Home / Rumah Tangga / Mengandung Anak Majikan / Pagar Ayu Yang Terenggut

Share

Pagar Ayu Yang Terenggut

Author: Aisyah Enha
last update Last Updated: 2023-08-21 13:28:05

Mengandung Anak Majikan

Bab 5: Pagar Ayu yang Terenggut

"Pekerjaan rendah. Memalukan!" Samudra berteriak hingga terlihat menonjol urat-urat lehernya. Terlihat sekali ia sedang dikuasai amarah.

Shafira terlonjak kaget mendengar teriakan keras Samudra, disusul suara meja yang digebrak oleh kepalan tangan Samudra yang kokoh. Tumpukan piring kotor yang masih berada di atas meja pun hampir berhamburan jatuh.

"Kamu resign detik ini juga!" perintah Samudra sambil jarinya menunjuk tepat di muka Shafira.

Wajah Shafira pucat pasi. Badannya gemetaran. Ia tak berani menatap mata Samudra yang menyalak garang.

Mendengar kegaduhan yang terdengar dari ruang makan, Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari cepat-cepat mendatangi mereka.

"Ada apa, Samudra? Kenapa bisa ada keributan pagi-pagi begini? Bahkan teriakanmu sampai ke mana-mana." Nyonya Hapsari berdiri sambil memperhatikan Samudra, lalu tatapannya berbalik melihat Shafira yang tampak ketakutan.

"Tanya saja ke mantu Ibu yang miskin itu!" geram Samudra.

"Shafira?" Nyonya Hapsari menaikkan dagunya di hadapan sang mantu, ingin meminta penjelasan.

"Sa ... saya ... mm ... mau ...." Suara Shafira tersendat, sedetik kemudian suara itu berubah menjadi isakan.

"Duduk dulu, Shafira. Sini minum dulu, biar perasaanmu sedikit tenang." Eyang Putri menggamit lengan Shafira agar duduk di dekatnya.

Shafira menerima gelas berisi air yang disodorkan Eyang Putri, lantas meminumnya hingga tandas tak bersisa.

"Bisa kamu jelaskan apa yang sudah terjadi, Shafira?" tanya Tuan Danureja penuh wibawa.

Setelah Shafira sedikit tenang, ia pun menjawab, "Den Samudra marah karena mengetahui kalau saya mau berangkat kerja sebagai kasir di mini market, Tuan. Dia menyuruh saya resign."

"Ya pantas saja Samudra marah. Masa iya, kamu masih harus jadi karyawan rendahan begitu." Nyonya Hapsari mencibir dan memiringkan senyumnya.

"Ja ... jadi, saya harus gimana, Nyonya?"

"Loh, pakai nanya. Ya resign lah. Malu-maluin aja kamu ini," jawab Nyonya Hapsari ketus.

"Hmm ... kalalau saya resign, terus saya mau ngapain di rumah Nyonya?" Tanya Shafira lagi.

"Masak, nyuci piring, nyapu, ngepel, nyuci baju, dan banyak lagi yang bisa kamu kerjain. Hitung-hitung kamu bisa membantu meringankan tugas ibumu yang sudah mulai lemot karena makin tua itu!"

Perkataan Nyonya Hapsari sangat jelas di telinga Shafira. Sepatah kata pun, Shafira tak berani membantahnya.

Mbok Jum memeluk tubuh Shafira sambil menitikkan air mata, saat mereka sedang membersihkan dapur. Mbok Jum melihat semua kejadian itu. Dan hatinya pun ikut sedih.

"Nggak papa, Mbok. Insyaa Alloh Shafira kuat menghadapinya untuk tiga bulan mendatang. Sesudah itu, Shafira kembali hidup normal lagi," ujar Shafira mencoba menenangkan hati perempuan yang telah melahirkannya itu.

Maka, hari-hari pun dilalui Shafira dengan penuh kelelahan. Mulai dari sikap dingin dan kasar Samudra, hinaan dan ejekan Lintang, hingga intimidasi Nyonya Hapsari.

Hanya Eyang Putri saja yang bersikap lunak kepada Shafira. Juga Tuan Danureja yang memilih bersikap objektif dalam segala hal.

