"Ada apa pagi-pagi menelpon?"Dengan suara datar nan dingin, Devan menanggapi panggilan Nasuha sambil mengemudikan mobilnya.Sedangkan Mazaya duduk diam menatap ke luar jendela mobil, sambil mendengarkan percakapan Devan dan kakak angkatnya itu.Terdengar Nasuha mendengus kesal di ujung panggilan."Kenapa aku harus punya alasan hanya buat nelpon suami aku sendiri, Mas? Mau gimana pun aku masih istri kamu dan aku juga punya hak yang sama sebagai istri. Mas Devan harusnya bersikap adil sama aku juga," tuturnya yang menuntut Devan agar ia diperlakukan sama seperti Mazaya.Devan malah membuang nafasnya kasar mendengar ucapan Nasuha bak istri pertama yang tersakiti. Padahal kenyataannya yang pertama berkhianat adalah istrinya itu sendiri."Kamu lupa dengan kesalahan kamu, Suha?! Harusnya aku sudah melepaskan kamu sejak lama dan tidak sampai membaca ibu mengatakan wasiat itu," sentak Devan dengan nafas yang memburu menahun kesal."Aku tahu, Mas. Aku akui aku salah. Aku ingin memperbaiki semu
"Jaga ucapanmu itu, Rendra! Mazaya itu sudah sah menjadi istri Om dan secara langsung dia juga adalah Tante kamu. Ingat itu! Dan Om gak akan tinggal diam, jika kamu macam-macam dengannya!"Devan tidak segan mengancam keponakannya tersebut. Terlebih lagi itu menyangkut tentang Mazaya.Namun, Rendra tampaknya tidak peduli dengan ucapan pamannya itu. Iya benar-benar dibuat marah dan kecewa dengan pamannya yang dianggap serakah. Karena sudah mempunyai istri, tapi malah menikah lagi dengan wanita yang disukainya."Terserah Om mau bilang apa! Pokoknya aku nggak akan biarkan hidup Wijaya hancur gara-gara Om jangan dicap sebagai pelakor nantinya," tegas Rendra.Devan membuang napasnya dengan kasar karena menghadapi sifat keras kepala keponakannya itu. Di mana sama sekali tidak takut dengan ancamannya. Tapi, ia juga tidak main-main dengan ucapannya tadi. Jika Rendra sampai melakukan sesuatu kepada Mazaya, maka ia tidak akan tinggal diam saja."Om sudah memperingatkan kamu, Rendra!" tukasnya.
"Mas udah! Gimana kalau ada yang lihat nanti."Mazaya mendorong dada bidang Devan agar menghentikan kegiatan mereka, yang barusan bercumbu mesra di dalam ruangan sana.Namun, Devan malah menarik Mazaya kembali dan merapat ke dalam pelukannya."Tidak akan ada yang lihat. Tenang saja."Kembali Devan memagut Mazaya. Ia sungguh merindukan istrinya itu karena tidak malam tidak biasa menyalurkan hasratnya.Beberapa menit kemudian."Mm, Mas ... Sudah."Kini Mazaya benar-benar ingin berhenti karena dirinya sudah lama berada di tempat itu. Ia harus berbicara dengan suaminya itu.Devan kali ini membiarkan Mazaya dan istrinya itu kembali ke posisinya semula, berdiri sambil memperbaiki letak pakaian dan rambutnya yang sedikit acak-acakan."Tolong jangan ulangi lagi kayak tadi, Mas. Aku gak mau kalau ada yang lihat, Mas," tegas Mazaya dengan menatap tajam."Iya-iya, maaf. Tapi, apa ke sini hanya ingin memberikan map ini atau ada hal penting ingin kamu katakan?" tebak Devan.Mazaya menarik nafasnya
