Beranda / Rumah Tangga / Mengandung Anak Majikan / Mencari Pengantin Pengganti

Share

Mencari Pengantin Pengganti

Penulis: Aisyah Enha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-21 13:27:35

Mengandung Anak Majikan

Bab: 2 Mencari Pengantin Pengganti

Dengan beban pikiran yang menggunung dan tubuh yang lunglai, Samudra pulang ke rumahnya.

Pikiran Samudra benar-benar kalut, saat kakinya hendak melangkah ke dalam rumah yang terlihat ramai oleh saudara-saudaranya yang telah datang dari jauh. Bahkan ada Paman Surya--Adik ibunya--yang datang dari Sulawesi, khusus untuk menghadiri pernikahannya lusa.

"Loh, Sam, dari mana? Bukannya kamu lagi dipingit?" Paman Surya yang sedang duduk di teras rumah, dikagetkan dengan kedatangan Samudra.

"Ada perlu sebentar tadi, Paman," jawab Samudra singkat dan dengan cepat ia berlalu dari hadapan pamannya tersebut.

Saat langkah kaki Samudra menapaki anak tangga untuk menuju kamarnya di lantai 2, sang ibu cepat mengekor di belakangnya.

"Kamu itu gimana, toh, Sam. Udah berapa kali Ibu bilang, kamu itu lagi dipingit! Jadi jangan ke luar rumah terus," omel Nyonya Hapsari.

Samudra menarik tangan ibunya untuk cepat memasuki kamarnya.

"Bu, ada yang mau Sam bicarakan." Setelah Samudra menutup pintu kamarnya, ia mengajak ibunya duduk di tepi kasur.

"Mengenai apa?" tanya perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu.

Samudra mendesah, seolah ingin mengeluarkan beban yang sangat berat yang menghimpit dadanya. Pandangannya luruh ke lantai, seiring mata yang mulai berkabut.

Nyonya Hapsari memandang gerak gerik anak sulungnya itu dengan heran, "Sam, kamu kenapa?"

Samudra bingung mau menjawab. Ia takut, jika nanti bicara yang sesungguhnya tentang Vanilla, akan terjadi apa-apa dengan ibunya. Akan tetapi, jika ia tidak mengatakan sesungguhnya, maka itupun sebuah kesalahan yang lebih fatal lagi.

"Kenapa diam saja, Sam?" desak Nyonya Hapsari.

"Bu, Vanilla ... Vanilla ...." Kegugupan jelas terbaca dari nada suara Samudra.

"Vanilla kenapa?" Nyonya Hapsari semakin tak sabar dengan kegugupan Samudra.

"Dia pergi jauh, Bu."

"Pergi jauh? Maksud kamu apa?" Kali ini, Nyonya Hapsari berteriak mulai tak terkendali.

"Samudra juga nggak tahu dia pergi ke mana. Yang jelas dia sengaja pergi jauh dan tak akan datang di hari pernikahan lusa, Bu." Samudra tergugu sambil tangannya meremas-remas rambutnya.

Nyonya Hapsari syok seketika. Nafasnya tersengal-sengal, keringat dingin mulai menitik dari keningnya. Sementara itu, tangannya memegangi dada kirinya yang berdenyut nyeri.

"Sam ... Sam ...." ucapnya terbata-bata sambil terus merasakan nyeri yang sangat di dada kirinya.

Samudra bingung dan panik melihat keadaan ibunya yang tiba-tiba tergelepar di atas kasur.

Dengan cepat, Samudra berlari ke luar kamar lantas berteriak memanggil siapa saja yang ada di bawah, "Ayah, Paman, Bibi, Pakdhe, Eyang putri, Lintang ... cepat ke sini, Ibu pingsan!"

Semua anggota keluarga yang mendengar teriakan Samudra, langsung berlari cepat mendatanginya.

"Ada apa, Sam?" tanya Tuan Danureja--Ayah Samudra--menerobos masuk kamar anaknya.

