Senja memasuki usia kehamilan yang keempat bulan dan mulai merasakan ngidam yang tidak masuk akal. Terkadang, keinginannya begitu aneh dan mendesak, seperti ingin makan durian pada jam tiga pagi atau tiba-tiba ingin minum jus mangga yang hanya tersedia di sebuah kafe kecil di sudut kota. Beberapa kali, ngidamnya bisa dia turuti secara pribadi, terkadang meminta bantuan dari asisten rumah tangga keluarga Alvendra yang dengan senang hati membantunya.
Namun, kali ini ngidamnya bukan soal makanan atau minuman, melainkan sebuah keinginan yang jauh lebih rumit. Senja merasa sangat rindu pada Langit, suaminya, yang sudah tiga hari tidak pulang karena lembur di perusahaannya untuk menyelesaikan proyek baru. Perasaan rindu yang mendalam ini membuatnya gelisah, dan dia merasa kebingungan bagaimana harus mengatasinya.
Senja duduk di ruang tamu, menatap ponselnya dengan cemas. Dia telah mengirim beberapa pesan kepada Langit, tetapi balasannya selalu singkat dan terburu-buru, menan
Senja merasa bosan. Perkuliahannya sudah dia selesaikan lebih cepat karena tidak ingin terganggu atau mengganggu kehamilannya. Kini, hari-harinya dihabiskan bersantai di rumah, menonton televisi, dan sesekali menandatangani laporan dari asisten pribadinya tentang perusahaan baru yang sedang dia kelola. Perusahaan tersebut bergerak di bidang penyediaan sayuran untuk restoran, sebuah usaha yang dijalankan dengan efisien oleh Chyntia, asisten pribadi yang dipilihkan oleh Langit. Dengan kepercayaan penuh pada Chyntia, Senja tidak perlu terlalu khawatir dengan jalannya perusahaan, kecuali untuk keputusan-keputusan penting yang membutuhkan tanda tangan CEO.Namun, rasa bosan tetap menghantuinya. Merasa tidak punya banyak hal untuk dilakukan, pikirannya mulai melayang-layang. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya—memasak. Meski jarang memasak, sejak ibunya dirawat di rumah sakit, Senja selalu berusaha menyempatkan diri memasak dan terus belajar resep-resep baru yang enak. K
Mungkin karena Senja sangat bahagia belakangan ini, wajahnya terlihat semakin cerah. Meski usia kandungannya sudah memasuki bulan keempat, karena proporsi tubuhnya dan hobinya yang memakai baju longgar, sama sekali tidak terlihat bahwa dia sedang hamil. Maka, tidak heran teman-temannya dengan semangat mengajaknya untuk pergi ke bar.Awalnya, Senja menolak dengan alasan bahwa dia tidak bisa minum. Namun, teman-temannya terus memaksa, berjanji bahwa dia tidak perlu minum alkohol dan hanya perlu ada di sana, menikmati malam bersama mereka dengan berdansa. Akhirnya, karena bujuk rayu dan dorongan mereka, Senja pun setuju. Dia mengeluarkan ponselnya dan meminta izin pada Langit, mengatakan bahwa malam ini dia akan menemani teman-temannya di bar.Langit yang awalnya berniat untuk pulang cepat, mengerutkan kening saat membaca pesan tersebut. Meski sedikit khawatir, dia tahu bahwa Senja juga berhak berkumpul dengan teman-temannya. Akhirnya, dia mengizinkan Senja dan menghubung
Senja menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan cemburu yang mulai menggelitik hatinya. Namun, dia memutuskan untuk tetap melangkah maju, tidak ingin memberikan ruang bagi ketidaknyamanan atau kesalahpahaman."Langit," panggil Senja dengan suara lembut, namun cukup jelas untuk didengar di tengah keramaian bar.Langit segera mengalihkan perhatiannya kembali pada Senja. Wajahnya bersinar lagi melihat istrinya mendekat. "Senja, sini," katanya sambil mengulurkan tangan, mengundang Senja untuk bergabung.Cleora menoleh dan melihat Senja dengan tatapan yang agak canggung. "Oh, kamu pasti Senja," katanya dengan senyum yang tampak dibuat-buat. "Langit sering bercerita tentangmu."Senja, meski hatinya sedikit terguncang, membalas senyum Cleora dengan sopan. "Ya, aku Senja. Senang bertemu denganmu, Cleora."Sesaat mereka saling pandang dengan tatapan tajam. Senja melihat tangan Cleora yang berusaha merangkul tangan Langit. Dia mendengus dengan wajah sinis