"I-ini apa? Kenapa ada video seperti ini? Siapa yang--"Mazaya menggantungkan ucapannya, terlebih lagi mendengar orang-orang mulai menghujatnya karena video panas dirinya dan Devan."Tuh kan bener, dia itu pelakor yang bisanya goda suami orang.""Pantesan waktu itu Bu Suha marah-marah. Tapi, coba ditahan. Kasihan banget istri pertamanya.""Iya kan dari awal aku udah curiga sama dia."Orang-orang itu terus membicarakan dan menyerukan berjaya seakan wanita tersebut adalah wanita berambut suami orang. Menikah sama sekali tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun tetap saja saat ini majaya menjadi salah di mata semua orang.Selain itu, tidak butuh waktu lama, video tersebut tersebar di grup chat di kantor, membuat Mazaya menjadi bahan perbincangan hampir satu gedung perusahaan.Wajah Mazaya langsung memerah, tapi ia coba menahan air mata yang hendak menyeruak di pelupuk matanya. Ia merasa tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini. Melinda yang menyadari kehebohan terseb
"Aku akan bantu mencari tahu, Yaya. Kita akan mengungkap siapa dalang di balik semua ini, dan membuktikan bahwa aku bukan orangnya. Aku gak mau kehilangan kepercayaanmu."Rendra dengan lantang mengatakan itu semua di depan Mazaya, seakan ingin menunjukkan betapa dirinya itu pantas untuk Mazaya. Meskipun ia sebenarnya dibuat kecewa mengetahui kenyataan bahwa Askara adalah anak dari pamannya itu. Juga melihat bagaimana Mazaya yang dipagut mesra oleh Devan pada video yang dilihatnya.Mazaya sama sekali tidak menanggapi ucapan Rendra dan memilih menunggu jawaban dari Devan yang mungkin saja tahu siapa orangnya."Katakan kalau Mas Devan tahu siapa orangnya?" desaknya."Sebelum itu aku harus memanggil William. Mungkin saja dia tahu sesuatu dan melihat ada orang di sekitar pintu," ungkapnya."Kalau gitu panggil dia sekarang, Mas." Mazaya terdengar tidak sabaran untuk mencari tahu siapa orang yang ingin menjatuhkan namanya.Namun, begitu Devan hendak menghubungi William terdengar suara pintu
"Kenapa Mas Devan terus bela perempuan ini?" tanya Nasuha dengan sinis. "Dia sudah merusak pernikahan kita, Mas. Apa Mas Devan mau mengkhianati istri sahmu demi perempuan hina ini?"Devan menatap tajam Nasuha dan berkata, "jangan sembarangan menuduh orang lain, Suha! Mazaya tidak pernah menggodaku atau merencanakan sesuatu untuk menghancurkan pernikahan kita. Justru aku dan kamu lah selama ini yang sudah menghancurkan hidupnya dan harus merawat anakku seorang diri. Lagipula kami sekarang sudah sah menjadi suami istri ...."Orang-orang yang ada di sana dibuat tercapai mendengar kenyataan bahwa Devan sudah menikah lagi dan menjadikan Mazaya istri kedua, lalu hal yang paling mengejutkan adalah Devan dan Mazaya sudah mempunyai anak yang sudah besar.Raut wajah Nasuha kini memucat melihat reaksi orang-orang yang beralih kepada Mazaya. Padahal ia sudah menunjukkan bahwa ia mengalami gejala hamil sebelumnya."Aku juga sekarang hamil, Mas. Butuh perhatian kamu. Apa aku gak boleh minta hak aku
"Apa di rumah sakit? Sa-saya akan segera kesana ..."Dengan tangan yang sedikit gemetar, Mazaya menutup panggilan tersebut .Sebelumnya Mazaya mendapatkan informasi jika putranya terjatuh di anakan tangga hingga dilarikan ke rumah sakit.Tanpa menunda waktu lagi, Mazaya segera menghubungi Devan. Pria tersebut harus tahu apa yang terjadi dengan putra mereka itu."Halo, Mas. Kamu di mana sekarang? Aska, Mas ...." Mazaya menelepon sambil berjalan menuju ke lift. Ia harus pergi segera mungkin ke rumah sakit."Aku di jalan di dalam mobil. Ada apa?"Terdengar suara Devan yang panik di ujung panggilan karena Mazaya menyebutkan nama Askara, jelas baginya saat ini mendengar suara Mazaya yang bergetar."Aska dibawa ke rumah sakit, Mas. Aku mau kesana sekarang. Aku sudah minta izin Bu Erina," ungkap Mazaya."Berikan alamat rumah sakitnya. Nanti aku akan kesana," balas Devan."Iya, Mas. Aku tutup dulu kalau gitu." Mazaya mengakhiri panggilan tersebut, lalu dengan langkah cepat keluar dari lift yan
