“Apa demam membuat pikirannya ikut terganggu sampai dia mengatakan hal seperti itu?” pikir Adian. Dia tampak salah tingkah karena ucapan Erlin. Namun secepat mungkin Adian segera menjauhkan dirinya dari tubuh gadis itu.“Kau harus istirahat agar cepat sembuh,” ucap Adian berusaha menetralkan sikapnya kembali.Tak berapa lama kemudian, suara bel berbunyi. Adian sigap pergi untuk membuka pintu apartemen. Setelahnya dia datang dengan membawa sebungkus makanan yang aromanya sudah menyeruak menggugah selera. Erlin yang memang tidak kehilangan selera makannya langsung bersorak dalam hati menebak rasa makanan itu pasti enak.Erlin memperhatikan Adian yang membawa bungkusan itu ke dapur. Laki-laki itu mempersiapkan semuanya untuk Erlin dan datang dengan membawa sepiring makanan. Sikap usil Erlin yang belum berhenti justru dengan sengaja meminta Adian menyuapinya.Lagi-lagi Adian hanya bisa menurut. Dia sabar menyuapi Erlin sampai makanannya habis. Bahkan dia juga memastikan Erlin meminum obat
“Jangan salah paham ya. Saya hanya memikirkan kandunganmu saja,” kata Adian mengelak.“Pak Adian duluan lho yang salah paham,” balas Erlin sembari mencebik.Saat itu juga Adian yang sudah mengambil sedikit jarak dari Erlin baru menyadari penampilan gadis di hadapannya. Lagi-lagi Adian dibuat tercengang. Erlin hanya mengenakan hot pants dan tank top tipis.“Hei, kenapa kamu hanya berpakaian seperti itu? Apa tidak punya baju lagi?” tegur Adian membuat Erlin menunduk dan melihat pakaiannya sendiri.Erlin juga baru sadar hanya mengenakan pakaian seperti itu di hadapan Adian. Sontak saja Erlin menyilangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuhnya sendiri. Tubuh yang sudah seperti setengah telanjang.“Bukan seperti itu, Pak. Tadi saya kegerahan karena AC kamarnya tidak bapak nyalakan. Jadi saya hanya mengenakan pakaian seperti ini. Saya tidak tahu kalau Pak Adian akan datang tiba-tiba,” jelas Erlin.“Aneh-aneh saja kamu ini. Cepat ganti baju!” titah Adian.“Kenapa bapak jadi memerintah saya s
Tak sengaja mencuri dengar obrolan Antonio dan Erlin di telepon membuat Raisa begitu kesal. Bukan karena dia cemburu. Tapi dia merasa tidak adil membandingkan posisinya dengan Erlin. Hal itu memantik kebencian di hati Raisa.Raisa tidak suka jika hubungan Adian dan Erlin berjalan dengan baik. Dia tidak rela mereka bahagia. Sementara dirinya sekarang sudah tidak punya pekerjaan. Raisa juga tidak senang dengan sikap Antonio yang berusaha membantu pasangan itu.“Emang harus banget ya kamu ikut campur dalam hubungan rumah tangga mereka? Kenapa gak biarin aja sih terserah mereka gimana mau mengatur hidupnya,” protes Raisa ketus.“Ya aku enggak bermaksud ikut campur, Rai. Aku Cuma pengen bantuin mereka aja. Bagaimana pun juga Adian itu teman baikku,” jelas Antonio berusaha membuat Raisa mengerti.“Tapi tetap saja itu ranah pribadi, Anton. Kalau ada yang salah paham bisa saja justru kamu yang disangka jadi orang ketiga,” balas Raisa.“Kamu kenapa sinis banget sih? Atau kamu cemburu karena ak
“Erlin...di mana kamu?” teriak Adian tak sabar saat tiba di apartemen. Dia langsung menuju kamar utama untuk mencari keberadaan istrinya. Erlin memang belum diperbolehkan ke kampus oleh Adian karena kondisi kesehatannya yang belum sembuh benar.Erlin yang saat itu sedang santai di kamar sontak merasa terkejut dengan kedatangan Adian yang tak biasa. Apalagi ekspresi marah di wajah laki-laki itu sangat kentara. Tidak hanya itu saja, Erlin bahkan dibuat ketakutan dengan sikap aneh Adian. Dia tidak pernah melihat Adian seperti itu sebelumnya.Adian datang dan langsung merengkuh tubuh Erlin. Kedua tangan kekarnya mencengkeram bahu Erlin dengan kuat. Adian terus mengikis jarang di antara mereka berdua. Bahkan dia juga mendorong Erlin sampai tubuh gadis itu mendarat di tempat tidur.“Apa yang Pak Adian lakukan?” tanya Erlin dengan suara gemetar. Dia baru mengetahui sisi bringas yang diperlihatkan Adian.“Bukannya ini yang kamu inginkan?” balas Adian sembari mendekatkan wajahnya pada wajah Er
Adian menyurai rambutnya dengan kasar. Dia tidak dapat mengontrol emosi. Beberapa saat setelah memarahi Erlin habis-habisan, Adian baru sadar dengan apa yang sudah dia lakukan. Kata-katanya pada Erlin memang cukup keterlaluan.Adian begitu mudah terbawa amarah dan tidak dapat mengendalikan diri. Dia kembali teringat pada pengkhianatan yang dilakukan sang mantan kekasih kepadanya. Adian berpikir Erlin bisa menjadi perempuan gampangan seperti Audrey.Sekarang dia sadar karena sudah salah menyamakan Erlin dengan mantannya. Padahal belum tentu Erlin seperti itu. Dia hanya terbawa prasangka buruk untuk sesaat.Setelah tersadar dengan kesalahannya, Adian pun teringat pada Erlin yang sudah keluar entah ke mana. Adian menyusul dan mencari di sekitar apartemen. Namun sayang dia sudah tidak menemukan Erlin. Dia kembali dibuat gusar.Ada sedikit rasa sesal di hati Adian. Apalagi dia membiarkan Erlin pergi dalam kondisi kesehatannya yang belum fit. Sekarang dia tidak tahu ke mana gadis itu pergi.
