Fanny berjalan mendekat ke arah Gangsa, lalu tanpa malu mengalungkan kedua tangannya di leher Gangsa, Fanny seakan-akan lupa, jika di ruangan itu ada Najma, atau dia memang sengaja melakukan itu, agar di lihat oleh Najma."Sepertinya aku harus permisi keluar dulu, sekarang!" Ucap Najma, dengan kesalKali ini Gangsa tidak mencegah kepergian Najma, karena perhatiannya terpusat pada Fanny yang bergelayut manja padanya. Najma mendengus kesal karena itu."Bilang sama bos besar di dalam! Jika aku pulang!" Ucap Najma kesal pada sekertaris Gangsa."Baik, Bu!" Jawab sekertaris itu, dengan wajah bingung. Kenapa Najma keluar dari ruangan bosnya, dan membiarkan bos nya bersama wanita lain di dalam ruang kerjanya."Bukan urusan ku juga, orang kaya memang beda!" Ucap sekertaris Gangsa.Najma dari kantor Gangsa tidak langsung pulang, dia mampir ke rumah sakit, untuk bicara dengan Ahmad, menanyakan soal pekerjaan, karena Najma berpikir dia tidak akan mampu bekerja bersama Gangsa dalam jangka waktu
Fanny terdiam menatap.kepergian Genta, apa maksud perkataan Genta barusan, apa maksudnya aku harus berhati-hati dengan Najma, batin Fanny dengan sinis."Dia yang seharusnya, berhati-hati, denganku!" Ucap Fanny pelan, dengan sombongnya.Genta melirik ke arah Najma yang sedang menikmati sarapannya, saat tiba di ruang makan."Seperti nya pagi ini kamu terpaksa satu mobil lagi denganku," ucap Genta pada Najma."Tidak! Dia bersamaku!" Protes Gangsa cepat."Tidak bisa!" Jawab Genta."Kenapa?" Tanya Gangsa sambil melotot ke arah Genta."Lihat siapa yang datang!" Jawab Genta.Gangsa melihat ke arah yang di tunjuk oleh Genta, dia melihat Fanny sedang berjalan menuju ke arahnya."Kenapa pagi-pagi dia sudah ada di sini?" Pikir Gangsa sedikit kesal, dia tidak akan membiarkan Najma pergi bersama Genta ke kantor."Halo, sayang!" Sapa Fanny pada Gangsa."Pagi semua!" Sapa Fanny pada yang lain."Kenapa kamu kemari?" Tanya Gangsa, pertanyaan Gangsa itu membuat Fanny sedikit terkejut, bukankah dia seha
Najma memandang Gangsa dengan tatapan bingung, untuk apa Gangsa mengikutinya. Tapi mana mungkin Gangsa mengikutinya, untuk apa? batin Najma."Kamu lapar juga?" Tanya Najma."Tidak,""Lalu kenapa kamu mengikuti ku?" "Entahlah! Aku hanya merasa, tidak boleh membiarkan dirimu sendiri," Jawab Gangsa, Najma terdiam menatap Gangsa, mendengar ucapan Gangsa barusan, dia jadi ingat janjinya pada Gangsa. Saat itu dia berjanji pada Gangsa tidak akan pernah pergi kemanapun tanpa Gangsa di sisinya, atau dia tidak jadi pergi jika tanpa Gangsa di sisinya. Najma menatap Gangsa sekali lagi, apa dia sudah ingat diriku? batin Najma lagi, hatinya tiba-tiba merasa sangat bahagia, merasa ada harapan jika Gangsa akan mengingat dirinya."Aku lapar, jadi pergi ke kantin," ucap Najma.Gangsa tidak berkata apapun, dia duduk di samping Najma, lalu memesan makanan yang sama dengan Najma. Semua yang ada di kantin tidak mempermasalahkan kebersamaan Najma dengan Gangsa, karena mereka tahu mereka suami istri jadi wa
Gangsa dengan kesal masuk ke dalam kamarnya, lalu menjatuhkan pantatnya ke atas tempat tidurnya. Kenapa juga aku harus mengkhawatirkan dirinya, batin Gangsa kesal, melihat Genta keluar dari kamar Najma."Ternyata mereka memang mempunyai hubungan!" Ucap Gangsa, Gangsa jadi ingat siapa Genta dan pria seperti apa Genta. Mereka pasti sudah melakukan itu, batin Gangsa."Tidak! Aku lihat Najma gadis yang baik, tidak mungkin Najma wanita seperti itu, yang mau di ajak tidur begitu saja," batin Gangsa lagi. Gangsa mengacak-acak rambutnya kesal, entah mengapa walau dalam ingatannya Fanny adalah kekasih nya, namun hati dan pikiran nya terus saja selalu terisi soal Najma. Dengan kesal Gangsa menutup kepalanya dengan bantalnya, mencoba untuk tidur agar tidak memikirkan hal yang selalu membuatnya sakit kepala.Keesokan harinya, Gangsa kembali tidak melihat Najma di meja makan. Gangsa melihat kursi yang biasa di duduki Najma kosong. Ada perasaan sepi dalam dirinya."Najma izin pulang ke rumahnya!"