Demi melihat keadaan sang istri, Tuan Danureja pun lantas cepat memerintahkan Samudra mengambil kotak obat yang ada di kamar ibunya.

*

Keadaan Nyonya Hapsari telah membaik, begitu meminum obat yang memang selalu tersedia yang telah diresepkan dokter untuknya.

Hampir semua keluarga dan saudara dekat telah berkumpul di kamar Samudra, karena mengkhawatirkan keadaan Nyonya Hapsari. Kini, mereka telah bisa bernafas lega kembali.

Nyonya Hapsari terlihat menangis sesenggukan, menjadikan tanda tanya besar bagi semua yang melihatnya.

"Ada apa, Hapsari?" tanya Eyang Putri dengan suara seraknya.

"Mbak, jawab dulu, nangisnya nanti saja," timpal Surya, adik Hapsari.

"Samudra, jelaskan semuanya kepada mereka!" perintah Nyonya Hapsari sambil terisak.

Kini, semua mata tertuju pada sosok Samudra yang berdiri di pojokan kamar dengan pikirannya yang kalut. Kepalanya tertunduk dalam, berat untuk mengungkapkan kenyataan yang harus dihadapinya.

"Samudra, kami semua menunggu penjelasan darimu!" Suara tegas dan berwibawa dari Tuan Danureja memenuhi ruangan.

"Vanilla menghilang, Yah." Singkat, Samudra menjawab dengan pasrah.

Semua orang terperangah menatap Samudra. Ada tanda tanya besar di tiap kepala yang berada di ruangan itu.

Tak pelak, Tuan Danureja yang tadinya masih tenang dan sabar, menjadi kaget mendengar pernyataan Samudra. Ia ingin sekali tak mempercayainya, tapi apa daya, pendengarannya masih sehat dan sempurna untuk berandai-andai menolak apa yang telah didengarnya barusan.

"Ayah peringatkan kamu, jangan bercanda dan main-main dengan ucapanmu!" Ancam Tuan Danureja.

Samudra mengangkat wajahnya, lalu menjawab, "Samudra tidak bercanda, Yah."

Brak.

Tuan Danureja menggebrak lemari kayu yang ada di sampingnya. Nyonya Hapsari kaget mendengarnya, ditutupnya kedua telinganya juga matanya, masih sambil seenggukan.

Begitu pun dengan semua orang yang sedang berjubel di kamar Samudra. Wajah mereka semua terlihat tegang.

"Sudah kamu cari dia ke mana-mana?" tanya Tuan Danureja yang dijawab anggukan Samudra.

"Nomor HP Samudra sudah diblokir oleh Vanilla, sejak dia mengatakan telah pergi jauh dan tidak akan datang di saat akad nikah lusa, Yah."

"Bang*at. Dasar perempuan murahan." Teriak Tuan Danureja meluapkan kemarahannya. Reflek, tangannya menghantam cermin yang ada di lemari itu.

Pyar.

Pecahan kaca berhamburan jatuh ke lantai, sehingga menimbulkan suara berdencah mengiris hati. Nyaris semua orang berteriak kaget melihat kejadian itu.

Telapak tangan Tuan Danureja mengeluarkan darah karena terkena pecahan kaca.

"Mau kutaruh di mana mukaku ini, Sam? Semua undangan telah disebar. Semua orang telah tahu bahwa lusa adalah hari pernikahanmu. Tapi, tapi ... apa yang telah kau perbuat ini? Biadab kalian mau melemparkan kotoran ke muka kami." Seperti Banteng yang sedang terluka, Tuan Danureja berteriak dan memaki anak sulungnya itu.

Suasana semakin panas dan tak terkendali. Surya dan Adi--kakak tertua dari Tuan Danureja--berusaha menenangkan kemarahan Tuan Danureja.

"Sabar, Danu. Cukupkan dulu amarahmu. Mari kita pikirkan sama-sama jalan keluarnya. Jika kamu terus-terusan meluapkan kemarahan, justru tak akan membuat masalah selesai," bujuk Adi memegangi tangan Tuan Danureja yang masih mengucurkan darah segar.