Adian berusaha mengobrak-abrik segala ingatannya tentang Erlin. Walau baru beberapa hari menjadi suami istri, tapi setidaknya hampir satu semester ini Erlin sudah menjadi mahasiswanya di kampus. Mana mungkin Adian tidak tahu sedikit pun tentang gadis itu.Adian mengingat bagaimana dia pernah memarahi Erlin karena terlambat. Dia juga pernah mengusir Erlin keluar dari kelas. Adian terus berusaha mengingat sampai menemukan satu nama orang yang terlihat selalu bersama dengan Erlin.“Windy. Kalau tidak salah nama gadis itu adalah Windy. Dia mahasiswa di kelas yang selalu bersama dengan Erlin. Apa mungkin aku hubungi saja Windy? Barangkali Erlin sedang ada bersamanya,” kata Adian bermonolog.Sebelum benar-benar harus menghubungi Windy, Adian lebih dulu mencoba untuk menghubungi nomor Erlin. Lebih baik jika mereka langsung berbicara berdua tanpa melibatkan orang lain. Apalagi dengan status pernikahan yang masih menjadi rahasia.Namun sekali dua kali tetap saja tidak ada respon dari Erlin. Ak
“Kebenarannya adalah Erlin istri saya. Ayo Erlin, kita pulang sekarang,” tegas Adian yang langsung menarik tangan Erlin untuk pergi.Sementara Windy masih mematung dalam ketidak percayaannya. Dia bingung memaknai sikap dan perkataan Adian. Tak punya kesempatan pula untuk meminta penjelasan dari temannya.Erlin hanya bisa menggigit bibir. Dia tidak menyangka Adian akan mengungkapkan status pernikahan mereka dengan mudahnya di hadapan Windy. Erlin mengerti Windy sangat terkejut. Bahkan sebelum pergi, tatapan mata temannya itu menyiratkan ada hutang penjelasan yang harus Erlin bayar di lain kesempatan.Erlin tidak berdaya selain mengikuti Adian masuk mobil. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Adian. Padahal Adian sendiri yang selalu menegaskan agar hubungan mereka dirahasiakan. Tapi nyatanya hari itu justru Adian yang membongkar semuanya.“Apa yang sudah Pak Adian lakukan tadi? Kenapa bapak mengungkapkan status pernikahan kita pada Windy? Apa bapak tidak khawatir hubungan kita aka
“Apa? Boom like dari Pak Adian? Kapan dia melakukannya?” kerling mata Erlin langsung membulat saat menatap layar ponsel. Dia cukup kaget saat melihat instagramnya dipenuhi notifikasi like dari akun Adian. Dia bahkan mendapati fakta baru bahwa Adian mulai menjadi followersnya.Erlin yang baru saja bangun tidur sontak langsung merasa segar seketika melihat itu. Dia memeriksa semua postingannya yang disukai oleh Adian. Kebanyakan adalah foto yang disukai adalah yang berkaitan dengan kegiatan kampus atau kegiatan ilmiah.“Seleranya kaku sekali,” gumam Erlin.Gadis itu perlahan turun dari tempat tidur. Dia mencari sosok Adian di beberapa tempat namun tak juga ditemukan. Entah ke mana laki-laki itu pergi. Erlin hanya ingat Adian keluar apartemen sejak menyuruhnya beristirahat.Tak menemukan Adian di dalam apartemen, Erlin pun tak lagi melakukan pencarian. Dia tidak mau terlalu peduli pada laki-laki itu. Jika memang sudah waktunya pulang, pasti Adian akan datang dengan sendirinya.Erlin mela