"Alhamdulilah, cuman lecet sedikit aja. Tapi, Ibu tetap cemas, Aska. Tunggu sebentar ya, kata dokter harus diperiksa sekali lagi."Mazaya berusaha menenangkan putranya yang tampak ingin segera pergi dari rumah sakit. Padahal seingatnya Askara tidak pernah serewel saat ini, jika dibawa ke rumah sakit. Berbeda dengan sekarang ya entah kenapa tidak mau berlama-lama di tempat tersebut."Aka mau pulang, Bu. Di cini celem dan nanti aku bakalan dicuntik doktel," ungkap Askara yang pada akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada sang ibu saat ini.Mazaya untuk sesaat tersenyum getir karena tidak pernah tahu apa sebenarnya yang diinginkan oleh Askara atau seperti sekarang ini tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran putranya itu. Ia bahkan sudah menyadari bahwa selama ini dirinya terlalu keras dan memaksakan keinginannya yang terdalam kepada Askara. "Iya, sayang. Nanti dokternya ke sini sebentar. Lalu kita akan pulang." Mazaya kembali menenangkan putranya itu seorang diri. Itu karena dua asist
"Mas, kita harus bagaimana menghadapi Patricia? Pasti dia akan cari cara buat bisa nikah sama Mas Devan. Selain itu juga aku khawatir Askara sekolah dengan guru TK seperti dia."Mazaya mengeluarkan uneg-uneg yang ada di kepalanya saat ini, di saat minum teh di balkon kamar karena hari itu waktu libur kerja mereka.Devan menghela nafasnya panjang. Ia pun sama gelisah dan khawatir seperti Mazaya. Tapi, ia tidak akan tinggal diam saja. Itu karena dirinya sudah diam-diam menyewa detektif swasta untuk mengikuti dan mengawasi PatriciaDan siapa sangka usaha Devan itu membuahkan hasil. Di mana Patricia pada akhirnya ditangkap, hingga kabar tentang penangkapannya segera menyebar luas.Ternyata Patricia selama ini menjadi duri bagi Devan dan Mazaya itu telah melakukan penipuan kepada beberapa orang, hingga akhirnya aparat kepolisian berhasil menangkapnya karena laporan beberapa korbannya. Di balik jeruji besi, Patricia harus merasakan kepedihan hati dan penyesalan.Devan dan Mazaya yang menden
"Apa ini sebenarnya? Sejak kapan aku menulis ini semua?"Devan membaca surat perjanjian yang ada di tangannya dengan perasaan tidak percaya. Kata-kata dalam surat tersebut terasa seperti cambuk yang menghantam hatinya. Semakin ia membaca, semakin sulit baginya untuk menahan ketakutan yang melanda dirinya, menyadari bahwa isinya bisa menyeretnya ke dalam jeruji besi penjara. Meskipun begitu dirinya tidak menunjukkan langsung bagaimana raut wajahnya saat ini di depan Patricia.Sementara itu, di sudut ruangan tersebut, Patricia menatap Devan dengan senyuman licik yang tersungging di bibirnya. Ia menikmati melihat bagaimana raut wajah Devan berubah-ubah, mulai dari penasaran, kemarahan, hingga ketakutan yang tergambar jelas. Matanya terus mengikuti gerak-gerik Devan, seakan ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar merasa terpojok.Tangan Devan bergetar saat dirinya mencoba menahan amarah yang membara. Ia menggenggam surat perjanjian itu dengan erat, seolah mencoba menemukan kekuatan u