*

Shafira merasakan beban mental yang dipikulnya sangat berat. Ia memahami bahwa pernikahannya adalah sandiwara saja. Ia juga memahami perbedaan kelas antara dirinya dengan keluarga sang majikan. Namun, sebagai manusia yang normal, jauh dalam lubuk hatinya ia pun ingin mendapatkan perlakuan yang baik dari mereka.

Tak berbeda jauh dengan Shafira, sebenarnya Samudra pun sangat tertekan menjalankan pernikahan itu. Cinta matinya kepada Vanilla, selalu menghantui pikirannya.

Malam itu, Samudra pulang sangat larut malam dan dalam keadaan mabuk berat. Ia memasuki rumah dipapah oleh sopirnya hingga ke kamarnya.

Suasana kamar yang temaram, membuat pandangan matanya menjadi begitu kabur. Ia melihat sosok Shafira yang tertidur di atas karpet, seolah-olah adalah Vanilla yang sangat dirindukannya.

Berbotol-botol alkohol yang ditenggaknya telah membuat kerja otaknya menjadi kacau.

"Den Samudra mau apa?" tanya Shafira gemetaran takut karena satu demi satu pakaiannya dilepas secara kasar oleh Samudra.

Bibir Samudra dengan kasar memagut bibir Shafira. Tangannya mulai menjamahi tubuh mungil perempuan berwajah manis itu.

"Jangan, Den." Shafira berusaha berontak dan mendorong tubuh Samudra untuk menjauhinya.

Samudra menyeringai dan mencengkeram kuat lengan Shafira. Nafasnya yang berbau menyengat itu semakin memburu mencumbu Shafira yang tubuh langsingnya terkunci dibawah himpitan badan Samudra yang kekar.

Shafira menangis sambil merasakan rasa perih yang sangat di bagian intimnya. Untuk yang pertama setelah sebulan hidup seatap, pagar ayunya berhasil didobrak oleh sang suami. Celakanya, hal itu dilakukan saat Samudra sedang tak sadar.

*

"Shafira, kamu tahu kenapa kamu duduk di hadapan saya?" Pagi itu, Tuan Danureja memanggil Shafira ke ruang kerjanya.

"Tahu, Tuan," jawab Shafira.

"Bagus kalau sudah tahu. Hari ini, tepat tiga bulan kamu menikah dengan Samudra. Itu berarti, perjanjian kalian sudah berakhir, " Tuan Danureja menjeda kata, ia menyesap kopi yang masih mengepul di cangkir hitam, " Perceraian kalian sudah diurus oleh kuasa hukum kami."

Shafira menegakkan kepalanya. Ia memandang ke manik Tuan Danureja, "Ma ... maaf, Tuan. Saya mau mengatakan sesuatu kepada Tuan."

"Tentang apa?" Dahi Tuan Danureja berkerut, "Apakah uang yang kuberikan untukmu sebagai ucapan terima kasih itu masih kurang?"

Shafira diam. Ia ragu sendiri dengan apa yang ingin diungkapkannya. Bulan ini, ia tak mendapatkan haidnya. Dan ketika ia memeriksakan diri ke bidan, ternyata ia dinyatakan hamil.

"Kenapa diam?" Desak Tuan Danureja tak sabar.

"Sa ... saya ... ha-mil." Akhirnya sebuah pengakuan keluar dari mulut Shafira.

Bak disambar petir, Tuan Danureja terlonjak dari duduknya.

"Kamu mengada-ada saja, kan?"

Shafira menggeleng, "Saya hamil 6 minggu, Tuan."

"Mana mungkin Samudra mau menyentuhmu? Atau, ini hanya akal-akalanmu agar Samudra tak menceraikanmu?" Suara lelaki paruh baya itu menguat dan naik beberapa oktaf.

Lantas dengan singkat, Shafira menceritakan kejadian malam di mana Samudra dalam keadaan mabuk berat. Ia pun menunjukkan tes kehamilan yang bergaris merah dua.

Tuan Danureja mendengkus kesal. Matanya memerah menahan gejolak amarah di dadanya.

