Beranda / Romansa / Mengandung Benih Bos Arogan / Bab 56 – Cobaan Lagi

Share

Bab 56 – Cobaan Lagi

Penulis: Sanny Rama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ziana mengambil ponselnya lalu mencari chat terakhirnya dengan Hannah. Kakaknya itu sepertinya sibuk, karena chat terakhir mereka sudah jauh dibawah dari deretan chat masuk ke ponsel Ziana. Setelah membuka room chat Hannah, Ziana mulai mengetik.

{“Kak Hannah, sibuk nggak?”}

Satu pesan terkirim pada Hannah, dan tidak langsung dibaca. Ziana berpikir kalau kakaknya itu sedang sibuk di toko kuenya. Rasa penasaran membuat Ziana ingin menelpon Hannah, tapi pintu ruang meeting terbuka dan Lintang keluar dari sana.

“Gimana, Pak?” tanya Ziana tanpa bisa menahan rasa penasarannya.

“Tidak terlalu bagus. Semua bukti mengarah pada Pak Renan. Bahkan ada yang melihatnya bertemu dengan wakil perusahaan pesaing. Saksinya tidak hanya satu, tapi tiga orang. Sebentar ya, aku harus mengambil laptop.”

Lintang berlalu meninggalkan Ziana yang masih termangu di tempatnya berdiri. Situasinya semakin rumit dan sepertinya Renan tidak akan lolos dengan mudah. Bersamaan dengan itu, ponsel Ziana berdering pelan. Pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 57 – Kabar Mengejutkan

    Lintang menunjuk sofa ruang kerja Mahanta agar mereka bisa bicara lebih nyaman. Mereka beranjak ke sofa itu lalu duduk bersama disana.“Aku tidak sengaja melihatnya saat memeriksa CCTV di lantai divisi operasional. Sherena keluar dari lift. Tapi aku tidak tahu dia menemui siapa disana. Apa mungkin menemui Pak Renan?” tanya Lintang.“Kalau memang begitu, seharusnya ada CCTV yang mengarah ke ruangan Renan. Coba periksa semuanya sampai Sherena keluar dari sana.”Mahanta mengepalkan tangannya menahan amarah karena kemungkinan Sherena ada kaitannya dengan kejadian yang menimpa Renan. Kemarin Hannah, sekarang Renan. Sherena seolah memberi peringatan pada Ziana lewat orang-orang terdekatnya.“Mas, apa semua ini terjadi karena aku?”Ziana menatap Mahanta sendu, lalu menghela nafas panjang. Perempuan itu tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran di hatinya. Mahanta menggenggam tangan Ziana untuk menenangkannya.“Nggak, sayang. Memang wanita itu saja yang gila. Aku janji akan menyelesaikan masalah

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 58 – Secercah Harapan

    Situasi yang tidak memungkinkan membuat Ziana dan Mahanta menuntun Hannah masuk ke dalam kamarnya. Tampak Rania sudah tertidur pulas di tempat tidur yang tidak terlalu besar itu. Dengan sedikit bujukan, Ziana meminta kakaknya itu untuk beristirahat.“Sudah tidur?” tanya Mahanta yang langsung keluar setelah Hannah duduk di pinggir tempat tidurnya. Pria itu menunggu Ziana keluar dari kamar Hannah.“Sudah.” Ziana duduk di samping Mahanta. “Mas, apa kak Renan bisa bebas?”“Aku juga tidak tahu. Lintang sedang mengusahakan bukti untuk membela Renan. Semoga saja Renan memang tidak melakukannya.”Keduanya kembali terdiam sebelum ponsel Mahanta berdering nyaring. Mahanta mengeluarkan ponselnya dan melihat Lintang menelponnya.“Dari Lintang. Sebentar ya.” Mahanta mengangkat teleponnya dan bicara dengan asistennya itu. “Halo, Lin. Kenapa?”[“Bos, dimana? Sudah sampai apartemen?”]“Aku di rumah Hannah. Ada apa?”[“Aku perlu bicara penting. Aku kesana sekarang, bos.”]“Ya, aku tunggu.”Ziana menat