"Bercerai? Apa aku gak salah dengar, Mas? Bukannya dia waktu itu ngotot dan gak mau pisah sama kamu?"Mazaya hampir saja tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Devan, mengenai permintaan Nasuha yang ingin berpisah. Padahal jelas-jelas semalam kakak angkatnya itu dengan tegas mengatakan tidak mau bercerai apapun alasannya"Bukannya kamu senang kalau dia minta bercerai? Itu kan yang kamu mau, Yaya?" Devan balik bertanya."Iya sih, Mas. Tapi, kok aku ngerasa ada yang aneh aja. Kenapa dia tiba-tiba minta pisah gitu aja. Apa Mas Devan gak ngerasa curiga apapun gitu," ungkap Mazaya yang merasa harus waspada untuk hal-hal yang tidak diinginkan."Aku juga sama, makanya aku ingin menemuinya langsung dan mungkin saja ada hal yang bisa ketahui nanti," ungkap Devan yang saat ini memiliki pikiran yang sama dengan istrinya tersebut.Mazaya manggut-manggut tanda mengerti apa yang dikatakan oleh Devan."Memang harus seperti itu, Mas. Syukur-syukur kalau dia memiliki niatnya untuk berubah, ta
"Ini maksudnya apa ya? Saya calon istri dari mana, Pak? Pak Malvin jangan seenaknya gitu dong! Saya gak terima diperlakukan seperti ini!"Melinda langsung melayangkan protes kepada Malvin karena pria tersebut malah bersikap seenaknya, mengatakan dirinya itu adalah calon istri dari pria tersebut. Terlebih lagi dirinya sudah mempunyai kekasih dan apa jadinya sampai menimbulkan kesalahpahaman nantinya.Malvin nyatanya tanpa sadar mengatakan hal tersebut sebagai refleknya agar mantan tunangannya itu menjaga sikap. Ia sama sekali tidak memikirkan bagaimana tanggapan Melinda akibat perbuatannya tersebut."Maaf, tadi aku salah bicara, Linda. Aku tidak bermaksud lain," ucapnya yang tidak ingin memperpanjang masalah yang ada di depan matanya saat ini. Belum sempat Melinda menanggapi ucapan Malvin, tapi pria tersebut malah bergegas pergi dengan membawa Vivian dari hadapan mereka."Kita harus bicara di tempat lain, Vivian?!" Malvin dengan nada tegas."Oke, ayo," jawab Vivian yang memang ingin
Tiga puluh menit sebelumnya.Patricia, yang mengenakan pakaian serba hitam dan berkacamata gelap, melirik Mazaya dengan tatapan tajam. Ia berjalan mendekati Mazaya dan Devan dengan langkah pasti dan pura-pura bertanya, "Permisi, apakah anda tahu dimana toilet di tempat ini?" Patricia pura-pura tersenyum ramah pada Mazaya.Mazaya menoleh, awalnya tersenyum ramah sambil menjawab, "Oh, itu tinggal mengikuti jalur ini saja, Mbak pasti akan sampai di sana."Namun, tidak lama setelah itu raut wajah Mazaya berubah dingin, dan ia mulai berbicara dengan nada lebih tegas."Sebenarnya, apa mau kamu di sini, Mbak?" tanya Mazaya dengan curiga dan setengah berbisik.Devan pun ingin mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh istrinya tersebut. Tapi, ia harus bertemu dengan beberapa kliennya yang datang ke acara tersebut."Sayang, aku ke sana dulu sebentar. Gak apa-apa kan?" tanyanya memastikan terlebih dahulu."Iya, Mas," jawab Mazaya. Ia lebih dari mampu menghadapi Patricia seorang diri
"Om aku mau es krim yang rasa blueberry. Yang ukurannya besar ya. Terus nanti beli popcorn juga."Askara tampak membuat Malvin dibuat pusing tujuh keliling dengan permintaan bocah laki-laki tersebut yang ternyata begitu banyak ini dan itunya.Berbanding terbalik dengan Melinda saat ini, ia malah senang dengan kata-kata yang keluar dari wajah menggemaskan bocah laki-laki di depan itu dan sama sekali tidak menunjukkan lewat wajah kekesalan atau merasa dibuat pusing dengan tingkah Askara saat ini. Seakan wanita tersebut sudah terbiasa menghadapi yang namanya anak kecil."Hmm, boleh. Boleh banget Aska mau es krim, popcorn atau permen dan bahkan coklat. Tapi ada satu syarat yang harus dilakukan sama Aska," ucapnya yang bernegosiasi dengan Askara saat ini."Apa syaratnya, Tante?" Askara langsung menanggapi ucapan Melinda dan tampak begitu antusias.Dan Melinda pun tak kalah antusiasnya saat ini. "Hmm, syaratnya mudah kok. Askara harus mau makan makanan berat dulu sebelum makan eskrim, mau
