“Windy? Sejak kapan kamu di sini?” tanya Erlin sedikit gugup. Dia cukup panik karena tak menyadari keberadaan temannya sedari tadi. Dia tidak ingin semua rahasianya diketahui orang lain bahkan Windy sekalipun. Bukan tanpa alasan, Erlin belum siap menerima respon orang-orang di sekitarnya jika sampai mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pasalnya, kejadian itu berlangsung di saat hubungan Adian dan Erlin sedang berada di ujung tanduk. Mereka pasti akan menganggap bodoh tindakan Erlin. Dia tidak ingin disalahkan di saat dirinya sendiri sangat kebingungan.“Kamu sedang berbicara dengan siapa di telepon sampai marah-marah begitu?” tanya Windy penasaran. Tidak biasanya dia melihat Erlin dengan ekspresi sangat kesal seperti itu. Pada saat yang sama, Erlin sudah memutuskan sambungan telepon begitu saja.“Emm...itu Audrey,” jawab Erlin singkat.“Oh, perempuan itu. Pantas saja kamu marah-marah begitu. Dia cari gara-gara lagi? Aku heran kenapa dia terus mengganggumu. Apa dia belum puas jug
Setelah sekian lama ditunggu dengan tidak sabar, akhirnya hari itu tiba. Ya. Hari terakhir masa pengabdian KKN yang diikuti Erlin. Susah payah dia menjalani hari-harinya di sana dengan situasi yang tidak bersahabat.Erlin merasa lega dia bisa mengikuti kegiatan itu sampai akhir. Hanya selangkah lagi yaitu mengikuti kegiatan malam perpisahan. Setelah itu mereka akan pulang. Erlin tidak perlu lagi bertemu dengan Adian, merasa sungkan pada Ervan, atau mendengarkan sindiran teman-teman satu kelompoknya.Acara malam perpisahan memang sengaja diagendakan oleh mahasiswa KKN. Acara seperti itu sudah lumrah dilakukan sebagai tanda berakhirnya tugas mereka di sana. Acara juga digelar terbuka untuk warga desa.Sejak pagi para mahasiswa itu sudah sibuk menyiapkan acara yang akan berlangsung pada malam harinya. Acara akan dimeriahkan dengan penampilan-penampilan dari anak-anak muda desa yang berbakat. Selain itu beberapa mahasiswa KKN juga akan menyumbangkan penampilan mereka.Erlin tidak terlalu
Sudah beberapa hari Erlin pulang ke rumahnya. Sikapnya pun berubah semenjak pulang dari KKN itu. Dia menjadi lebih pendiam dan sering murung. Hal itu tentu saja membuat orang tuanya merasa khawatir.Erlin pun tak mau banyak berbagi cerita. Dia bahkan belum memberitahu tentang rencana perceraiannya. Waktu itu dia sudah lebih berangkat mengikuti KKN, selain memang karena dirinya juga belum siap bicara.Darman dan Gayatri hanya mengira Erlin bersedih karena hubungannya dengan Adian yang sedang bermasalah. Mereka tidak tahu bahwa keadaannya sudah semakin parah. Mereka hanya berusaha menghibur Erlin dan terus ada di sisi gadis itu.Pada suatu pagi, Erlin mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. Ternyata itu adalah pengacara yang disuruh Adian. Sekarang laki-laki itu bahkan tak mau berbicara langsung dengan Erlin.Pengacara Adian mengabari tentang perkembangan proses perceraian. Katanya Erlin dan Adian masih harus melakukan mediasi. Pengacara itu meminta Erlin datang sesuai hari dan waktu
Proses mediasi tak berujung damai. Erlin dan Adian tetap memutuskan untuk bercerai. Tertutup sudah kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Proses perceraian mereka akan berlanjut pada sidang putusan.Erlin dan Adian keluar dari ruang mediasi masih dengan emosi yang menggebu dalam hati. Mereka masih saling menyalahkan satu sama lain. Adian menggunakan Ervan sebagai alasan dan Erlin menggunakan Audrey untuk membalas Adian.Saat akan pulang, mereka tetap tak bertegur sapa atau saling mengucapkan selamat tinggal. Erlin justru semakin dibuat kecewa melihat perbuatan Adian. Laki-laki itu sudah dijemput oleh Audrey yang menunggunya di depan mobil.Erlin terpaksa harus melihat semua itu karena ojek online pesanannya belum tiba. Dia melihat Adian begitu santai menerima Audrey di sisinya. Mereka bahkan masuk dalam satu mobil dan pergi berdua dari pengadilan.“Seenaknya menuduhku berselingkuh dengan Ervan. Padahal dirinya sendiri yang tidak bisa lepas dari perempuan masa lalunya itu,” cibir Erlin