"Apa pun yang terjadi, hari ini kamu harus keluar dari rumahku. Dan ingat, hanya aku saja yang boleh tahu tentang kehamilanmu ini." Ancam Tuan Danureja yang kemudian menambahkan segepok uang lagi ke dalam tas Shafira.

"Tapi, Tuan, bagaimana dengan nasib bayi saya nanti?" Shafira memberanikan diri bertanya kepada Tuan Danureja.

"Kamu pikir, aku akan percaya begitu saja dengan pengakuanmu itu?"

"Kenapa Tuan nggak percaya sama saya?"

"Bisa saja kamu hamil dengan lelaki lain, kan? Tapi karena ingin menutup aibmu, kamu ngarang cerita bahwa Samudra sedang mabuk?" tuduh Tuan Danureja untuk memojokkan Shafira.

"Demi Alloh, saya berkata apa adanya, Tuan!" tegas Shafira. Bagaimanapun, ia tak terima dengan tuduhan hina dari lelaki itu.

"Sudah cukup, Shafira. Cepat kamu kemasi barang-barangmu dari sini dan pergi, jangan pernah menampakkan batang hidungmu lagi!" usir Tuan Danureja penuh kemarahan.

Rupanya, bukan hanya Shafira saja yang harus angkat koper dari rumah megah itu. Akan tetapi, Mbok Jum juga diberhentikan setelah hampir 27 tahun mengabdi sebagai pembantu di situ.

Shafira tak tahu harus bagaimana. Ia bingung dengan masa depannya nanti. Terlebih, dengan masa depan bayi yang ada dalam rahimnya.

Related chapters

  • Mengandung Anak Majikan   Pulang Ke Rumah

    Mengandung Anak Majikan Bab 6: Pulang ke Rumah"Gimana dengan bayi yang ada dalam rahimku ini, Mbok?" tangis Shafira getir. Tangannya meraba-raba perutnya yang masih belum terlihat perubahan apa pun itu."Sudahlah, Nduk. Kita ini orang kecil, yang hanya bisa berdoa saja pada Allah. Tapi kamu jangan khawatir, ya, Nduk, si mbok akan selalu ada di sampingmu." Mbok Jum--ibunya Shafira--pun kemudian memeluk Shafira erat.Kedua anak beranak itu saling bertangisan di kamar pembantu yang ukurannya hanya 3x3 M, dengan perabotan yang sangat sederhana di dalamnya."Mbok, ayo cepat kita berkemas, sebelum Tuan dan Nyonya mengusir kita." Shafira mengurai pelukan dari ibunya sambil menyeka air mata yang meleleh di pipinya. Lantas, dengan gerakan cepat, mulailah ia memasukkan baju-bajunya ke dalam sebuah tas besar berwarna hitam pudar yang teronggok di sudut kamar.Mbik Jum pun melakukan hal yang dengan Shafira. Perempuan tua itu merasakan kegetiran di hatinya. Bagaimana tidak? Selama 27 tahun ia te

    Last Updated : 2023-08-28
  • Mengandung Anak Majikan   Shafira Hamil Muda

    Mengandung Anak MajikanBab 7: Shafira Hamil MudaDengan langkah yang cepat, Mbok Jum meninggalkan Bu Merry sebelum bibir dengan lipstik merah menyala milik Bu Merry berubah menjadi TOA Masjid."Et dah, belagu amat, yak! Jabatan cuma pembokat anak beranak aja pun, ditanya baik-baik malah ngeloyor." Suara cempreng Bu Merry terdengar nyaring, tembus hingga 10 rumah.Mbok Jum dan Shafira yang mendengar olokan Bu Merry, mencoba berlapang dada dan memakluminya.Sebenarnya, jarak rumah Mbok Jum dan Bu Merry lumayan dekat. Hanya selisih tujuh rumah saja. Jadi, mereka sudah terbiasa dengan segala polah tingkah tetangga mereka yang satu itu.Shafira membuka pintu rumah yang telah tiga bulan ditinggalkannya. Hawa pengap menyeruak dari dalam ruangan begitu pintu kayu itu terbuka."Assalamualaikum." Shafira dan Mbok Jum bersamaan mengucap salam ketika memasuki rumah mereka sendiri."Mbok, aku mau bersih-bersih rumah dulu, ya. Mbok istirahat aja dulu, pasti capek, kan?" tanya Shafira yang sigap me

    Last Updated : 2023-08-28
  • Mengandung Anak Majikan   Munajat Shafira

    Mengandung Anak Majikan 8"Ibu." Teriak Samudra, Lintang, dan Tuan Danureja bersamaan."Aduh, gelas sia^lan, pakai jatuh segala!" umpat Nyonya Hapsari karena gelas yang sudah terisi kopi itu jatuh, pecah, dan berserakan di lantai."Lintang, sini bersihin lantainya dari tumpahan kopi dan beling-beling gelas ini!" perintah Nyonya Hapsari pada anak perempuannya."Nggak mau, ah, Bu. Lintang buru-buru, takut terlambat masuk." Lintang pun cepat berlalu dan pergi menuju kampusnya."Sini, biar aku yang membersihkan. Kamu sana ganti rokmu yang kena tumpahan kopi, Hapsari." sahut Eyang Putri yang segera mengambil gagang pel di dapur.Nyonya Hapsari pun berlalu meninggalkan dapur yang kotor itu.Samudra yang melihat sang nenek akan membersihkan pecahan gelas kopi itu, bergegas masuk ke dapur dan merebut gagang pel dari tangan neneknya."Eyang, biar Samudra aja yang bersihin, ya? Eyang duduk aja lanjutin sarapan," ujar lelaki berparas tampan itu yang sigap membersihkan sisa kekacauan yang dibuat

    Last Updated : 2023-08-29
  • Mengandung Anak Majikan   Tetangga Over Kepo

    Mengandung Anak Majikan 9Badan Shafira yang semakin hari semakin kurus itu, perlahan jatuh melorot ke lantai di depan kamar mandi. Tak ada yang menolongnya, karena sang ibu baru saja pergi meninggalkannya ke warung makan padang Salero Kito sebagai tukang cuci piring di sana.Tak lebih dari 30 menit, kesadaran Shafira kembali lagi. Ia mengerjapkan kedua matanya yang tertimpa sinar mentari pagi yang menerobos masuk melalui celah dinding dapur. Pelan, ia bangkit dari lantai dan duduk."Astaghfirulloh," gumamnya pelan meminta ampunan dari Tuhan. Tangannya memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia mencoba mengingat-ingat, mengapa sampai ia berada di depan kamar mandi dalam keadaan terkapar."Oh, iya, aku tadi pingsan setelah muntah-muntah." Shafira menjawab sendiri pertanyaan batinnya.Ting ... ting ... ting"Sabu ... sabu ... sarapan bubur. Bubur ayamnya ibu-ibu, tante-tante. Ayo dibeli."Terdengar suara nyaring seorang penjual bubur ayam di luar rumah yang biasa berkeliling. Seketika, t

    Last Updated : 2023-08-29
  • Mengandung Anak Majikan   Praduga Bu Merry

    Mengandung Anak Majikan 10Hoek.Terdengar suara orang yang sedang mual dari dalam sebuah rumah. Dan rumah itu adalah rumah Shafira."Eh, Bu Atun ... Bu Atun, tuh, denger nggak?" Bu Merry menajamkan cuping telinganya yang lebar itu."Iya, denger. Orang muntah, kan?" sahut Bu Atun melihat sekelilingnya."Sst, kayaknya, suaranya dari dalam rumah Shafira, deh." Bu Merry bergumam, kakinya melangkah memasuki halaman rumah Shafira.Baru saja Bu Merry hendak mengetuk pintu rumah Shafira, seorang anak laki-laki kecil umur 6 tahun meneriakinya, "Mami, lama amat sih beli buburnya. Babe udah marah-marah tuh, nungguin buburnya nggak dateng-dateng.""Elah, Tong, gagalin investigasi Mami aja, Lu," omel Bu Merry sambil menjewer anak lelakinya itu."Hua ... sakit, Mami!" teriak anak itu sambil menangis dan berlari kabur dari hadapan ibunya.Mamang bubur terkekeh melihat pemandangan lucu di pagi hari itu. Begitu pun Bu Atun."Yee ... malah diketawain. Udah, ah, Bu Atun. Saya pulang dulu. Udah ditunggu

    Last Updated : 2023-08-30
  • Mengandung Anak Majikan   Sebungkus Nasi Padang

    Mengandung Anak Majikan 11Semua orang menatap ke arah Shafira kini. Shafira pun dibuat gelagapan dengan pertanyaan dari Bu Atun yang tiba-tiba dan membuatnya kaget itu."Loh, Bu Atun ini ada-ada saja pertanyaannya," ujar Budhe Marni."Ada-ada gimana Budhe? Kan Shafira beli rujak, wajar dong saya tanya dia lagi ngidam atau nggak?" sahut Bu Atun membela diri."Masak iya tiap orang yang beli rujak itu syaratnya harus ngidam dulu? Kan enggak harus begitu toh, Bu Atun?" tanya Budhe Marni sambil tertawa.Bu Atun yang seolah kena skak mat dari Budhe Marni, lantas tertawa meringis sambil garuk-garuk kepalanya, "He ... he ... bener juga, sih, yang diomongin Budhe Marni ini.""Nah, itu tahu. Contohnya Bu Atun nih yang pesan tiga bungkus rujak, apa sekarang juga lagi hamil muda?" Dengan santai, Budhe Marni membalik pertanyaan Bu Atun.Wajah Bu Atun memerah, ia malu tampaknya. Dengan cengiran di sudut bibir, ia pun menjawab, "Ya nggak, Budhe. Anak saya yang bontot kan baru berumur dua tahun kura

    Last Updated : 2023-08-30
  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Ditolak

    Mengandung Anak Majikan 12Shafira menghentikan makannya. Begitu pun dengan Mbok Jum."Biar Shafira yang membukakan pintunya, Mbok. Bentar, Shafira cuci tangan dan pakai kerudung dulu."Shafira cepat bergegas ke dapur dan cuci tangan. Lantas menyambar kerudung yang tergantung di balik pintu kamarnya."Assalamualaikum." Terdengar suara dari balik pintu depan."Waalaikumsalam ...." Begitu Shafira menjawab salam dan membuka pintu, maka kaget lah ia dibuatnya.Pak Warso--sopir Tuan Danureja--telah berdiri di ambang pintu. Namun, bukan Pak Warso yang membuat Shafira kaget. Akan tetapi, sesosok tinggi nan gagah dari seorang pria yang berdiri di samping kanan Pak Warso lah yang membuat Shafira kaget dan mendadak jantungnya berdebar tak menentu."Neng, Bapak ke sini cuma ngantar si Aden aja." Tanpa dimintai penjelasan, Warso langsung memberi tahu alasannya berkunjung ke rumah Shafira."Hai. Aku datang ke sini cuma mau ngantar ini, benda milikmu yang tertinggal di kamarku," ucap pria yang mema

    Last Updated : 2023-08-31
  • Mengandung Anak Majikan   Pertemuan Di Warung Bakso

    Mengandung Anak Majikan 13Si TOA Masjid.Ya, itu lah sebutan Bu Merry, perempuan bertubuh gemuk dengan dandanan yang selalu berlebihan. Bukan Mbok Jum atau Shafira yang memberinya julukan si TOA Masjid, akan tetapi warga di kampung itu lah yang menyematkan sebutan itu untuk Bu Merry. Karena berita sekecil dan paling nggak penting sekalipun, akan cepat tersebar luas ke seluruh penjuru kampung melebihi kecepatan internet."Malam-malam gini makan bakso, pada kelaparan ya, Mbok?" tanya Bu Merry dengan senyum lebarnya."Iya, Bu Merry. Lah, Bu Merry juga mau beli bakso, lagi kelaparan juga, ya?" tanya Mbok Jum balik."Wah iya, dong, Mbok. Perut saya ini suka protes kalau kerasa lapar dikit aja. Jadi, saya nggak boleh lengah untuk menjaganya dari rasa lapar," jawab Bu Merry sambil merobek plastik kemasan krupuk yang ada di tangannya.Kriuk ... kres.Suara renyah khas yang dihasilkan ketika kerupuk digigit terdengar dari mulut Bu Merry. Baru dua krupuk yang dikunyahnya, tangannya sudah berpi

    Last Updated : 2023-09-01

Latest chapter

  • Mengandung Anak Majikan   Pertemuan Kembali

    Mengandung Anak Majikan 32"Gimana kondisi kaki anak saya ini, Dok?" tanya Nyonya Hapsari saat dokter visit ke ruang rawat inap pasien malam itu."Setelah melihat hasil rontgent, ternyata ada retak sedikit di pergelangan kakinya, Bu. Jadi tidak terlalu parah." Dokter yang mengenakan lab jas putih tersebut menjelaskan kondisi kaki Samudra kepada orang tuanya.Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan dari dokter."Baik lah, Bapak dan Ibu, selama Samudra mengikuti prosedur perawatan yang sudah diatur, insyaa Alloh keadaan kakinya nanti akan pulih seperti sedia kala lagi," ucap dokter tersebut."Terima kasih banyak atas penjelasaanya, Dok." Tuan Danureja menjabat tangan sang dokter sebelum ia meninggalkan ruangan Samudra.Tuan Danureja menghela napas lega setelah dokter itu berlalu."Untung nggak parah, Sam. Kamu bikin jantungan Ibu saja. Besok-besok kalau mau betangkat kerja, Ibu bawain bekal aja dari rumah," repet Nyonya Hapsari."Samudra bukan anak

  • Mengandung Anak Majikan   Nama Bayi Shafira

    Mengandung Anak Majikan 31"Tuan Danureja sama Nyonya Hapsari kenapa jalannya terburu-buru seperti itu, ya? Apa jangan-jangan anak beliau ada yang sakit di sini? Tapi siapa?" Sambil bersembunyi di sebuah tiang besar, Mbok Jum bertanya-tanya pada dirinya sendiri."Kalau ada Tuan dan Nyonya di sini, berarti ada Warso juga. Wah, aku mesti hati-hati ini, jangan sampai salah satu dari mereka ada yang melihatku di sini," gumam Mbok Jum.Setelah Tuan Danureja dan Nyonya Hapsari tak terlihat lagi dari pandangan mata Mbok Jum, maka ia pun meneruskan langkahnya menuju kantin yang berjarak tinggal beberapa langkah lagi di depannya itu."Teh hangat dua ya, Bang," pesan Mbok Jum kepada penjaga kantin. Ia pun mengambil satu pack roti sobek manis, dua buah arem-arem, dan satu botol air mineral berukuran besar."Berapa semuanya, Bang?" Penjaga kantin itu menghitung semua belanjaan Mbok Jum, lalu berkata, "Total semuanya 36.000, Bu."Mbok Jum mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu. Setelah mendap

  • Mengandung Anak Majikan   Keharuan Shafira

    Mengandung Anak Majikan 30Orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar kejadian tabrakan itu, cepat mengerumuni Samudra dan si pengendara motor yang sama-sama terjatuh ke aspal karena insiden tabrakan tersebut.Samudra meringis kesakitan sambil memegangi lutut dan pergelangan kakinya. Sementara itu, si pengendara motor langsung berdiri dan menghampiri Samudra."Hei, pakai mata dong kalau mau nyebrang. Nggak maen nyelonong aja kayak kerbau!" maki si pengendara motor yang ternyata adalah seorang pemuda seumuran Samudra."Kerbau matamu! Kau itu yang ngebut nggak lihat-lihat ada orang mau nyebrang!" Samudra ganti memaki, tak mau kalah.Cuaca siang yang sangat panas menyengat kulit, semakin membuat panas hati dengan adanya cek cok di pinggir jalan yang ramai penuh polusi dari asap knalpot kendaraan."Nyolot Lu, ya!" si pengendara motor itu tahu-tahu mencengkeram kerah baju Samudra. Tangan kanannya terkepal hendak menghantam tubuh Samudra. Beruntung ada beberapa dari kerumunan orang i

