akibat proses melahirkannya. Ia cukup shock ketika tadi melihat kedua majikannya itu bersitegang dengan Olivia. keduanya memaksa dan langsung membawa bayi yang baru saja dilahirkan itu. semua kejadian itu dilihat oleh Ryan dan dokter itu tanpa bisa melakukan pembelaan terhadap sosok Olivia. Merasa ada pergerakan dari ranjang disebelahnya, ia pun dengan cepat menghampiri wanita yang masih terlihat pucat dan lemah itu. "Kau sudah siuman, apa kau haus?" Tanya Ryan kala melihat tangan Olivia meraba-raba sekeliling ranjangnya. "Anakku, dimana bayiku Ryan? aku mohon kembalikan bayiku!" Pekik Olivia, dia tidak melupakan apa yang telah terjadi padanya kala masih tersadar tadi. Suaminya dan bahkan ibu Reynald tadi sungguh memaksa sang dokter agar segera melakukan persalinan, pad

  • Mengapa Harus Anakku   13 Dihantam Bertubi-tubi

    Hari ini merupakan hari yang ditunggu oleh Olivia, dirinya tak menyangka bahwa ia akan segera bertemu sang penguat hidupnya. Meski sakit terus mendera tubuhnya yang kini telah terbaring di ranjangnya, merupakan saksi bisu yang selalu menemani tangis malamnya. Masih menunggu Ryan yang sedang memanggilkan seorang dokter kandungan, dirinya terus menguatkan dirinya sendiri. berkata pada sang buah hati sambil mengusap pelan permukaan perutnya. gerakan tangannya sempat melemah kala kontraksi di perutnya semakin menjadi, " Ya Allah,, lama sekali, apa Ryan belum bertemu dokter kandungannya." gumamnya, Dahinya sudah basah akibat bulir-bulir keringat yang awalnya sedikit, kini telah mengucur deras. Berusaha mengatur pernafasannya, menarik ulur oksigen yang keluar masuk dengan hidung dan mulutnya dengan teratur. Pintu kamarnya terbuka, berharap itu Dokter kandungan yang dibawa oleh Ryan. Namun, harapan hanyalah harapan, lain dengan kenyataan. Terkejut kala ia justru melihat Reynald dan Fa

  • Mengapa Harus Anakku   12 Berjuang Sendiri

    Beberapa bulan sungguh dirasa sangat berat bagi seorang Olivia, di masa kehamilannya yang terbilang sudah besar, kini ia tinggal menunggu saatnya melahirkan.Dirinya tak pernah diizinkan keluar dari paviliun itu hanya untuk sekedar memeriksakan kehamilannya. seburuk apapun situasi yang dialami kehamilannya, pasti mereka yang mendatangkan dokter itu ke paviliun, tidak boleh menginjakkan kakinya keluar barang sedetikpun."Oliv...Olivia? kau baik-baik saja?" Suara Ryan terdengar dari balik pintu kamarnya. Selama ini, hanya sosok Ryan yang selalu memberanikan diri untuk menolongnya. tangannya tak berhenti mengetuk pintu itu sebelum ia mendengar jawaban dari dalam. Ia tidak ingin apa yang menimpa wanita hamil itu pada beberapa waktu ke belakang, saat Olivia mengalami kontraksi yang teramat sangat.Olivia kala itu mendapat perintah dari Farida dan Jennifer untuk mencuci mobil milik keduanya. tubuh ringkih namun perut yang telah terlihat besar itu di temukan dalam keadaan tidak sadar, den

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status