Setelah duduk dan minum air putih, terlihat sedikit surut emosi Tuan Danureja tadi yang tersulut.

Telapak tangannya pun kini telah diberi obat merah dan diperban.

Mereka kini berpindah ke ruang keluarga yang lebih luas untuk mencari jalan keluar dari permasalahan rumit yang tiba-tiba menghimpit keluarga tersebut.

"Apa pun yang terjadi, pernikahan Samudra harus tetap dilangsungkan. Dengan atau tanpa perempuan lak*at itu," tegas Tuan Danureja.

"Iya, harus. Karena aku juga tak mau menanggung malu dari cemoohan semua orang," timpal Nyonya Hapsari yang duduk di samping suaminya.

"Berati, dengan kata lain, kita harus segera mencari calon pengantin wanita sebagai pengganti Vanilla." Surya berucap, yang disambut anggukan oleh semua yang berada di ruang keluarga tersebut.

"Masalahnya sekarang, siapa perempuan yang mau tiba-tiba menjadi calon istri Samudra dalam waktu yang sangat sempit begini?" timpal Adi.

Semua orang kini terlibat diskusi yang seius mencari-cari nama yang akan menjadi kandidat pengantin pengganti. Mulai dari sepupu, kenalan, atau teman-teman perempuan Samudra.

Bab terkait

  • Mengandung Anak Majikan   Menikahi Anak Pembantu

    Mengandung Anak MajikanBab 3: Menikahi Anak PembantuEyang Putri, Surya, Adi, semua Bibi, Paman, dan sepupu Samudra, masing-masing mengusulkan nama untuk calon pengantin wanita pengganti."Angela, 24 tahun, S1 managemen bisnis. Cantik dan bekerja di Bank. Gimana, Sam?" usul Adi sambil memperlihatkan foto seorang gadis di layar HP-nya."Paman, yakin gadis secantik itu belum punya pasangan?" Samudra balik bertanya kepada sang paman."Dengar-dengar, sih, emang dia sudah ada gandengan. Tapi, apa salahnya kita coba hubungi dulu, sih?" Adi mencoba meyakinkan Samudra, setelah 8 profile perempuan dengan kualifikasi High Quality Jomlo diusulkan satu per satu oleh semua saudara yang sedang rapat darurat itu.Samudra masih tak tertarik untuk membahasnya. Konsentrasinya masih saja tertuju hanya pada Vanilla. Andai perempuan cantik itu tak pergi meninggalkannya, pasti tak kan pernah ia terbelit dalam masalah yang serumit ini. Kepala Samudra semakin berat dan berputar-putar. Tak jauh berbeda deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Mengandung Anak Majikan   Tekanan Batin Shafira

    Mengandung Anak MajikanBab 4: Tekanan Batin ShafiraShafira tergugu di kamarnya yang sederhana. Permintaan Tuan Danureja padanya untuk mau menikah dengan Samudra ibarat buah simalakama. Jika ia menyanggupinya, ia tahu konsekuensi yang akan diterimanya sebagai istri dan menantu yang tak diharapkan di keluarga itu. Begitupun sebaliknya, jika ia menolak, maka keluarga besar Tuan Danureja akan menganggapnya sebagai orang yang tak tahu balas budi."Mungkin ini waktu yang tepat untuk kita membalas budi baik dari keluarga Tuan Danureja, Nduk!" Mbok Jum mencoba menenangkan hati anak bungsunya itu."Tapi, Mbok, kehadiran Shafira ditengah keluarga kaya itu pasti hanya akan dipandang sebelah mata saja. Shafira ini kan cuma anak pembantu, sementara mereka adalah majikan kita." Shafira mengusap air mata yang masih mengalir di pipinya.Gadis 20 tahun itu paham betul dengan tabiat Samudra, putra majikan ibunya. Dulu ketika dirinya masih sekolah, ibunya sering mengajak Shafira ke rumah Tuan Danureja