Najma mempersilahkan Dokter Ahmad masuk, dan duduk di sofa bersama Gangsa, mereka berdua saling berhadapan-hadapan, dan saling menatap tajam."Aku ambilkan minum." ucap Najma."Ternyata anda ada di sini." Ucap Dokter Ahmad pada Gangsa. "Anda juga!" Balas Gangsa."Tentu saja, Najma ke rumah ini bareng bersamaku," jawab Dokter Ahmad. Mendengar itu tentu saja Gangsa terkejut, haruskah Najma pulang ke rumahnya di antar pria lain.Gangsa makin meragukan jika Najma adalah istrinya. Bagaimana bisa seorang istri pergi jarak jauh dengan pria lain yang bukan suaminya. Gangsa menatap tajam Najma yang baru saja datang dengan membawa air di atas nampan."Kamu ini. Aku bukan tamu! Pakai di buatkan air segala!" Protes Dokter Ahmad, mendengar itu Gangsa mengerutkan keningnya, apa maksud ucapan dokter ini."Kamu kan, habis berjalan jauh. Wajar jika aku buatkan minum," jawab Najma.Gangsa memperhatikan bagaimana interaksi antara Najma dan Dokter Ahmad ini mereka terlihat sangat akrab. Benarkah Najma i
Najma berdiri lalu membuka pintu rumahnya yang baru saja di ketuk dari luar, begitu tahu Dokter Ahmad yang datang, Najma tentu saja langsung mempersilahkan Dokter Ahmad masuk, dan dia ingin meminta maaf tadi pagi tidak bisa mengantar."Maaf tadi pagi , aku tidak bisa kemari." Ucap Dokter Ahmad, mendahului Najma.Najma terdiam, rupanya dokter Ahmad tadi pagi pun tidak datang. Lalu Najma mendengarkan alasan Dokter Ahmad batal datang tadi pagi, mendengar itu Najma bernafas lega. Rasa bersalahnya hilang seketika."Sudahlah. Tidak masalah, kita bisa pergi kapanpun. Aku rasanya akan lama tinggal di rumah ini," ucap Najma."Kamu tidak akan kembali ke rumah itu kan?" "Tidak! Gangsa sudah sembuh tugasku selesai." Jawab Najma. Gangsa mendengar apa yang di katakan Najma, dia mengepalkan tangannya, bisa-bisanya Najma berkata seperti itu, jika tugasnya sebagai perawat memang selesai, tapi sebagai istrinya belum, mereka belum bercerai."Bagaimana jika sore ini kita jalan-jalan ke kota dengan Nuri
Hasrat keduanya makin membesar, hingga membuat keduanya kini saling bergelut di atas tempat tidur."Tok! Tok! Tok!" Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk, Najma yang mendengar suara pintu di ketuk, seketika langsung menghentikan semuanya, dia mendorong tubuh Gangsa lalu dia bergerak turun. Dia merapihkan penampilannya dulu sebelum keluar dari kamar. Meninggal kan Gangsa sendirian, hingga Gangsa mendengus kesal.Gangsa berbaring lemas di atas tempat tidur, tidak menyangka sesuatu akan terjadi padanya, biasanya dia tidak akan tergoda oleh wanita, walau wanita itu telanjang di depannya, jika dia memang tidak menginginkan nya. namun apa yang terjadi pada dirinya dan Najma barusan, membuktikan jika dirinya juga tertarik pada Najma, yang notabene adalah istrinya. Gangsa menghela nafas panjang, untuk menetralkan deru nafasnya yang masih terasa kencang akibat kejadian tadi, bersama Najma.Najma terkejut melihat Dokter Ahmad yang berdiri di depan pintu, ketika dia mengintip dari jendela. De
Gangsa langsung ke kantor, karena hari itu ada rapat penting yang tidak bisa di tunda lagi. Rapat berjalan dalam waktu yang cukup lama, menjelang sore rapat baru selesai. Gangsa kembali ke ruangannya lalu bersandar di kursi kebesaran nya.Gangsa langsung mengambil handphonenya, lalu menghubungi nomer Najma, namun entah mengapa tidak di angkat-angkat "Dia pasti sedang sibuk," ucap Gangsa.Gangsa menaruh handphonenya lalu meneruskan pekerjaannya sesaat, agar saat pulang ke rumah dia bisa istirahat. Setelah beberapa lamanya akhirnya pekerjaan Gangsa selesai, Gangsa langsung beranjak dari tempatnya, karena dia harus pulang.Sampai di rumah, dia langsung pergi ke kamar, dia merasa sangat lelah sekali hari ini. Begitu masuk ke dalam kamar Gangsa masuk ke kamar mandi, begitu selesai semuanya, dia duduk di atas tempat tidurnya, mengambil handphonenya lalu menelepon Najma lagi, namun tetap saja teleponnya tidak ada yang mengangkat, ada apa ini, batin nya bertanya-tanya. ada sedikit perasaan c
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter