Erlin yang jatuh pingsan langsung dibawa pulang ke rumahnya. Windy juga masih ikut mengantar ke sana. Darman merebahkan Erlin di kamarnya. Sementara Gayatri juga sibuk mencoba beberapa cara untuk menyadarkan sang putri.Tak lama kemudian, Erlin pun sadar. Gayatri langsung sigap bertanya keluhan apa yang Erlin rasakan. Tapi gadis itu hanya mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Erlin juga menolak keras saat ditawari untuk periksa ke dokter.“Mama sama papa tidak perlu khawatir. Aku hanya kelelahan,” kata Erlin. Gayatri langsung merangkul putrinya itu.“Jangan bersedih ya, Sayang. Tidak masalah kalau Adian meninggalkanmu demi perempuan lain. Kamu masih punya papa dan mama yang akan selalu mendukungmu,” kata Gayatri membuat Erlin sedikit mengerutkan kening.“Maksud mama apa berkata begitu?”“Kami sudah tahu semuanya dari cerita Windy,” kata Gayatri membuat Erlin langsung menatap penuh tanya pada temannya itu.“Maaf, Lin. Aku sudah menceritakan semuanya pada Om Darman dan Tante Gayatri. Aku
“Permisi,” sapa Adian menyita perhatian Erlin dan Ervan.Keduanya tampak salah tingkah dengan kedatangan Adian yang tak disangka. Sejenak suasana menjadi canggung. Mereka juga tidak tahu sejak kapan Adian datang.Ervan yang merasa tidak ada gunanya tetap berada di sana akhirnya memilih pergi. Tersisa lah Erlin berdua saja dengan Adian. Itu adalah pertama kalinya mereka kembali bertatap muka setelah resmi bercerai.“Ada apa Pak Adian datang kemari?” tanya Erlin mencoba untuk memecah rasa tak nyaman.“Em...ini saya...sebenarnya saya...,” ujar Adian gugup. Hatinya diliputi rasa ragu apakah dia harus menyerahkan undangan itu atau mengurungkannya.“Ada apa, Pak?” tegur Erlin yang merasakan sikap Adian sedikit aneh.“Sebenarnya saya datang untuk menyerahkan undangan ini padamu,” ucap Adian pada akhirnya. Dia tidak bisa menyembunyikan kebenaran walau hatinya mulai merasakan sesal.Adian sangat menyayangkan karena terlambat mengetahui kebenarannya. Tapi kini mereka sudah terlanjur berpisah. T
“Jadi kamu datang ke sini demi dia?” tanya Windy benar-benar tak habis pikir. Namun belum sampai pertanyaannya terjawab, seorang perempuan berpakaian khas baby sitter tiba-tiba datang tergopoh-gopoh.“Maaf, Pak. Afrin terbangun dari tidurnya dan menangis ingin digendong oleh anda,” lapor baby sitter itu. Sementara Windy hanya kebingungan menyaksikan semua adegan yang terjadi berikutnya.“Bawa saja dia kemari,” titah Regan dan langsung dipatuhi oleh baby sitter itu.Sesaat kemudian, sang baby sitter datang membawa seorang anak perempuan berusia sekitar tiga tahun. Regan langsung mengambil alih untuk menggendong anak itu dan berusaha menenangkannya. Sementara Windy semakin tercengang melihat itu semua.“Astaga, apa dia adalah anakmu dengan perempuan itu?” ujar Windy semakin tak menyangka.“Aku perlu menjelaskan semuanya padamu,” balas Regan namun Windy tak mau memberi kesempatan.“Buang-buang waktu saja aku datang ke sini,” kata Windy yang kemudian langsung beranjak dan pergi. Dia menin
Sikap Adian berubah semenjak tahu kebenaran tentang Erlin dan Ervan. Kata-kata penolakan yang diucapkan Erlin dan tak sengaja ia dengar terus berputar memenuhi pikirannya. Adian sudah salah paham pada Erlin selama ini. Buktinya Erlin bahkan tidak mau menerima Ervan kembali setelah mereka resmi bercerai. Padahal dulunya Adian selalu menuduh mereka telah berselingkuh.Memikirkan hal itu membuat Adian tidak fokus. Padahal hari pernikahannya dengan Audrey sudah semakin dekat. Audrey sendiri yang lebih banyak mengurus persiapannya. Belakangan bahkan sikap Adian tampak mengabaikan Audrey dan perempuan itu bukan tak merasakannya.“Kamu kenapa sih, Adian? Belakangan ini kamu selalu tidak fokus setiap kali aku ajak bicara atau meminta pertimbanganmu tentang persiapan pernikahan kita. Ada apa sebenarnya denganmu? Apa ada masalah?” tanya Audrey pada suatu hari saat mereka sedang fitting baju pengantin.Sudah sedari tadi Audrey berputar-putar menunjukkan gaun yang dikenakannya di hadapan laki-lak