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Mengandung Anak Majikan   Pagar Ayu Yang Terenggut

    Mengandung Anak MajikanBab 5: Pagar Ayu yang Terenggut"Pekerjaan rendah. Memalukan!" Samudra berteriak hingga terlihat menonjol urat-urat lehernya. Terlihat sekali ia sedang dikuasai amarah.Shafira terlonjak kaget mendengar teriakan keras Samudra, disusul suara meja yang digebrak oleh kepalan tangan Samudra yang kokoh. Tumpukan piring kotor yang masih berada di atas meja pun hampir berhamburan jatuh."Kamu resign detik ini juga!" perintah Samudra sambil jarinya menunjuk tepat di muka Shafira.Wajah Shafira pucat pasi. Badannya gemetaran. Ia tak berani menatap mata Samudra yang menyalak garang.Mendengar kegaduhan yang terdengar dari ruang makan, Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari cepat-cepat mendatangi mereka."Ada apa, Samudra? Kenapa bisa ada keributan pagi-pagi begini? Bahkan teriakanmu sampai ke mana-mana." Nyonya Hapsari berdiri sambil memperhatikan Samudra, lalu tatapannya berbalik melihat Shafira yang tampak ketakutan."Tanya saja ke mantu Ibu yang miskin itu!" geram Samudra.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Mengandung Anak Majikan   Pulang Ke Rumah

    Mengandung Anak Majikan Bab 6: Pulang ke Rumah"Gimana dengan bayi yang ada dalam rahimku ini, Mbok?" tangis Shafira getir. Tangannya meraba-raba perutnya yang masih belum terlihat perubahan apa pun itu."Sudahlah, Nduk. Kita ini orang kecil, yang hanya bisa berdoa saja pada Allah. Tapi kamu jangan khawatir, ya, Nduk, si mbok akan selalu ada di sampingmu." Mbok Jum--ibunya Shafira--pun kemudian memeluk Shafira erat.Kedua anak beranak itu saling bertangisan di kamar pembantu yang ukurannya hanya 3x3 M, dengan perabotan yang sangat sederhana di dalamnya."Mbok, ayo cepat kita berkemas, sebelum Tuan dan Nyonya mengusir kita." Shafira mengurai pelukan dari ibunya sambil menyeka air mata yang meleleh di pipinya. Lantas, dengan gerakan cepat, mulailah ia memasukkan baju-bajunya ke dalam sebuah tas besar berwarna hitam pudar yang teronggok di sudut kamar.Mbik Jum pun melakukan hal yang dengan Shafira. Perempuan tua itu merasakan kegetiran di hatinya. Bagaimana tidak? Selama 27 tahun ia te

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Mengandung Anak Majikan   Shafira Hamil Muda

    Mengandung Anak MajikanBab 7: Shafira Hamil MudaDengan langkah yang cepat, Mbok Jum meninggalkan Bu Merry sebelum bibir dengan lipstik merah menyala milik Bu Merry berubah menjadi TOA Masjid."Et dah, belagu amat, yak! Jabatan cuma pembokat anak beranak aja pun, ditanya baik-baik malah ngeloyor." Suara cempreng Bu Merry terdengar nyaring, tembus hingga 10 rumah.Mbok Jum dan Shafira yang mendengar olokan Bu Merry, mencoba berlapang dada dan memakluminya.Sebenarnya, jarak rumah Mbok Jum dan Bu Merry lumayan dekat. Hanya selisih tujuh rumah saja. Jadi, mereka sudah terbiasa dengan segala polah tingkah tetangga mereka yang satu itu.Shafira membuka pintu rumah yang telah tiga bulan ditinggalkannya. Hawa pengap menyeruak dari dalam ruangan begitu pintu kayu itu terbuka."Assalamualaikum." Shafira dan Mbok Jum bersamaan mengucap salam ketika memasuki rumah mereka sendiri."Mbok, aku mau bersih-bersih rumah dulu, ya. Mbok istirahat aja dulu, pasti capek, kan?" tanya Shafira yang sigap me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Mengandung Anak Majikan   Munajat Shafira