Suara hiruk-pikuk dari dapur memecah keheningan sore, membangunkan Senja yang tertidur lelap di sofa ruang keluarga. Perlahan membuka mata, dia mengerjap heran dan menguap lebar, kemudian bangkit dari posisi tidurannya. Dengan rasa penasaran, Senja berjalan menuju dapur untuk melihat apa yang sedang terjadi.Di sana, dia mendapati pemandangan yang menghangatkan hati: Langit sibuk memasak dengan penuh semangat, sementara si Mbok mengawasinya dengan wajah kikuk dan ragu. Melihat itu, Senja tidak bisa menahan senyum kecil yang menghiasi wajahnya."Apa yang kamu buat, Langit?" tanyanya sambil mendekat dengan penasaran.Langit terkejut mendengar suara Senja, dan dengan cepat mendekatinya. "Bumil, duduk saja dan perhatikan. Jangan mendekat, nanti kena aku atau kena yang lainnya," ucapnya dengan penuh keseriusan sambil menggiring Senja ke kursi di dekat meja dapur.Senja tertawa kecil dan menuruti perintah suaminya. "Baiklah, aku akan duduk dan memperhatikan. Tapi serius, apa yang sedang kam
Senja merasa hidupnya belakangan ini semakin sempurna. Perusahaannya berjalan lancar, restorannya sedang direnovasi untuk memberikan penampilan baru sebagai restoran yang unik dan modern, dan hubungannya dengan Langit lebih baik daripada yang dia harapkan. Meskipun di internet berita negatif tentang dirinya tidak berhenti bermunculan, Senja merasa semuanya lebih baik dari sebelumnya.Setiap hari, dia merasakan cinta dan dukungan Langit yang membuatnya semakin yakin bahwa mereka bisa melalui apa pun bersama. Keseharian mereka diisi dengan tawa, canda, dan momen-momen kecil yang semakin mempererat ikatan di antara mereka. Di tengah kesibukannya, Senja masih menyempatkan diri untuk memasak makanan favorit Langit, menciptakan kenangan manis di dapur rumah mereka.Namun, kebahagiaan Senja memuncak ketika dia menerima telepon dari rumah sakit. Dengan hati berdebar, dia mendengarkan dokter yang mengabarkan bahwa perawatan ibunya telah menunjukkan hasil yang positif. Ibunya ya
Setelah acara selesai, Senja meluangkan waktu untuk memastikan bahwa manajer restoran yang dia tunjuk mengetahui semua tugasnya dengan baik. Dia memberikan beberapa instruksi terakhir dan memastikan semua berjalan sesuai rencana. Saat dia melihat semua persiapan sudah cukup dan manajer mengangguk dengan penuh percaya diri, Senja merasa lega.Senja kemudian mengikuti Langit menuju mobil mereka. Perjalanan pulang diisi dengan obrolan ringan tentang acara yang baru saja selesai. Mereka berdua merasa puas dan bangga dengan kesuksesan peluncuran Restoran Lembayung.Saat mobil memasuki halaman kediaman Alvendra, Senja merasakan kehangatan yang aneh di hatinya. Rumah megah itu telah menjadi tempat yang ia anggap sebagai rumahnya. Entah sejak kapan, dia mulai merasa nyaman dan betah di sana. Setiap sudut rumah itu kini memiliki kenangan yang berharga bagi Senja.Langit membuka pintu rumah dan mempersilakan Senja masuk. "Selamat datang di rumah," katanya sambil ter
Di dalam mobil, Senja tidak bisa berhenti tersenyum. Perasaan hangat dan bahagia memenuhi hatinya, seakan semua kekhawatiran dan masalah yang tadi mengganggunya hilang begitu saja. Beban besar yang selama ini menghimpit hatinya terasa terangkat, dan ia merasa lebih ringan dan bebas.Saat mereka tiba di rumah sakit, Senja hampir tidak bisa menahan dirinya untuk berlari menuju kamar ibunya. Dengan langkah cepat, dia melewati lorong-lorong rumah sakit, hati dan pikirannya hanya terfokus pada satu hal: melihat ibunya yang tercinta. Ketika dia memasuki ruangan, matanya langsung tertuju pada sosok Nyonya Celine yang duduk di tempat tidur, dengan senyum lemah tetapi hangat di wajahnya."Mama!" teriak Senja dengan suara penuh keharuan, air mata mengalir di pipinya saat dia berlari dan memeluk ibunya dengan erat.Nyonya Celine membalas pelukan itu dengan penuh kasih, tangannya mengelus rambut Senja dengan lembut. "Senja, sayang... Mama merindukanmu," katanya dengan
Setelah berbicara dengan dokter, Senja kembali ke kamar ibunya dengan langkah ringan. Di sana, dia menemukan Langit dan Nyonya Celine masih berbincang hangat. Langit tampak begitu perhatian dan peduli, mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Nyonya Celine dengan penuh kesungguhan.Saat Senja masuk, Langit menoleh dan tersenyum padanya. "Bagaimana kabarnya?"Senja membalas senyum suaminya. "Dokter bilang Mama bisa pulang dalam beberapa hari, jika semua pemeriksaan berjalan lancar."Nyonya Celine tampak sangat gembira mendengar kabar tersebut. "Oh, syukurlah. Aku sudah tidak sabar untuk keluar dari sini dan memulai hidup baru dengan kalian."Senja duduk di samping ibunya lagi, menggenggam tangannya dengan lembut. "Kami juga, Ma. Kami akan membuat semuanya siap untuk kedatangan Mama di rumah."~o0o~Senja merasa gugup saat menatap Langit. "Langit, maafkan aku. Harusnya aku kasih tahu dulu tentang Mama. Aku seenaknya mengatakan kita siap me
"Aku... hamil?" Senja menatap hasil pemeriksaan yang diberikan dokter dengan wajah tidak percaya, sebelum kemudian menatap pada Langit yang juga memasang ekspresi terkejut."Jadi... alasan aku mood swings selama beberapa minggu terakhir, ditambah morning sickness itu karena aku tengah hamil dan sekarang usia kandunganku 2 bulan?" tanya Senja lagi dengan nada meminta konfirmasi.Dokter tersenyum lembut dan mengangguk. "Selamat, Tuan dan Nyonya Alvendra, Tuan Muda Bintang akan segera memiliki adik," ucapnya."Adik! Yeay!" Bintang yang mendengar itu langsung bersorak penuh semangat, melompat-lompat dengan kegembiraan di ruang pemeriksaan. Langit merangkul Senja erat, mencium keningnya dengan penuh kasih. "Kita akan memiliki bayi lagi. Aku sangat bahagia."Senja tersenyum, meskipun air mata kebahagiaan mulai menggenang di matanya. "Aku juga. Ini benar-benar kejutan yang luar biasa."Kembali ke rumah, suasana semakin hangat dan penuh kebahagiaan. Senja dan Langit memberi tahu keluarga bes
Ketika episode pertama akhirnya tayang di televisi, komentar netizen sangat beragam. Media sosial dipenuhi dengan berbagai pendapat dan reaksi dari para penonton yang antusias."Senja dan Langit benar-benar pasangan yang serasi! Mereka terlihat sangat natural dan kompak," tulis seorang pengguna di Twitter."Aku suka chemistry antara Kevin dan Lolita. Meskipun Kevin terlihat gugup, Lolita selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Mereka benar-benar pasangan yang manis," komentar seorang penggemar di Instagram."Dody dan Melani benar-benar memukau! Mereka begitu percaya diri dan bersemangat. Tidak heran mereka bisa menang di game kata," tulis seorang netizen di Facebook.Namun, tidak semua komentar bernada positif. Beberapa penonton juga memberikan kritik dan masukan."Aku merasa Johan dan Ishava kurang menunjukkan sisi menarik mereka. Semoga di episode berikutnya mereka bisa lebih menonjol," tulis seorang pengguna di forum diskusi online."Kenapa