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 59 – Pengkhianat Sesungguhnya

    “Posisinya di Bali saat ini. Boleh ‘kan kalau aku curiga dia yang terima suap?”“Coba kirim datanya ke Lintang. Biar sekalian dia selidiki. Sekarang kita makan dulu ya.”Ziana segera mengirim foto dan sosial media milik karyawan itu kepada Lintang. Perempuan itu juga mengetik kecurigaannya pada anak buah Renan itu. Keseriusan Ziana membuatnya tidak fokus saat Mahanta menyodorkan sepotong pizza ke depan bibirnya.“Sayang?” panggil Mahanta berharap Ziana akan menoleh padanya. Tapi harapan tinggal harapan karena Ziana masih terus mengetik tanpa menghiraukannya. “Sayang, makan dulu ya. Buka mulut.”“Makan saja duluan, mas.”Mahanta menjadi tidak sabaran dan mengambil ponsel Ziana. Ketika Ziana hampir melayangkan protes, pria itu menyodorkan pizza ke tangannya. “Makan. Biar aku yang chat Lintang.”Ziana tidak punya pilihan selain menggigit sepotong pizza yang hampir dingin itu. Kedua sudut bibirnya tertarik merasakan kebahagiaan karena ngidamnya terpenuhi. Ziana merasa sangat beruntung kar

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 60 – Janji Mahanta

    Lintang menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang cukup ramai. Pria itu lalu keluar dari mobil dan membiarkan Hannah menangis sendirian. Satu hal yang terlintas di pikiran Lintang saat itu, Hannah membutuhkannya karena di rumahnya, dia tidak bisa menangis di hadapan Rania.Selang lima belas menit berlalu, Lintang mengetuk pintu di samping Hannah. Wanita itu tampak mengusap wajahnya lalu membukakan pintu. Keningnya mengerut melihat sebungkus es krim yang dibeli Lintang di ruko tak jauh dari mobilnya terparkir.“Makan es krim dulu, Bu. Mau makan sesuatu? Di dekat sini ada restoran yang enak,” tawar Lintang.“Terima kasih, Pak Lintang. Tapi saya mau pulang saja. Terima kasih juga es krimnya.”“Baik, Bu. Sama-sama.”Lintang segera memutari mobilnya dan masuk ke belakang kemudi. Pria itu juga menyodorkan tas plastik yang cukup besar selain es krim yang kini memenuhi kedua tangan Hannah. Ketika wanita itu memeriksa isinya, netranya nyaris melotot keluar.“Banyak banget, Pak. Bapak borong

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 61 – Kehilangan Lagi

    “Pak Renan?!”Suara Lintang membuat sekuriti yang ikut mendorong brankar itu menoleh padanya. “Bapak kenal sama korban kecelakaan ini?”“Sebentar saya pastikan dulu, Pak.” Lintang mendekat untuk memastikan pria itu benar Renan atau bukan. Dan hatinya mencelos melihat wajah Renan penuh darah. “Saya kenal, Pak. Cepat bawa masuk.”“Kalau begitu, tolong hubungi keluarganya, Pak.”Lintang memejamkan matanya lalu mengeluarkan ponselnya. Berat rasanya menghubungi Hannah dan memintanya datang ke ruah sakit. Tapi Lintang harus segera mengabari keadaan Renan pada Hannah. Akhirnya pria itu mencari kontak Hannah dan menghubunginya.[“Halo, Pak Lintang. Ada apa ya?”]“Halo, Bu. Maaf mengganggu. Apa Ibu bisa ke rumah sakit sekarang?”[“Memangnya kenapa ya, Pak?”]Lintang terdiam, ragu untuk memberitahu tentang Renan. Otaknya berputar mencari sesuatu alasan yang masuk akal agar Hannah tetap datang dalam keadaan tenang.[“Halo, Pak Lintang? Bapak masih disana?”]“Iya, Bu. Maaf, sinyalnya sedikit jele