    Mengandung Anak Majikan 8"Ibu." Teriak Samudra, Lintang, dan Tuan Danureja bersamaan."Aduh, gelas sia^lan, pakai jatuh segala!" umpat Nyonya Hapsari karena gelas yang sudah terisi kopi itu jatuh, pecah, dan berserakan di lantai."Lintang, sini bersihin lantainya dari tumpahan kopi dan beling-beling gelas ini!" perintah Nyonya Hapsari pada anak perempuannya."Nggak mau, ah, Bu. Lintang buru-buru, takut terlambat masuk." Lintang pun cepat berlalu dan pergi menuju kampusnya."Sini, biar aku yang membersihkan. Kamu sana ganti rokmu yang kena tumpahan kopi, Hapsari." sahut Eyang Putri yang segera mengambil gagang pel di dapur.Nyonya Hapsari pun berlalu meninggalkan dapur yang kotor itu.Samudra yang melihat sang nenek akan membersihkan pecahan gelas kopi itu, bergegas masuk ke dapur dan merebut gagang pel dari tangan neneknya."Eyang, biar Samudra aja yang bersihin, ya? Eyang duduk aja lanjutin sarapan," ujar lelaki berparas tampan itu yang sigap membersihkan sisa kekacauan yang dibuat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Mengandung Anak Majikan   Tetangga Over Kepo

    Mengandung Anak Majikan 9Badan Shafira yang semakin hari semakin kurus itu, perlahan jatuh melorot ke lantai di depan kamar mandi. Tak ada yang menolongnya, karena sang ibu baru saja pergi meninggalkannya ke warung makan padang Salero Kito sebagai tukang cuci piring di sana.Tak lebih dari 30 menit, kesadaran Shafira kembali lagi. Ia mengerjapkan kedua matanya yang tertimpa sinar mentari pagi yang menerobos masuk melalui celah dinding dapur. Pelan, ia bangkit dari lantai dan duduk."Astaghfirulloh," gumamnya pelan meminta ampunan dari Tuhan. Tangannya memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia mencoba mengingat-ingat, mengapa sampai ia berada di depan kamar mandi dalam keadaan terkapar."Oh, iya, aku tadi pingsan setelah muntah-muntah." Shafira menjawab sendiri pertanyaan batinnya.Ting ... ting ... ting"Sabu ... sabu ... sarapan bubur. Bubur ayamnya ibu-ibu, tante-tante. Ayo dibeli."Terdengar suara nyaring seorang penjual bubur ayam di luar rumah yang biasa berkeliling. Seketika, t

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Mengandung Anak Majikan   Praduga Bu Merry

    Mengandung Anak Majikan 10Hoek.Terdengar suara orang yang sedang mual dari dalam sebuah rumah. Dan rumah itu adalah rumah Shafira."Eh, Bu Atun ... Bu Atun, tuh, denger nggak?" Bu Merry menajamkan cuping telinganya yang lebar itu."Iya, denger. Orang muntah, kan?" sahut Bu Atun melihat sekelilingnya."Sst, kayaknya, suaranya dari dalam rumah Shafira, deh." Bu Merry bergumam, kakinya melangkah memasuki halaman rumah Shafira.Baru saja Bu Merry hendak mengetuk pintu rumah Shafira, seorang anak laki-laki kecil umur 6 tahun meneriakinya, "Mami, lama amat sih beli buburnya. Babe udah marah-marah tuh, nungguin buburnya nggak dateng-dateng.""Elah, Tong, gagalin investigasi Mami aja, Lu," omel Bu Merry sambil menjewer anak lelakinya itu."Hua ... sakit, Mami!" teriak anak itu sambil menangis dan berlari kabur dari hadapan ibunya.Mamang bubur terkekeh melihat pemandangan lucu di pagi hari itu. Begitu pun Bu Atun."Yee ... malah diketawain. Udah, ah, Bu Atun. Saya pulang dulu. Udah ditunggu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30