  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Tertabrak

    Mengandung Anak Majikan 29Mbok Jum terdiam. Ia belum tahu maksud pembicaraan dari Suster itu."Kuning, kunig gimana maksudnya, Sus?" tanya Mbok Jum."Cucu Nenek mengalami bayi kuning, Nek." Suster tersebut menjeda katanya, "hal ini disebabkan karena cucu Nenek itu kurang cairan.""Terus, gimana Sus?" tanya Mbok Jum terlihat bingung."Sekarang dia masuk inkubator dan disinar Nek. Apakah ibu si bayi sudah bisa ke sini, Nek?""Saya belum tahu, Sus. Dia masih ada di rumah Bidan Nurlela sekarang.""Kalau dia sudah sehat dan bisa ke sini, kabari langsung, Nek. Karena si bayi ini akan cepat pulih kalau dia mendapat ASI dari sang ibu.""Oh gitu ya. Ya udah, saya telpon dulu anak saya itu ya, Sus." Mbok Jum pun meninggalkan Suster itu untuk menghubungi Shafira."Halo, Nduk." Suara Mbok Jum memburu."Halo. Si mbok, ada apa?" jawab Shafira di ujung telpon."Kamu udah sehat belum?""Hmm ... saya tanya Bu Bidan dulu ya, Mbok.""Cepetan ya, ini si mbok lagi minjem HP punya pak sekuriti rumah sakit

  • Mengandung Anak Majikan   Bayi Shafira Kuning

    Mengandung Anak Majikan 28"Kalau boleh tahu, Ibu ini siapanya si adek bayi, ya?" tanya dokter anak."Saya neneknya, Bu Dokter. Ibunya si bayi masih ada di rumah Bu Bidan, karena masih belum pulih kesehatannya sehabis melahirkan tadi pagi, Bu dokter," jawab Mbok Jum secara rinci."Oh, baik. Saya mengerti, Ibu. Saya lanjutkan lagi penjeladan tentang kondisi bayinya ya, Bu. Jadi, bayinya ini kan berat lahirnya di bawah normal, oleh karena itu secepatnya kita ambil tindakan untuk merawatnya di Intensive Care selama beberapa hari."Dokter anak tersebut memberikan penjelasan secara rinci kepada Mbok Jum. Sesekali, Mbok Jum mengangguk-angguk tanda mengerti. Kemudian, ia pun keluar dari ruang praktek dokter setelah sesi konsultasi mengenai kondisi sang cucu."Suster, boleh nggak saya melihat cucu saya di dalam?" tanya Mbok Jum bertanya kepada seorang suster jaga yang sedang menatap layar komputer di mejanya.Perawat jaga itu menghentikan aktifitasnya sejenak dari depan layar komputer, lalu

  • Mengandung Anak Majikan   Dirujuk Ke Rumah Sakit

    Mengandung Anak Majikan 27"Karena berat badan bayi sangat rendah, maka dia rentan terhadap penyakit, Bu. Oleh karena itu, saya sarankan agar dibawa ke rumah sakit, agar mendapat pemeriksaan medis secara menyeluruh dari dokter anak, Bu," ujar Bidan Nurlela memberikan saran.Mbok Jum terlihat memahami apa yang disampaikan oleh Bidan Nurlela barusan. Tapi, nampaknya ia ragu karena memikirkan biaya rumah sakit yang pastinya mahal."Hmm ... kira-kira biaya rumah sakitnya mahal nggak, Bu Bidan?" tanya Mbok Jum sambil memandangi cucunya yang dibaringkan di dalam box bayi di samping bed Shafira."Shafira punya kartu BPJS?" Bidan Nurlela menatap Shafira."Nggak punya, Bu," jawab Shafira lirih.Bidan Nurlela tampak berpikir sejenak."Jadi, gimana ini, Bu? Bayinya dirawat sendiri aja atau mau gimana?" Bidan Nurlela pun ragu dengan pertanyannya sendiri.Mbok Jum mendekati Shafira, lalu bertanya, "Gimana, Nduk? Kita bawa ke rumah sakit nggak bayinya?""Daripada nanti kenapa-napa, lebih baik kita