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 62 – Bukan Pulang Seperti Ini

    “Aku mengerti. Tolong kamu urus semuanya. Aku akan bicara dengan Ziana.” Mahanta menutup sambungan teleponnya lalu mendekat pada Ziana lagi.Sekali lagi Ziana bertanya pada Mahanta sambil menyentuh paha pria itu. “Kenapa, mas? Kok tegang gitu?”“Itu tadi Lintang bilang kalau Pak Renan akan segera pulang.”“Beneran? Kak Hannah pasti senang sekali. Lalu bagaimana dengan Dita? Apa polisi sudah menangkapnya?”“Aku belum terima kabar dari Arjuna. Coba nanti kuhubungi dia.” Mahanta berusaha menyembunyikan ketegangan di wajahnya. Pria itu ingin memberitahu kondisi Renan pada Ziana, tapi takut istrinya itu akan mengalami syok. Saat ini Ziana perlu istirahat demi kesehatannya dan bayi di kandungannya.Ziana yang tidak tahu apa-apa, lanjut mengobrol dengan dokter Kavya. Sampai suster memberitahukan kalau ada pasien darurat yang butuh penanganan dokter wanita itu. Ziana dan Mahanta pun pamit lalu keluar dari ruang praktek dokter itu.“Kita langsung pulang ya. Kamu harus istirahat,” ucap Mahanta

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 63 – Hati Yang Patah

    Ziana menuntun Hannah keluar dari kamar untuk mengantar kepergian Renan. Mereka berjalan beriringan bersama Mahanta dan Lintang yang terus mengawal keduanya. Sedangkan si kecil Rania sengaja dibawa jalan-jalan oleh anak buah Mahanta.Kesedihan sangat kental terlihat di pemakaman saat Renan bersatu kembali dengan tanah. Air mata terus mengalir dari mata bening Hannah dan Ziana. Saat semuanya sudah selesai, Hannah menatap papan nisan bertuliskan nama Renan.“Mas, secepat ini kamu pergi. Kalau tahu akan seperti ini, aku nggak akan meninggalkanmu sendirian, mas,” sesal Hannah.“Sudah, kak. Kak Renan akan sedih kalau kakak terus menangis. Kita pulang ya. Kasihan Rania sendirian.”Bujukan Ziana membuat Hannah mau beranjak dari kuburan Renan. Sesekali Hannah menoleh kebelakang, menatap sendu pada tanah basah yang masih dihiasi bunga itu.Ketika mereka tiba kembali ke rumah Hannah, Rania sedang menunggu mereka. Gadis kecil itu tampak gembira dan buru-buru mendekati Hannah dan Ziana.“Mama, bu

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 64 – Segala Macam Gaya

    “Tadi polisi menjelaskan kalau Pak Renan menjadi korban tabrak lari. Tubuhnya terpental sampai beberapa meter dari lokasi kejadian dan kepalanya terbentur trotoar jalan,” sahut Mahanta.“Tapi saksi mata mengatakan kalau Pak Renan menyebrang jalan dalam keadaan jalanan sedang sepi. Tiba-tiba mobil ini mendekatinya dengan kecepatan tinggi dan langsung menabraknya. Setelah menabrak, bukannya berhenti, malah kabur begitu saja,” lanjut Lintang.“Apa mobil yang menabrak kak Renan sudah diketahui pemiliknya?”“Saat ini polisi sedang melacak keberadaan mobil itu. Dari petunjuk CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian, mereka sudah memperkirakan rute pelarian mobil itu. Semoga saja kita segera menerima kabar baik.”Ziana mengangguk dan berharap pelaku tabrak lari Renan akan segera tertangkap. Setidaknya tidak ada korban lain yang senasib seperti Renan.~~~Beberapa hari kemudian, kondisi Hannah semakin baik dan sudah bisa menerima kepergian Renan. Wanita itu menyibukkan dirinya di toko kue dan