Bab terbaru

  • Mengandung Anak Majikan   Pertemuan Kembali

    Mengandung Anak Majikan 32"Gimana kondisi kaki anak saya ini, Dok?" tanya Nyonya Hapsari saat dokter visit ke ruang rawat inap pasien malam itu."Setelah melihat hasil rontgent, ternyata ada retak sedikit di pergelangan kakinya, Bu. Jadi tidak terlalu parah." Dokter yang mengenakan lab jas putih tersebut menjelaskan kondisi kaki Samudra kepada orang tuanya.Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan dari dokter."Baik lah, Bapak dan Ibu, selama Samudra mengikuti prosedur perawatan yang sudah diatur, insyaa Alloh keadaan kakinya nanti akan pulih seperti sedia kala lagi," ucap dokter tersebut."Terima kasih banyak atas penjelasaanya, Dok." Tuan Danureja menjabat tangan sang dokter sebelum ia meninggalkan ruangan Samudra.Tuan Danureja menghela napas lega setelah dokter itu berlalu."Untung nggak parah, Sam. Kamu bikin jantungan Ibu saja. Besok-besok kalau mau betangkat kerja, Ibu bawain bekal aja dari rumah," repet Nyonya Hapsari."Samudra bukan anak

  • Mengandung Anak Majikan   Nama Bayi Shafira

    Mengandung Anak Majikan 31"Tuan Danureja sama Nyonya Hapsari kenapa jalannya terburu-buru seperti itu, ya? Apa jangan-jangan anak beliau ada yang sakit di sini? Tapi siapa?" Sambil bersembunyi di sebuah tiang besar, Mbok Jum bertanya-tanya pada dirinya sendiri."Kalau ada Tuan dan Nyonya di sini, berarti ada Warso juga. Wah, aku mesti hati-hati ini, jangan sampai salah satu dari mereka ada yang melihatku di sini," gumam Mbok Jum.Setelah Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari tak terlihat lagi dari pandangan mata Mbok Jum, maka ia pun meneruskan langkahnya menuju kantin yang berjarak tinggal beberapa langkah lagi di depannya itu."Teh hangat dua ya, Bang," pesan Mbok Jum kepada penjaga kantin. Ia pun mengambil satu pack roti sobek manis, dua buah arem-arem, dan satu botol air mineral berukuran besar."Berapa semuanya, Bang?" Penjaga kantin itu menghitung semua belanjaan Mbok Jum, lalu berkata, "Total semuanya 36.000, Bu."Mbok Jum mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu. Setelah mendap

  • Mengandung Anak Majikan   Keharuan Shafira

    Mengandung Anak Majikan 30Orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar kejadian tabrakan itu, cepat mengerumuni Samudra dan si pengendara motor yang sama-sama terjatuh ke aspal karena insiden tabrakan tersebut.Samudra meringis kesakitan sambil memegangi lutut dan pergelangan kakinya. Sementara itu, si pengendara motor langsung berdiri dan menghampiri Samudra."Hei, pakai mata dong kalau mau nyebrang. Nggak maen nyelonong aja kayak kerbau!" maki si pengendara motor yang ternyata adalah seorang pemuda seumuran Samudra."Kerbau matamu! Kau itu yang ngebut nggak lihat-lihat ada orang mau nyebrang!" Samudra ganti memaki, tak mau kalah.Cuaca siang yang sangat panas menyengat kulit, semakin membuat panas hati dengan adanya cek cok di pinggir jalan yang ramai penuh polusi dari asap knalpot kendaraan."Nyolot Lu, ya!" si pengendara motor itu tahu-tahu mencengkeram kerah baju Samudra. Tangan kanannya terkepal hendak menghantam tubuh Samudra. Beruntung ada beberapa dari kerumunan orang i