“Astaga, Lin. Kenapa kamu enggak cerita tentang ini sebelumnya?” ujar Windy setelah mendengar penuturan Erlin tentang kejadian di malam perpisahan KKN itu.Windy tidak bisa banyak berkomentar. Dia sadar sedikit banyak hati Erlin mengharapkan pernikahannya bisa diperbaiki. Tapi di sisi lain Windy juga tidak begitu setuju jika Erlin harus terus bersama dengan laki-laki yang tidak bisa menghargainya.Windy meminta maaf karena belakangan ini dia juga menjadi lebih sibuk dengan urusannya sendiri sehingga tidak bisa sering ada untuk Erlin. Termasuk untuk mediasi hari itu, Windy tidak bisa menemaninya. Erlin bisa memaklumi karena Windy juga sedang punya problem sendiri.“Kalau kamu sendiri bagaimana? Apa rencana perjodohan itu masih berlangsung?” kata Erlin balik bertanya tentang Windy.“Entah. Aku bakan belum pernah bertemu langsung dengan orangnya. Sudah jangan bicarakan itu. Moodku bisa hancur seketika kalau mengingatnya,” balas Windy. Erlin cukup bisa memahami rasa kesal Windy sebagai ke
Setelah gagal dalam mediasi, proses perceraian Erlin dan Adian berlanjut pada tahap sidang putusan. Perpisahan memang sudah tidak bisa dihindari. Akhirnya hubungan pernikahan mereka benar-benar usai.Di tengah memanasnya situasi antara Adian dan Erlin, ada satu orang yang sangat menyayangkan keputusan itu. Dia adalah Antonio. Sejak awal Antonio menjadi orang yang paling mengharapkan pernikahan mereka akan berumur panjang.Bahkan Antonio sempat mempertanyakan kembali keputusan Adian untuk bercerai. Tepat sebelum menghadiri sidang putusan, Antonio berbicara lagi dengan Adian. Dia berharap masih ada kesempatan untuk merubah keadaan.“Kamu yakin mau bercerai dengan Erlin?” tanya Antonio.“Kalau aku tidak yakin tentu prosesnya tidak akan sampai sejauh ini,” jawab Adian singkat sembari mengancingkan lengan kemejanya.“Aku hanya merasa keputusan ini terjadi karena emosi. Kenapa tidak coba tenangkan diri dulu dan pikirkan baik-baik,” saran Antonio.“Tidak, Anton. Tidak ada yang perlu dipertim
Erlin yang jatuh pingsan langsung dibawa pulang ke rumahnya. Windy juga masih ikut mengantar ke sana. Darman merebahkan Erlin di kamarnya. Sementara Gayatri juga sibuk mencoba beberapa cara untuk menyadarkan sang putri.Tak lama kemudian, Erlin pun sadar. Gayatri langsung sigap bertanya keluhan apa yang Erlin rasakan. Tapi gadis itu hanya mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Erlin juga menolak keras saat ditawari untuk periksa ke dokter.“Mama sama papa tidak perlu khawatir. Aku hanya kelelahan,” kata Erlin. Gayatri langsung merangkul putrinya itu.“Jangan bersedih ya, Sayang. Tidak masalah kalau Adian meninggalkanmu demi perempuan lain. Kamu masih punya papa dan mama yang akan selalu mendukungmu,” kata Gayatri membuat Erlin sedikit mengerutkan kening.“Maksud mama apa berkata begitu?”“Kami sudah tahu semuanya dari cerita Windy,” kata Gayatri membuat Erlin langsung menatap penuh tanya pada temannya itu.“Maaf, Lin. Aku sudah menceritakan semuanya pada Om Darman dan Tante Gayatri. Aku
“Permisi,” sapa Adian menyita perhatian Erlin dan Ervan.Keduanya tampak salah tingkah dengan kedatangan Adian yang tak disangka. Sejenak suasana menjadi canggung. Mereka juga tidak tahu sejak kapan Adian datang.Ervan yang merasa tidak ada gunanya tetap berada di sana akhirnya memilih pergi. Tersisa lah Erlin berdua saja dengan Adian. Itu adalah pertama kalinya mereka kembali bertatap muka setelah resmi bercerai.“Ada apa Pak Adian datang kemari?” tanya Erlin mencoba untuk memecah rasa tak nyaman.“Em...ini saya...sebenarnya saya...,” ujar Adian gugup. Hatinya diliputi rasa ragu apakah dia harus menyerahkan undangan itu atau mengurungkannya.“Ada apa, Pak?” tegur Erlin yang merasakan sikap Adian sedikit aneh.“Sebenarnya saya datang untuk menyerahkan undangan ini padamu,” ucap Adian pada akhirnya. Dia tidak bisa menyembunyikan kebenaran walau hatinya mulai merasakan sesal.Adian sangat menyayangkan karena terlambat mengetahui kebenarannya. Tapi kini mereka sudah terlanjur berpisah. T