[ Aku akan ke rumah sakit nanti untuk membicarakan keputusan kamu itu, Suha ][ Baik, aku tunggu, Mas ]Devan membalas pesan Nasuha secara singkat, lalu langsung dibalas oleh Nasuha di waktu yang sama.Devan memang harus memastikan sendiri dengan menemui istri pertamanya itu di rumah sakit. Selain itu juga ia harus berbicara dengan William untuk memastikan sesuatu. Meskipun pria tersebut sudah mengkhianatinya, tapi dirinya juga harus mengorek informasi dari mantan sekretarisnya."Ada apa, Mas?" Mazaya menghampiri Devan karena suaminya tersebut malah fokus ke layar ponselnya dan tampak begitu serius. Padahal jarang-jarang Devan bersikap seperti itu dengan benda pipih tersebut, kecuali memang ada hal yang begitu penting.Devan menoleh, lalu menyimpan ponselnya itu ke saku jasnya kembali."Oh tadi ada beberapa laporan dari divisi lain, mengenai acara yang sebentar lagi dilangsungkannya," jawab Devan yang terpaksa berdusta kepada Mazaya, ia akan membicarakan tentang Nasuha usai acara di m
Mazaya menghela nafasnya panjang karena Devan tak kunjung mengatakan, hal yang paling diinginkannya.Bukan tanpa alasan, sang suami malah mendadak sakit perut dan katanya harus ke toilet. Lalu Mazaya bisa apa saat ini, selain menunggu Devan selesai dengan urusannya."Jangan lama-lama ya, Mas. Aku tinggal tidur nanti," seru Mazaya dari balik pintu kamar mandi. Ia bahkan saat ini sudah berganti pakaian tidur, itu karena merasa tidak nyaman dengan memakai lingerie dan khawatir sewaktu-waktu Askara terbangun dan mengetuk pintu kamar mereka"Iya, gak akan lama. Ini sebentar lagi selesai kok," sahut Devan dari dalam kamar mandi.Sambil menunggu Devan, Mazaya memutuskan membuka laptopnya untuk memeriksa jadwal kegiatan di kantor besok. Di mana akan diadakan event peragaan busana di mall dengan tujuan untuk amal, meskipun sempat terjadi insiden. Tapi, acaranya masih harus berlangsung sesuai dengan jadwal."Oke, gak ada masalah kayaknya. Semuanya juga sudah lapor di bagiannya masing-masing ...
Patricia baru saja keluar dari ruangan Nasuha dirawat dengan senyuman tipis, lalu melanjutkan perjalannya sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya."Iya, ini aku Patricia. Aku baru saja bertemu dengan Nasuha, sesuai dengan permintaan kamu. Sebaiknya kamu secepatnya ke sini dan bawa dia pulang."Usai berbicara dengan seseorang di telepon, Patricia menutup panggilan tersebut. Kemudian kembali tersenyum tipis dan melangkah kakinya keluar dari rumah sakit tersebut.Patricia teringat pertemuannya dengan Nasuha, yang mana wanita tersebut adalah istri pertama dari Devan. Ia sudah mengetahui banyak tentang Nasuha selama ini."Siapa kamu dan apa maksud tujuan kamu ke sini?" Itulah hal pertama yang dikatakan oleh Nasuha, ketika bertemu pertama kali dengan Patricia. Ia sama sekali tidak mengenali wanita tersebut dan tiba-tiba datang menjenguknya.Patricia mengulas senyumnya. Ia sudah menebak, jika sikap Nasuha memang tidak akan seramah yang diharapkannya."Aku Patricia. Dulu aku pacarnya De