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 118 – Menarik Simpati Ziana

    Sapaan dari sekretaris sementara Mahanta membuat Ziana tersenyum. Wanita cantik itu lalu membantu Mahanta membawa perlengkapan bayi Nanda ke dalam ruang kerja Mahanta. “Siapa namamu?” “Nama saya Mela, Bu Ziana. Saya sekretaris pengganti sementara Pak Lintang.” “Mela, apa meetingnya sudah dimulai?” tanya Mahanta yang sibuk di meja kerjanya. “Sudah, pak. Bapak bisa ke ruang meeting sekarang.” “Pesankan makan siang untuk Rania. Tanyakan saja dia mau makan apa,” titah Mahanta lalu mendekati Ziana yang sudah duduk di sofa. “Sayang, aku meeting dulu ya. Santai saja disini dulu.” “Iya, mas. Kamu tenang saja. Ada Mela disini.” Mahanta pun keluar dari ruang kerjanya dan langsung masuk ke ruang meeting. Sesuai perintah Mahanta, Mela segera memesan makanan untuk Rania. Saat makanannya datang, Nanda kembali menangis kencang lantaran haus lagi. Dengan telaten Ziana menyusui bayi itu sambil membayangkan Zaidan di mansion. “Oh, astaga,” ucapnya membuat Mela yang sedang membantu menyuapi Ra

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 117 – Permintaan Tolong

    “Siapa, sayang?” Mahanta menatap ke arah yang ditunjuk Ziana dengan kening mengerut. “Itu Pak Jay ‘kan? Dia sama Nanda.”Ziana tidak salah mengenali pria tampan yang sedang menggendong seorang bayi di tangannya. Jay tampak cemas memperhatikan mobilnya sambil sesekali menimang bayi Nanda. “Mas, ayo kita kesana. Sepertinya Pak Jay butuh bantuan.”Mahanta sebenarnya enggan membantu Jay setelah apa yang terjadi pada mereka. Tapi ia tidak bisa menahan Ziana yang sudah lebih dulu menggandeng tangan Rania mendekati pria itu. Mahanta mematikan mesin mobil lalu menyusul Ziana. “Pak Jay, kenapa mobilnya?”Jay menoleh lalu tersenyum menatap Ziana. “Ziana, kamu disini. Mobilku sepertinya mogok. Sopirku sedang mencari bantuan. Kamu ngapain disini?”“Saya baru menjemput Rania, Pak. Kebetulan dia bersekolah disini.” Jay tersenyum pada Rania yang bersembunyi di belakang punggung Ziana. “Kesayangan buna, ayo beri salam sama om Jay.”Rania menggeleng pelan, enggan mengulurkan tangannya pada Jay. Ket

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 116 – Jadi Atau Tidak?

    “Babe, besok kita ke mansion om Tomo ya. Baju-bajumu masih disana ‘kan?”Arjuna yang baru keluar kamar, menatap bingung pada Rianti yang menelungkupkan wajahnya diatas meja. Mie yang masih mengepulkan asap putih tampak utuh di depannya.“Babe? Kamu tidur?”Arjuna mengguncang bahu Rianti pelan, sambil berusaha melihat wajahnya yang tertutup rambut. Saat Rianti mengangkat wajahnya, Arjuna bisa mencium aroma minuman dari bibir wanita itu.“Babe, kamu minum minumanku?”“Apa? Nggak. Aku baik-baik saja. Pusing, tapi nggak apa-apa.”Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu meraih gelas air minum. “Minum dulu ya. Habis itu kamu tidur.”“Nggak enak!” tolak Rianti saat air minum menyentuh bibirnya.“Minum saja. Siapa suruh nakal. Minumanku nggak bisa kamu minum sembarangan, babe.”Arjuna tetap memaksa Rianti meneguk minumannya sampai tersisa setengah. Ia lalu menggendong Rianti masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Usai menyelimuti tubuh Rianti, Arjuna mengecup kening