Selain Senja dan Langit, tim acara juga mengundang tiga pasangan suami istri lainnya yang tak kalah menarik. Pertama, ada Dody Anggara, seorang penyanyi terkenal berusia 35 tahun, dengan istrinya Melani Citra, seorang beauty blogger populer yang selalu tampil elegan di setiap kesempatan.Kemudian, ada Kevin Duwain, seorang artis pendatang baru berusia 25 tahun yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik. Istrinya, Lolita Fayek, adalah sahabat baiknya sejak kecil. Lolita, juga berusia 25 tahun, adalah seorang asisten dosen di salah satu universitas ternama, menambah kecerdasan dan pesona intelektual ke dalam kelompok ini.Pasangan ketiga adalah Johan, seorang pegawai kantoran berusia 30 tahun yang sederhana namun berwibawa. Istrinya, Ishava, adalah seorang penyanyi berbakat berusia 22 tahun yang telah menggeluti dunia tarik suara sejak umur 8 tahun. Kehadiran Ishava dengan bakat menyanyinya yang luar biasa dan pesona mudanya menambah keunikan dalam
Senja mengerutkan keningnya sambil membaca naskah program reality show terbaru yang ditawarkan oleh Armand. Ada sedikit kebingungan di wajahnya. Di sisi lain, Langit membacanya dengan penuh antusias. Naskah reality show tersebut berjudul "Perfectly Wedded Pair", yang sejak debut dua tahun lalu, cukup booming di kalangan penonton. Program ini mengundang selebriti yang telah menikah, baik dengan sesama selebriti, pengusaha, atau masyarakat sipil biasa. Kali ini, program tersebut mengundang Senja dan Langit, yang akhirnya diketahui oleh netizen telah menikah sejak lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Bintang yang berusia empat tahun.Naskah yang diberikan sebenarnya tidak bisa disebut naskah juga, melainkan hanya gambaran besar acara yang akan berlangsung selama maksimal sepuluh episode. Karena reality show ini lebih menekankan pada siaran secara langsung, para bintang tamu tidak diberikan naskah untuk berakting. Mereka akan dilibatkan secara alami, tanpa skenario
Berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang menimpa Senja, nasib Kania justru memburuk. Manajemen yang seharusnya mendukung kariernya malah memperlakukannya dengan kasar dan tidak adil. Ketidakpuasan mereka bukan hanya karena persaingan internal, tetapi juga diperburuk oleh keputusan Langit, suami Senja, yang menggunakan uang untuk menutup mulut pihak-pihak yang masih tidak suka pada Senja.Kania, seorang artis yang juga berbakat, merasa semakin terpojok. Setiap langkah yang diambilnya seolah diawasi ketat dan setiap kesalahan kecil diperbesar. Manajemen yang sebelumnya ramah dan mendukung, kini berubah dingin dan penuh tuntutan. Kania sering diminta untuk melakukan tugas-tugas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang artis, seperti mengurus logistik acara atau bahkan membuat kopi untuk para eksekutif."Apa ini semua karena Langit?" tanya Kania kepada sahabatnya, Mira, dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti menjadi kambing hitam."Mira hanya bisa meng