  • Mengandung Anak Majikan   Shafira Melahirkan Prematur

    Mengandung Anak Majikan 26"Astaghfirulloh, Shafira ... ada apa, Nduk?" Mbok Jum berlari menghampiri Shafira yang panik. Kue yang sedang disusun tak sengaja ia lempar begitu saja karena gugup.Mbok Jum mendapati Shafira yang sedang merintih kesakitan sambil duduk di kursi dapur. Sementara itu, rok bawahan Shafira terlihat basah."Mbok, perut Shafira sakit sekali," rintihnya dengan wajah tegang."Ya Allah, ini sepertinya udah pecah ketubannya. Kamu mau melahirkan Nduk. Padahal kan baru tujuh bulan. Aduh ... gimana ini?" Mbok Jum semakin panik. Sejenak, ia tak tahu harus berbuat apa karena sedang dikuasai oleh kepanikan."Aduh ...." Shafira meringis lagi, sehingga menyadarkan Mbok Jum bahwa ia harus cepat bergerak untuk menolong anaknya itu."Nduk, kamu nyimpan nomor telpon Pak Karman yang punya penyewaan mobil itu kan?" tanya Mbok Jum."Iya, Mbok, ada.""Cepat telpon Pak Karman, Nduk. Suruh cepat dia ke sini buat ngantar kita ke Bidan.""HP-nya ada di kamar, tolong ambilkan, Mbok." Sha

  • Mengandung Anak Majikan   Samudra Kecele

    Mengandung Anak Majikan 25Warso tertunduk diam. Mau jawab salah, nggak jawab pun pasti salah. Begitu menurutnya."Jawab, So!" ujar Samudra seperti tak sabar."Anu, Den, ehm ....""Ngomong yang jelas, So. Jangan bikin aku penasaran!" desak Samudra."Sebenarnya, saya ... saya udah diwanti-wanti sama Tuan Danureja untuk tidak menghubunginya lagi, Den." Warso akhirnya berkata jujur."Apa alasannya?" Samudra mengerutkan dahinya."Saya nggak tahu, Den. Tuan Danureja hanya bilang begitu ke saya. Kalau Den Samudra mau tahu alasannya, sebaiknya tanya langsung sama beliau." Warso menunduk lagi.Samudra urung pergi ke rumah Shafira. Pasti ada alasan kuat dibalik perintah larangan oleh ayahnya itu. Maka ia pun segera menuju ruang kerja sang ayah.Tiba di ruangan sang ayah, Samudra langsung mendudukkan pantatnya di kursi empuk tepat di depan Tuan Danureja."Sam? Bukan kah ada meeting dengan client sebentar lagi? Kenapa malah ke sini?" tanya Tuan Danureja menatap Samudra.Samudra memgembuskan nafa

  • Mengandung Anak Majikan   Mencoba Hal Baru

    Mengandung Anak Majikan 24Samudra menoleh ke belakang mobil begitu Warso menyebut bahwa ia melihat Mbok Jum dan Shafira terlihat di halte. Samudra celingukan mencari sosok mereka dari balik kaca mobil."Mana, So, kamu bilang tadi melihat mereka?" tanya Samudra yang duduk di belakang Warso."Tadi ada, Den. Dekat halte," jawab Warso."Menepi dulu, aku mau menemui mereka!" perintah Samudra kepada sopirnya itu.Warso mencari ruang kosong di pinggir jalan untuk menghentikan mobilnya.Samudra bergegas keluar dari mobil, lantas berjalan menuju halte yang telah terlewati beberapa meter di belakangnya.Di saat yang bersamaan, sebuah bis kota datang dari arah berlawanan dan berhenti di halte. Shafira dan Mbok Jum segera naik ke dalam bis kota itu. Beberapa penumpang lain pun tampak memasuki bis berbadan besar itu. Pintu bis kota tertutup kemudian melaju meninggalkan halte.Samudra berlari-lari kecil mengejar bis kota itu, akan tetapi sayangnya bis itu telah melaju pergi sebelum Samudra sampai

DMCA.com Protection Status