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 115 – Olahraga Malam

    “Pelan, mas. Sa-sakit,” lirih Hannah dengan suara serak menahan hasratnya.“Tahan, sayang. Aku coba lagi ya.”Lintang yang kepalang tanggung, mendorong tubuhnya hingga berhasil memasuki celah sempit milik Hannah. Pria itu mengerang keras saat miliknya terasa hangat dan terjepit ketat. Kenikmatan luar biasa yang dirasakan Lintang membuatnya menunduk mengecup pipi Hannah.Ditatapnya ekspresi wajah Hannah yang meringis menahan sakit. Dia tidak menyangka efek perawatan yang disarankan Ziana membuat miliknya seperti perawan lagi. Akibatnya Hannah merasakan sakit seperti malam pertamanya dengan Renan.“Sakit, mas,” lirih Hannah membuat Lintang mencium bibirnya lagi.Lintang terus menyentuh tubuh Hannah, membuat wanita itu melupakan rasa sakitnya hingga bisa menerima miliknya di dalam sana. Perlahan Lintang menggerakkan tubuhnya hingga miliknya terasa lebih licin. Suara desahan dan decapan mendominasi kamar yang berhawa sangat dingin itu. Tapi sedingin apapun suhu kamar itu tidak bisa mengur

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 114 – Baju Halal

    Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka tanpa peringatan. Hannah yang kaget, nyaris terjatuh karena refleks mundur dari depan pintu. Lintang dengan sigap meraih pinggang Hannah lalu memeluknya.“Hati-hati, sayang. Sedang apa kamu disini?”“Aku... itu... anu...”Rasa gugup membuat Hannah tergagap. Matanya mencoba melirik ke dalam kamar mandi, tepatnya ke arah koper mereka yang terlihat terbuka lebar. Wajah Hannah semakin pias dengan kemungkinan Lintang sudah melihat baju itu.“Kamu kenapa, sayang? Makanannya sudah datang?”“Iya. Sudah. Kamu mau makan sekarang?”“Ayo,” ajak Lintang.Hannah tidak punya alasan untuk membuatnya kembali masuk ke kamar mandi, hingga memilih mengikuti Lintang. Mereka duduk berdampingan lalu mulai menikmati hidangan makan malam di depan mereka. Lezatnya rasa makanan itu membuat Hannah tidak berhenti mencicipinya.“Enak ya?” tanya Lintang yang diangguki Hannah.“Makanannya enak sekali. Pas di lidah. Aku pikir makanan seperti apa yang ada di hotel mewah seperti ini.

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 113 – Hadiah Dari Ziana

    Setelah pesta resepsi pernikahan itu selesai, kedua pasang pengantin baru itu pun berangkat dengan mobil masing-masing. Lintang dan Hannah menuju hotel, sedangkan Arjuna dan Rianti menuju apartemen Arjuna.“Wah, hotelnya besar sekali, mas,” puji Hannah kagum. Dia tidak pernah masuk ke hotel sebesar itu selama hidupnya.“Ini hadiah pernikahan dari om Tomo. Hotel ini juga punya om Tomo. Ayo, kita check in dulu.”Lintang menuntun Hannah mendekati resepsionis yang sudah siap menyambut kedatangan mereka. Seorang office boy mengambil alih koper yang dibawa Lintang, lalu mengantar keduanya menuju kamar hotel tempat mereka akan menginap selama tiga hari dua malam itu.“Silakan masuk, tuan, nyonya,” ucap office boy itu setelah pintu kamar terbuka lebar di hadapan mereka.“Terima kasih. Taruh saja kopernya di sini,” sahut Lintang lalu memberikan tip untuk office boy itu.Hannah memasuki kamar lebih dulu dan langsung mendekati jendela besar di dekat tempat tidur. Ia ingin melihat pemandangan dar