  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Tertabrak

    Mengandung Anak Majikan 29Mbok Jum terdiam. Ia belum tahu maksud pembicaraan dari Suster itu."Kuning, kunig gimana maksudnya, Sus?" tanya Mbok Jum."Cucu Nenek mengalami bayi kuning, Nek." Suster tersebut menjeda katanya, "hal ini disebabkan karena cucu Nenek itu kurang cairan.""Terus, gimana Sus?" tanya Mbok Jum terlihat bingung."Sekarang dia masuk inkubator dan disinar Nek. Apakah ibu si bayi sudah bisa ke sini, Nek?""Saya belum tahu, Sus. Dia masih ada di rumah Bidan Nurlela sekarang.""Kalau dia sudah sehat dan bisa ke sini, kabari langsung, Nek. Karena si bayi ini akan cepat pulih kalau dia mendapat ASI dari sang ibu.""Oh gitu ya. Ya udah, saya telpon dulu anak saya itu ya, Sus." Mbok Jum pun meninggalkan Suster itu untuk menghubungi Shafira."Halo, Nduk." Suara Mbok Jum memburu."Halo. Si mbok, ada apa?" jawab Shafira di ujung telpon."Kamu udah sehat belum?""Hmm ... saya tanya Bu Bidan dulu ya, Mbok.""Cepetan ya, ini si mbok lagi minjem HP punya pak sekuriti rumah sakit

  • Mengandung Anak Majikan   Bayi Shafira Kuning

    Mengandung Anak Majikan 28"Kalau boleh tahu, Ibu ini siapanya si adek bayi, ya?" tanya dokter anak."Saya neneknya, Bu Dokter. Ibunya si bayi masih ada di rumah Bu Bidan, karena masih belum pulih kesehatannya sehabis melahirkan tadi pagi, Bu dokter," jawab Mbok Jum secara rinci."Oh, baik. Saya mengerti, Ibu. Saya lanjutkan lagi penjeladan tentang kondisi bayinya ya, Bu. Jadi, bayinya ini kan berat lahirnya di bawah normal, oleh karena itu secepatnya kita ambil tindakan untuk merawatnya di Intensive Care selama beberapa hari."Dokter anak tersebut memberikan penjelasan secara rinci kepada Mbok Jum. Sesekali, Mbok Jum mengangguk-angguk tanda mengerti. Kemudian, ia pun keluar dari ruang praktek dokter setelah sesi konsultasi mengenai kondisi sang cucu."Suster, boleh nggak saya melihat cucu saya di dalam?" tanya Mbok Jum bertanya kepada seorang suster jaga yang sedang menatap layar komputer di mejanya.Perawat jaga itu menghentikan aktifitasnya sejenak dari depan layar komputer, lalu

  • Mengandung Anak Majikan   Dirujuk Ke Rumah Sakit

    Mengandung Anak Majikan 27"Karena berat badan bayi sangat rendah, maka dia rentan terhadap penyakit, Bu. Oleh karena itu, saya sarankan agar dibawa ke rumah sakit, agar mendapat pemeriksaan medis secara menyeluruh dari dokter anak, Bu," ujar Bidan Nurlela memberikan saran.Mbok Jum terlihat memahami apa yang disampaikan oleh Bidan Nurlela barusan. Tapi, nampaknya ia ragu karena memikirkan biaya rumah sakit yang pastinya mahal."Hmm ... kira-kira biaya rumah sakitnya mahal nggak, Bu Bidan?" tanya Mbok Jum sambil memandangi cucunya yang dibaringkan di dalam box bayi di samping bed Shafira."Shafira punya kartu BPJS?" Bidan Nurlela menatap Shafira."Nggak punya, Bu," jawab Shafira lirih.Bidan Nurlela tampak berpikir sejenak."Jadi, gimana ini, Bu? Bayinya dirawat sendiri aja atau mau gimana?" Bidan Nurlela pun ragu dengan pertanyannya sendiri.Mbok Jum mendekati Shafira, lalu bertanya, "Gimana, Nduk? Kita bawa ke rumah sakit nggak bayinya?""Daripada nanti kenapa-napa, lebih baik kita

