Share

123. Sebuah Fakta

**

“Inara, Mami nggak apa-apa. Kamu bisa tinggal aja kalau memang lagi sibuk.”

Inara yang sedang menuangkan teh dalam teko ke cangkir, menoleh dan mengulas senyum kecil. “Kalau aku nggak lagi sibuk, Mam?”

“Ya sudah, berarti kamu di sini saja. Kebetulan banget, Mami sudah lama nggak ngobrol sama manusia.”

Perempuan yang kini berusia tiga puluh dua tahun itu tertawa kecil. Ia meletakkan cangkir teh di atas tatakan dan mendekatkannya kepada sang mertua, sebelum duduk di tepi ranjang wanita itu.

“Masih ada jadwal check up satu kali lagi minggu depan. Kalau pas aku senggang, biar aku saja yang antar ke rumah sakit, ya?”

“Kamu yakin?” Riani menyipitkan mata.

“Kenapa? Aku memang baru banget dapet SIM, tapi aku udah lihai nyetir di jalan raya tahu, Mam. Mami sama kayak Gavin, sukanya meragukan aku.”

“Memang harus diragukan kalau masalah hidup dan mati, Inara.”

“Ishh!”

Riani tertawa. Topik favoritnya belakangan ini adalah meledek sang menantu yang baru saja lulus ujian SIM dan kini sudah boleh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status