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 112 – Dua Pasang Pengantin

    “Daripada mereka live show disini? Gimana kalau Rania melihatnya?”Mahanta buru-buru mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Arjuna. Dering telepon terdengar jelas dari kantong jas Arjuna, tapi justru diabaikan pria itu yang masih asyik mencumbu Rianti. Belum menyerah, Mahanta mengulangi terus panggilan itu, hingga Rianti menghentikan ciuman Arjuna.“Ada telepon, Ar,” ucap Rianti sambil mendorong pelan bahu Arjuna.“Biarkan saja.”“Tapi sepertinya penting. Kita bisa lanjutkan nanti.”Arjuna menatap wajah Rianti yang sudah memerah sampai ke telinganya. Bibir wanita itu terlihat pucat dan ada sedikit bekas gigitan karena ulahnya. Mau tidak mau Arjuna mengalihkan pandangannya ke arah jasnya yang tergeletak di lantai begitu saja.“Siapa sih, mengganggu saja.” Kening Arjuna mengerut melihat nama Mahanta muncul di layar ponselnya. Pria itu segera mengedarkan pandangannya dan melihat sahabatnya berdiri tidak jauh dari posisinya. “Kamu ngapain sih? Ganggu saja.”“Heh! Kalau nggak gitu, kamu mau

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 111 – Takut Khilaf

    Hari yang ditunggu-tunggu, hari pernikahan Hannah dan Lintang akhirnya tiba juga. Semua orang sudah berkumpul di halaman mansion Tomo untuk menyaksikan upacara sakral itu. Meskipun tidak banyak tamu undangan, tapi sudah cukup membahagiakan bagi Hannah dan Lintang. Acara akad akan segera berlangsung ketika Arjuna tiba di mansion itu. Tidak seperti biasanya, wajah pria itu terlihat muram dan lelah. Entah kemana perginya Arjuna yang selalu ceria dan bersemangat. Tanpa mempedulikan sekitarnya, Arjuna segera duduk di kursi khusus untuknya. Ia tersenyum tipis saat bertatapan dengan Mahanta yang duduk bersama Ziana.“Lihat itu Arjuna sudah datang,” bisik Mahanta pada Ziana. “Iya, aku sudah melihatnya. Lihat penampilannya kacau sekali.”“Aku dengar sejak kejadian malam itu, Arjuna hanya mengurung diri di apartemennya. Ia hanya makan kalau Lintang membawakannya makanan. Selebihnya hanya diam melamun. Apa Rianti tidak mengatakan apa-apa?”“Mereka sama-sama keras kepala. Sampai sekarang aku be

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 110 – Mari Kita Bicara

    Tengah malam, Rianti tersentak kaget lalu mengerjakan matanya perlahan. Ia mencoba mengingat keberadaannya saat ini yang masih berada di kamar Zaidan. Saat Rianti memeriksa boks bayi itu, matanya melotot karena Zaidan tidak ada di dalam boks itu. “Zaidan dimana?” Lekas Rianti berlari keluar kamar dan melihat sekitarnya sudah gelap. Sedikit ragu, Rianti menoleh ke arah kamar Ziana dan Mahanta. Besar kemungkinan Zaidan ada disana. Tapi alasan kenapa Ziana tidak membangunkan Rianti membuatnya bingung. “Apa kucoba ketuk saja ya?” Rianti berjalan mendekati pintu kamar dan bersiap mengetuknya. Tapi tangannya melayang di udara karena keraguan yang masih menggantung. Akhirnya Rianti memutuskan untuk mengirimkan chat pada Ziana. {“Malam, nona. Maaf saya ketiduran tadi. Apa sekarang bayi Zaidan bersama nona?”}Rianti mengirimkan chat itu dan menunggu. Ia berharap Ziana masih terbangun dan membalas chatnya. Tapi selang lima menit kemudian, belum juga ada balasan dari Ziana. Pesannya juga ti

DMCA.com Protection Status