“Audrey adalahselingkuhan dari kakak iparku,” tutur Regan benar-benar membuat Windy terkejut.Windy tidak menyangka dengan apa yang didengarnya. Awalnya dia tidak percaya tapi Regan kemudian menjelaskan semuanya. Laki-laki itu menceritakan alasannya datang jauh-jauh ke sana.Keluarga Adiyasa sudah terkenal dalam dunia bisnis. Perusahaan keluarga mereka banyak diperhitungkan baik oleh kawan maupun lawan. Adiyasa sendiri memiliki dua orang anak yaitu Natasha dan Regantara.Sebab anak pertamanya adalah perempuan, sejak awal Adiyasa sudah menyiapkan Regantara untuk menjadi penerusnya memimpin perusahaan. Namun proses persiapan itu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Regantara harus lebih dulu menimba ilmu dan pendidikan yang tinggi agar pantas mengemban tugas berat dari sang ayah.Selama Regantara masih menjalani pendidikannya, Adiyasa lah yang menghandle perusahaannya sendirian. Dia memiliki seorang kepercayaan yaitu Erwin. Bahkan bisa dikatakan Erwin adalah kaki tangan Adiyasa.Kedeka
“Astaga, ternyata serumit itu masalahnya. Aku benar-benar tidak menyangka Audrey sangat jahat. Dia bahkan tega menghilangkan nyawa anak kecil demi mencapai tujuan pribadinya,” komentar Windy. Dia baru tahu seperti apa wajah asli seorang Audrey.“Ya dia memang sangat licik dan bisa menempuh segala cara. Meskipun gagal menyelamatkan Kak Natasha, tapi setidaknya aku masih bisa menyelamatkan keponakanku,” kata Regan.“Maksudmu?” tanya Windy tak mengerti.“Apa kamu ingat anak kecil yang kemarin sempat aku gendong saat pertemuan pertama kita, itu adalah Afrin, keponakanku. Putri dari Erwin dan Kak Natasha.”“Tunggu dulu. Bukannya kamu mengatakan bahwa Afrin sudah meninggal karena perbuatan Audrey?” tanya Windy merasa potongan pemahamannya belum sempurna.“Iya. Audrey memang mencelakakannya. Tapi hari itu aku juga tahu segalanya. Aku sudah tidak yakin saat Kak Natasha mengatakan akan menerima Erwin kembali setelah kasus perselingkuhan itu. Sebenarnya aku tidak mendukung keputusan Kak Natasha
“Gimana, Sayang? Dekorasi untuk pernikahan kita bagus ‘kan? Ini bahkan belum sembilan puluh persen sih persiapannya. Mereka bilang butuh waktu sekitar dua hari untuk merampungkannya,” tutur Audrey dengan tangannya yang menggandeng erat lengan Adian.Hari itu dia membawa Adian melihat-lihat persiapan dekorasi pernikahan yang bertempat di ballroom sebuah hotel bintang lima. Audrey sepertinya benar-benar berniat untuk menggelar pesta pernikahan yang mewah. Dekorasi itu sudah tampak indah walau belum siap sepenuhnya.“Memang bagus,” komentar Adian sangat singkat seperti biasa. Adian masih sering menunjukkan sikap abainya. Tapi Audrey berusaha untuk mengontrol diri dan bersabar agar mereka tidak sampai bertengkar lagi seperti kejadian di butik.Saat sedang asik memperhatikan pekerjaan beberapa petugas WO, ponsel Audrey tiba-tiba berdering. Ekspresi wajahnya langsung berubah saat melihat nama temannya di luar negeri yang tertera pada layar ponsel. Audrey pun pergi menjauh dari Adian untuk m
“Ayo dandan yang cantik. Siapa tahu nanti mempelai prianya justru terpesona padamu dan membatalkan pernikahannya,” celoteh Windy menunggui Erlin yang sedang bersiap di depan kaca riasnya.Windy sengaja datang lebih awal untuk menjemput Erlin. Sesuai permintaan temannya itu, dia akan ikut menemani Erlin menghadiri acara pernikahan Adian. Windy tahu sebenarnya hati Erlin masih berat menerima kenyataan itu. Tapi tetap saja Erlin ingin menunjukkan seolah dia benar-benar kuat.“Jangan sembarangan. Aku tidak punya niatan seperti itu,” bantah Erlin sembari terus meneruskan persiapannya.“Ya siapa tahu. Namanya juga usaha,” cibir Windy.“Kalau mau usaha itu dulu sebelum perceraian diputuskan. Sekarang sudah terlambat,” balas Erlin.“Tapi apa kamu tidak berharap pernikahannya bisa batal?”“Kamu bicara apa sih, Win? Kata-katamu seolah menginginkan agar aku dan Pak Adian kembali bersama lagi. Padahal sebelumnya kamu sangat membenci laki-laki itu dan mendukung perpisahan kami.”Perkataan Erlin me
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…