  • Mengandung Anak Majikan   Shafira Melahirkan Prematur

    Mengandung Anak Majikan 26"Astaghfirulloh, Shafira ... ada apa, Nduk?" Mbok Jum berlari menghampiri Shafira yang panik. Kue yang sedang disusun tak sengaja ia lempar begitu saja karena gugup.Mbok Jum mendapati Shafira yang sedang merintih kesakitan sambil duduk di kursi dapur. Sementara itu, rok bawahan Shafira terlihat basah."Mbok, perut Shafira sakit sekali," rintihnya dengan wajah tegang."Ya Allah, ini sepertinya udah pecah ketubannya. Kamu mau melahirkan Nduk. Padahal kan baru tujuh bulan. Aduh ... gimana ini?" Mbok Jum semakin panik. Sejenak, ia tak tahu harus berbuat apa karena sedang dikuasai oleh kepanikan."Aduh ...." Shafira meringis lagi, sehingga menyadarkan Mbok Jum bahwa ia harus cepat bergerak untuk menolong anaknya itu."Nduk, kamu nyimpan nomor telpon Pak Karman yang punya penyewaan mobil itu kan?" tanya Mbok Jum."Iya, Mbok, ada.""Cepat telpon Pak Karman, Nduk. Suruh cepat dia ke sini buat ngantar kita ke Bidan.""HP-nya ada di kamar, tolong ambilkan, Mbok." Sha

  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Kecele

    Mengandung Anak Majikan 25Warso tertunduk diam. Mau jawab salah, nggak jawab pun pasti salah. Begitu menurutnya."Jawab, So!" ujar Samudra seperti tak sabar."Anu, Den, ehm ....""Ngomong yang jelas, So. Jangan bikin aku penasaran!" desak Samudra."Sebenarnya, saya ... saya udah diwanti-wanti sama Tuan Danureja untuk tidak menghubunginya lagi, Den." Warso akhirnya berkata jujur."Apa alasannya?" Samudra mengerutkan dahinya."Saya nggak tahu, Den. Tuan Danureja hanya bilang begitu ke saya. Kalau Den Samudra mau tahu alasannya, sebaiknya tanya langsung sama beliau." Warso menunduk lagi.Samudra urung pergi ke rumah Shafira. Pasti ada alasan kuat dibalik perintah larangan oleh ayahnya itu. Maka ia pun segera menuju ruang kerja sang ayah.Tiba di ruangan sang ayah, Samudra langsung mendudukkan pantatnya di kursi empuk tepat di depan Tuan Danureja."Sam? Bukan kah ada meeting dengan client sebentar lagi? Kenapa malah ke sini?" tanya Tuan Danureja menatap Samudra.Samudra memgembuskan nafa

  • Mengandung Anak Majikan   Mencoba Hal Baru

    Mengandung Anak Majikan 24Samudra menoleh ke belakang mobil begitu Warso menyebut bahwa ia melihat Mbok Jum dan Shafira terlihat di halte. Samudra celingukan mencari sosok mereka dari balik kaca mobil."Mana, So, kamu bilang tadi melihat mereka?" tanya Samudra yang duduk di belakang Warso."Tadi ada, Den. Dekat halte," jawab Warso."Menepi dulu, aku mau menemui mereka!" perintah Samudra kepada sopirnya itu.Warso mencari ruang kosong di pinggir jalan untuk menghentikan mobilnya.Samudra bergegas keluar dari mobil, lantas berjalan menuju halte yang telah terlewati beberapa meter di belakangnya.Di saat yang bersamaan, sebuah bis kota datang dari arah berlawanan dan berhenti di halte. Shafira dan Mbok Jum segera naik ke dalam bis kota itu. Beberapa penumpang lain pun tampak memasuki bis berbadan besar itu. Pintu bis kota tertutup kemudian melaju meninggalkan halte.Samudra berlari-lari kecil mengejar bis kota itu, akan tetapi sayangnya bis itu telah melaju pergi sebelum Samudra sampai

DMCA.com Protection Status