Meski diterpa badai kritik dan gosip, Senja tetap berusaha tegar. Namun, tekanan dari pemberitaan negatif membuatnya tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dirasakannya. Di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang mendalam mengenai masa depannya dalam industri hiburan. Setiap kali membuka media sosial, ia melihat komentar-komentar yang menyakitkan, mempertanyakan karakternya dan meremehkan bakatnya.Di rumah, Senja mencoba tetap kuat di depan keluarganya. Namun, Langit bisa melihat kegelisahan di mata istrinya. "Senja, kamu harus ingat, kamu lebih kuat dari semua ini. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu tahu siapa kamu sebenarnya," kata Langit sambil menggenggam tangan Senja dengan penuh kasih sayang.Sementara itu, manajer Senja, Armand, berjuang keras untuk mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh skandal yang kembali mencuat. Arisa mencoba berbagai cara untuk mengalihkan perhatian media, termasuk mengatur wawancara eksklusif di mana Senja bisa menjelaskan
"Senja sepertinya bermain dengan cukup baik, bukan? Jarang sekali melihat seseorang memainkan alat musik seperti ini. Adakah profesional yang mau berkomentar tentang seberapa bagus permainannya?""Sebagai seseorang yang mempelajari musik tradisional, saya harus mengatakan bahwa biolanya kurang halus. Tidak mudah untuk memainkan alat musik petik yang tidak halus ini. Mencoba menonjolkan pesona biola bahkan lebih menantang lagi," jawab seorang profesional musik dengan nada serius.Arisa mendengarkan sejenak, merasa lega, dan mengangguk puas. "Apa hanya 'sedikit'?"Senja tidak hanya sekadar 'sedikit'. Pada bagian pertama yang lincah, dia menggunakan banyak sekali gerakan jari melingkar - memetik, menggeser, menggulung - menampilkan keterampilan yang tak terduga. Melodi yang naik turun, tampak anggun dan merdu. Bahkan, orang yang tidak mengenal musik pun bisa merasakan kerinduan dan kegembiraan seorang pengembara yang meninggalkan rumah, di tengah-tengah dunia yang
Pada sore itu, Arisa masih sibuk mempersiapkan diri, sehingga Ira duduk di sampingnya dengan sedikit bosan. Sementara itu, Senja terus melirik ke arah biola Arisa, tampak tertarik namun ragu untuk mendekat. Melihat hal ini, Ira tertawa kecil dan menggoda, "Senja, kenapa kamu terus menatap biola Arisa? Apa kamu tertarik?"Senja langsung mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah, dan ia menggelengkan kepala dengan malu-malu.Ira menepuk pundak Senja dan berkata, "Senja, aku sudah melihat hasil edit videomu. Gerakan tarianmu sangat memukau, dan penyampaian dialogmu luar biasa."Arisa, yang sedang memetik senar biolanya dengan jari-jarinya yang dihiasi kuku panjang, mendengar pujian Ira dan menatap Senja dengan penuh minat. "Apakah kamu tahu tentang opera tradisional?" tanyanya.Senja mengangguk pelan, "Sedikit."Arisa, dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, mulai menciptakan sebuah syair spontan. Ia menyenandungkan beberapa bait lalu meno
Arisa mulai berbicara dengan penuh semangat, "Bunga pagi dan matahari terbenam. Jika kita berbicara tentang bunga, ada bunga pagi, bunga matahari, dan bunga teratai - ini semua adalah bunga yang mekar di pagi hari dan menutup di malam hari."Ira, merapikan rambutnya, menambahkan, "Tema episode ini adalah puisi, jadi bunga ini harus mencerminkan citra yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk tersebut." Kemudian, dia tersenyum pada Christopher. "Guru Chris, sebagai wakil presiden Asosiasi Puisi Ibu Kota, ini seharusnya menjadi keahlian Anda. Ada pendapat?"Christopher, dengan sedikit rasa malu, merasa pertanyaan Ira menjebaknya. "Saya memikirkan beberapa bunga yang berhubungan dengan anggur dan perjalanan - zhuyu, krisan, bunga persik. Tapi sepertinya tidak ada yang cocok dengan bunga pagi dan matahari terbenam."Melihat Matt dan Senja tetap diam, Arisa bertanya, "Guru Matt, Senja, bagaimana menurut kalian berdua?"Senja melirik Matt, dan lelaki tua itu m